Surat Kepada Jokowi dan Para Pemimpin RI


foto; kompas.com
Kepada Yth;

Presiden RI. Bapak H. Ir. Joko Widodo
Wakil presiden RI, Bapak H.M. Jusuf Kalla
Kapolri, Bapak Jend.pol. Tito Karnavian, Phd
Panglima TNI, Bapak Jend.TNI Gatot Nurmantyo

 Di -
Jakarta.

"Salam Sejahtera"
Bapak-bapak pemimpin negara yg terhormat, ijinkan saya mengemukakan pendapat saya mewakili kami dan kita yg melihat dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia akhir-akhir ini.
Negara ini sudah sakit jiwa yg sangat kronis.

Ketidakadilan dan kejahatan secara terbuka dan terang-teranganan sedang dipertontonkan oleh perangkat negara dimana-mana terhadap anak bangsa dan generasi muda lainya sementara negara masih tdk menunjukkan ketegasan demi membumikan rasa keadilan bagi anak bangsa lainya di nusantara.

Kami (sebagian) warga Negera merasa bahwa kepemimpinan bangsa ini masih dijalankan dibawah bayang-bayang pengaruh ormas tertentu (yg "mungkin" dipelihara) dan mengatasnamakan salah satu agama terbesar di Indonesia utk menjalankan aksinya yg sampe sekarang tidak dapat diatasi dan dibatasi bahkan oleh negara sekalipun. Menurut saya, kita dan kami, berbagai aksi mereka ini belum tentu direstui oleh umat muslim mayoritas yg cinta damai di republik ini.

Kalau dilihat dari sebagian besar aksi mereka selama ini yang ada hanyalah menyebar kebencian, membuat permusuhan baru, merusak fasilitas umum, mendesak negara mebuat peraturan-peraturan untuk membatasi kebebasan beragama di Indonesia, melakukan penyerangan, melarang atau menghentikan bahkan membubarkan ibadah-ibadah agama lain yg jg diakui negara serta merusak fasilitas usaha warga negara lainya walau diijinkan negara sekalipun.

Pertanyaan saya - kita dan kami, apakah tindakan mereka dibenarkan secara hukum? Bukankah
semua aksi mereka sebenarnya sedang merusak wajah negara yg selalu mengagungkan hukum sebagai panglima di negara ini. Bukankah tindakan mereka ini sudah menginjak-injakan dasar negara yakni, UUD1945, pancasila dan kebhinnekaan. Atau inikah inti dari pendidikan kewarganegaraan dan pancasila yang kalian ajarkan kepada kami di sekolah?

Saat FPI turun jalan utk demo menyebar kebencian terhadap pemeluk agama lain yg diakui dan dihormati sebagai agama resmi negara, aparat kepolisian dan TNI menyatakannya sebagai aksi supermi supermon, superman superdamai dll. Giliran rakyat Papua yg dikoordinir oleh KNPB atau organ pergerakan papua lainya melakukan demonstrasi menuntut dan memperjuangkan hak-haknya secara damai dan bermartabat justru di hadapi dengan kekerasan, kekasaran, kebrutalan, kebajingan, bahkan pembantaian sampai pembunuhan tak ada yg bilang ini sebagai kejahatan.

FPI bikin ibadah di jalan-jalan utama ibu kota sampai di istana negara untuk mengkampanyekan permusuhan dan kebencian terhadap pemeluk agama lain yg jg di akui negara, malah dikawal dan dilayani oleh aparat penegak hukum yang sudah jelas tugasnya menjaga kedamaian dan keharmonisan serta toleransi beragama.

Di saat orang Papua yang dipasung hak demokrasinya melakukan ibadah utk berdoa kepada TUHAN di tempat-tempat tertutup dan tidak menghalangi aktifitas org lain, justru negara hadir dengan tindakan kejahatan membabibuta menangkap, menahan, membubarkan ibadah, sampai anak-anak tak tahu apa-apa ditangkap dan dimintai keterangan sebagai separatis.

Wahai pemimpin negara kesatuan republik indonesia, Adilkah itu...?

Manusia penjahat seperti apa yg kamu liat pada wajah anak-anak kecil yg masa depannya menjadi rapuh karena kekayaan tanah airnya telah kalian rampok bersama negara-negara kapitalis dunia.

Tidakkah ada belas kasihan kepada mereka (anak-anak) yg dtg beribadah bersama org tuannya utk memohon penjagaan dan perlindungan TUHAN atas kekacauan, kejahatan dan kebiadaban tingkah laku negara terhadap bangsa Papua? Tidakkah ada rasa malu di hatimu karena ibadah kepada Tuhan ini adalah cara secara damai, dan bermartabat kami memprotes ketidakadilan negara yg selama ini lebih memperdulikan kekayaan alam kami ketimbang kami yg diciptakan Tuhan hidup di tanah ini sebagai pewaris yang sah.

Kami bersama anak-anak kami lebih memilih mengadu kepada Tuhan kami atas kemalangan nasib bangsa kami di bawah penguasaan anda dan sekutu anda Amerika Serikat cs. Kami lebih memilih menangis, berlutut dan berdoa kepada Tuhan kami dari pada harus mengemis kepada Amerika, Eropa yang selama ini menjadikan anda sebagai penjaga yang kejam atas tambang dan kekayaan alam di bumi kami Papua.

Kami melihat negara ini hanya boneka Amerika/Eropa cs. Sejak puluhan tahun silam, negara telah lebih memilih bersekutu dengan Amerika ketimbang bekerjasama dengan kami menngelola kekayaan alam kami demi kemajuan, kesejahteraan, dan kejayaan negeri dan manusia nusantara. Kejahatan yg aparat negara pertontonkan dihadapan anak-anak kami ini hanya akan membentuk sebuah watak baru dari generasi kami ratusan tahun mendatang.

Wahai, pemimpin negara RI yg terhormat, dari semua peristiwa ini membuat kami sadar;

Kenapa kantor pusat Freeport harus di Jakarta dan bukan di Papua seperti yang diperjuangkan rakyat PAPUA selama ini?

Kenapa smelter dibangun di pulau Jawa dan lagi-lagi bukan di Papua.

Kenapa saham PT.FI, pajak tanah dan air PTFI tdk menjadi milik orang Papua.

Kenapa direktur utama Freeport harus dari Jakarta dan berlatar belakang militer,

Kenapa RUU Otsus Plus ditolak, dan kenapa pembangunan di Papua berjalan sesuai kehendak Jakarta yang kenyataannya bertolak belakang dengan ratusan teori pembangunan era reformasi yang kalian ajarkan kepada kami.

Kenapa Otsus hanya uang yang diberikan sementara kewenangan tidak.

Kenapa FPI disanjung dan KNPB, JDP, FRI-WP, ULMWP serta organ pergerakan Papua dihina dan dianggap penjahat, pengacau, separatis bahkan teroris.

Kenapa sholat didepan istana dan dijalan-jalan utama yang dilarang UUmu engkau ijinkan sementara ibadah di hutan bumi Papua kau bubarkan,

Kenapa Ahok dijadikan tersangka semantara pembakar ratusan gereja, pembunuh, penyiksa, dan pengusiran umat kristiani beribadah di Indonesia jarang dihukum.

Kenapa para pendeta dan pastor kami yg menjadi pemimpin agama kami kalian tuduh separatis sementara para alim ulama dan habib penyebar kebencian dan permusuhan kalian sanjung sebagai pahlawan kebajikan,

Para pemimpin negara RI yg terhormat,

Sadarlah bahwa secara terbuka dan telanjang kalian sedang mendidik dan mengajar karakter serta watak anak-anak kami utk semakin membenci negara ini? Binatangpun kalau disakiti pasti akan melawan. Kejahatan dan ketidakadilan negara ini sesungguhnya perusak utama persatuan bangsa yg dipelihara negara. Sebagian besar manusia tdk akan membalas kebaikan dgn kejahatan. Begitupun sebaliknya, semua ketidakadilan dan kejahatan negara ini hanya akan menyebabkan kebencian, sakit hati dan dendam yang abadi.

Tak perlu mendidik kami dengan kata-kata bijak karya Nabi Muhamad atau Isa Almasih disaat sikap anda masih bertolak belakang dgn ajaran mereka, mata, telinga serta hidup kami masih melihat, mendengar dan merasakan ketidakadilan, kekerasan, kejahatan, sebagai santapan harian kami. Berhentilah berbicara sebelum anda memperbaiki semua kerusakan dan kekacauan ini.

Bapak Presiden, wakil presiden dan kapolri dan panglima TNI yg kami hormati,
ini permintaan saya - kita - kami utk bapa-bapa sekalian;

1. Biarkan kami merayakan natal dengan damai tanpa pengrusakan pernak-pernik natal, pengeboman tempat ibadah, ancaman teroris, penyegelan tempat ibadah, pelarangan beribadah, rasa takut dan was-was setiap hari terutama di bumi PAPUA yang akhir-akhir ini dihiasi peristiwa kekerasan dan kebrutalan aparat negara yg berulang setiap natal tahunan kami
.
2. Kami tidak butuh uang untuk membangun tanah Papua. Kami juga tidak butuh Otsus untuk melindungi atau mensejahterakan PAPUA. Kami butuh pengakuan negara terhadap eksistensi kami sebagai manusia dan sebagai pemilik sah atas tanah air dan isi bumi PAPUA. Hentikan kekerasan - gunakan pendekatan dialogis sebagai sarana komunikasi yang bermartabat jika kalian menginginkan kekayaan alam dari bumi kami Papua. Tempatkan kami pada posisi yg tepat disana.

3. Ubah pendekatan pembangunan yg selama ini terlalu sentralistik dan militeristik di Papua. Terima kami apa adanya dan terimalah perjuangan rakyat Papua sebagai bagian dari dukungan negara memperbaiki kesalahan sejarah masa lalu dan juga sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia dan demokrasi.

4. Keamaman, ketertiban, perlindungan terhadap kemanusiaan, kesetaraan dihadapan hukum, rasa keadilan, kedamaian, saling menghormati dan menghargai atau toleransi serta penghargaan dan penghormatan terhadap HAM dan demokrasi tidak perlu diucapkan dimimbar-mimbar pidato kalau itu hanya akan menjadi orasi indah yg merayu telinga kami untuk menyimak, sementara perilaku yg dipertontonkan negara ini masih bertolak belakang dgn semua.

Salam damai untuk bapak presiden dan wakil presiden, juga bapak Kapolri (Mantan Kapolda PAPUA), panglima TNI (mantan Dandim di Papua) serta aparat intelijen negara lainya. Semoga Tuhan memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada bapak-bapak sekalian dalam mengurus dan mengendalikan negara ini. Amin.

Tertanda.
Saya (Benyamin Gurik) - kami - kita yang diperlakukan tidak adil oleh negara selama ini di Indonesia.
-------------

Posting Komentar

0 Komentar