Oleh; JOHN N.R GOBAI
Foto : Pace Kosapa dok. Pribadi. |
Pengantar
Emawa (Bhs Mee/Ekagi); Nduni (Bhs Moni);
Ndone (Bhs Wolani); Pilamo(Bhs Dani); Isorei (Bhs Damal/Amungme); Kince ( Bhs
Nduga), Kunume (Bhs Lani) biasanya di kenal sebagai Rumah Laki-laki.
Dalam budaya suku-suku ini tempat ini
biasanya digunakan sebagai tempat mereka melakukan Musyawarah, melakukan
Praktek Demokrasi dalam usaha mencapai suatu kesepakatan bersama, dalam bahasa
Mee/Ekagi dikenal dengan istilah Mana Enaimo Wegai, hal yang serupa juga
biasanya dilakukan oleh suku-suku lain di Papua.
Emawa Pusat pemerintahan asli Proses
musyawarah memang bukan suatu proses singkat sebab semua pihak perlu
mengutarakan pendapat-pendapatnya sebagai alternative dan tambahan maupun
sumbangan pemikiran dalam menentukan arah dan wujud dan cara untuk pemecahan
masalah sebagai media untuk mencari kebenaran atau pengambilan keputusan.
Berdemokrasi atau bermusyawarah dalam
Budaya Suku Mee/Moni/Wolani, Dani Nduga dan Damal adalah untuk membantu memancing
masukan-masukan pendapat dari anggota masyarakat, dalam
Emawa/Nduni/Ndone/Honai/Isorei demokrasi yang mereka anut adalah demokrasi
bercirikan “saling mendengarkan atau dengar pendapat."
Emawa/Nduni/Ndone/Honai/Isorei adalah Tempat
Musyawarah atau Tempat Melakukan Praktek Demokrasi dalam bahasa moni di kenal
dengan istilah Muna; dalam Bahasa Mee/Ekagi dikenal dengan nama Mana Wegai,
ditempat ini segala hal baik hal yang baik maupun tidak baik mereka bicarakan
antara lain: Pembicaraan tentang pelestarian nilai-nilai adat, Perkembangan
budaya, Marga, kehidupan dalam masyarakat, penyelesaian masalah serta hal-hal lain tentang nilai-nilai yang datang dari
berbagai pihak, yang datang kepada Masyarakat Adat.
Emawa/Nduni/Ndone/Kunume/Isorei juga mereka
jadikan sebagai Tempat Pendidikan, bagi Generasi-generasi Muda/Anak-anak
mengenai nilai-nilai dan norma-norma hidup agar dapat hidup lebih baik, dalam
pendidikan nilai adat itu juga diajarkan untuk memahami Larangan-larangan dan
Perintah-perintah dalam melaksanakan hidupnya, tempat itu juga dijadikan
sebagai tempat untuk menceritakan hal-hal tentang sesuatu melalui
dongeng-dongeng.
Emawa/Nduni/Ndone/Honai/Isorei
juga merupakan Tempat Tuan Rumah
(Emawa/Nduni/Ndone/Honai/Isorei untuk
Menjamu Tamu dari Emawa/Nduni yang lain, Kampung yang lain, dari Daerah yang
jauh.
Emawa merupakan kekayaan yang haruslah
tetap dipertahankan karena ia merupakan sebuah Rumah Kebenaran, oleh karena
dari dalam Rumah Kebenaran itu akan terpancar Touyemana (Ajaran tentang hidup),
oleh karena itu ia sangat akrab dan merupakan hal yang hakiki/mendasar sehingga
sampai kapanpun selama Masyarakat adat papua berada diatas muka bumi ini, mereka
tidak boleh hilang tetapi harus menjadi bagian yang Integral dalam hidup
manusia.
Relevansi Emawa saat ini
Emawa/Nduni/Ndone/Kunume/Isorei adalah Tempat Musyawarah atau Tempat Melakukan
Praktek Demokrasi, ditempat ini segala hal baik hal yang baik maupun tidak baik
mereka bicarakan antara lain perkembangan marga, kehidupan dalam masyarakat,
penyelesaian masalah serta hal-hal lain tentang nilai-nilai yang datang dari
berbagai pihak yang datang kepada masyarakat adat.
Oleh karena itu agar pembangunan dapat
berjalan dengan baiak maka Emawa haruslah dapat dijadikan sebagai basis Tempat
Perencanaan Pembangunan di Kampung, Tempat membicarakan tentang sebuah rencana
atau proyek yang akan dilaksanakan oleh pihak-pihak baik swasta social atau
profit di kampung atau distrik sehingga terwujud dan nyata pelaksanaan
Pembangunan Partisipatif sehingga Masyarakat Adat betul akan menjadi Subyek
Aktif dalam Pembangunan.
Sejalan dengan itu agar supaya Masyarakat
Adat Paniyai menjadi akrab atau merasa tidak terpisahkan dalam hidup dengan
Pemerintahan dan Pembangunan di daerahnya, maka baik juga jika Kampung atau RT
di kampung di rubah namanya dengan Emawa/Nduni/Ndone seperti; Nagari yang ada
di daerah Padang, Sumatra Barat, sehingga masyarakat merasa memiliki atau
merupakan bagian yang integral karena yang ditetapkan adalah nama menurut
budayanya sendiri, karena Emawa/ Nduni/ Ndone merupakan perpangkalannya
Masyarakat Adat Paniai.
Hal ini merupakan hal yang sangat penting,
sehingga akan sangat baik jika Emawa yang pernah ada menurut marga dipakai
sebagai dasar Penataan Pemerintahan Kampung, sehingga Pembangunan haruslah dimulai
dari perpangkalan atau dari Rumah Adat (Emawa/Nduni).
Dalam Emawa/Nduni/Ndone/Honai/Isorei juga
mereka jadikan sebagai Tempat Pendidikan bagi generasi-generasi muda/anak-anak
mengenai nilai-nilai dan norma-norma hidup agar dapat hidup lebih baik dalam
nilai-nilai itu mereka juga diajarkan untuk memahami larangan-larangan dan
perintah-perintah dalam melaksanakan hidupnya. Dengan mengajarkan tentang
pelestarian tanaman asli sebagai simbol atau identitas dari keaslian masyarakat
adat.
Penutup
Emawa/Nduni/Ndone/Kunume/Isorei adalah
Rumah Kebenaran, kami akan menemukan satu kebenaran jika semua orang, marga
membangun Emawa/Nduni/Ndone/Kunume/Isorei dikampungnya ditempat bekas orang
tuanya Untuk itu marilah kita membangun Gerakan kembali kepada Rumah Kita karena
itulah perpangkalan kita, asal kita dan pusat dari hidup kita. Semoga Gerakan
ini.
0 Komentar