Doa Lelaki Kali Mati

 
Foto : Penduduk kalimati di Papua

Sembari kucing-kucing buronan mahasiswa
berlarian, tikus-tikus mencicipi potongan ubi-ubi
disudut kota, di tepi kali mati tak dialiri air.

Tembang-tembang rindumu mengalun,
melampaui sura mesin-mesin pabrik
di sudut kota kumuh, Kali mati.

Gelombang yang tidak berbeda ditemaninya,
lirik-lirik lagumu yang mengiris hatinya, memacunya setia.
Walau kesetiaan yang tak terbatas itu dimilikinya.

Tembang-tembangmu dengan haru diresapinya,
rasa pilu yang tiada dikejar-kejarnya bersama lirikmu.

Perlahan namamu disebut-sebut, orang pinggiran,
dalam pelukan senja dirinya puas, bersama keringat sore itu.

Dari mulutnya yang kering-kerontang berujar,
"kali mati kau berikan tempat yang ilahi,
terimakasih, pojok kota kumuh kebangganku
disini aku belajar tetang perjuangan."

aku disini mereka disana,
biarkan kuobati mata mereka yang kaya,
agar kelak mereka sadar barangkali dari keangkuhan.

Akulah tuan rumah sejati di kali mati,
aku lelaki dari keluarga jelata,
hanya pandai menjual pinang, dan lihai menguyah pinang.

Aku bukan mereka disana
pandai berucap kata-kata politis nan indah tentang kita

Dari pojok kota, kali mati.
aku rangkai puisi, dari deretan penderitaan kita
dari deretan kata yang lahir, aku jujur.


Dari kesadaran kita penghuni kali mati.
aku rangkai puisi,
hanya untukmu Tuhan.

Terimakasih penyair malang,
lirik-lirik lagumu yang mengiris hati,
biarlah menjadi kekuatan kesetiaan dalam kebesaran Tuhan.


Penyair, Hengky Yeimo
Torju, 19 September 2016

Ko'Sapa@2016

Posting Komentar

0 Komentar