Oleh; Ibiroma Wamla
Sekfamneri atau yang di kenal dengan Kurabesi (Gurabesi), ia adalah tokoh Papua yang memiliki hubungan dengan Kesultanan Tidore antara
tahun 1700 hingga 1800. Kurabesi di anggap sebagai tokoh mithe, hal ini
dapat di maklumi karena tidak banyak “catatan” yang berkaitan dengan
dirinya. Tetapi dalam catatan para penjelajah seperti Haga dan F S A de
Clercq namanya muncul sebagai tokoh tangan kanan Sultan Jamaluddin.
Ilustrasi laki-laki Paua di wilayah Raja Ampat dalam buku Earl, G.W. (1853). The Native Races of the Indian Archipelago |
Gurabesi adalah julukan yang di berikan Sultan Jamaluddin, karena
(mungkin) kemahirannya dalam mengolah besi sebagai peralatan pertanian
misalnya parang. Gura dalam bahasa Helmahera (?) adalah tukang, besi
=besi, sehinggan nama Sekfamneri menjadi Gurabesi atau Kurabesi?
Tokoh pendidikan Papua I S Kijne menggubahnya dalam lagu;
Gurabesi
(I.S. Kijne)
Gurabesi telah mendaki bukit tinggi | Gurabesi telah mendaki bukit
tinggi | Gurabesi telah lihat hongi, musuhnya | Hura, mambriku,
Hura! | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu.
Gurabesi menang dan musuh sudah lari | Gurabesi menang dan musuh sudah
lari | Gurabesi menang atas hongi, musuhnya | Hura, mambriku.
Hura! | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu.
Jauh sebelum Gurabesi muncul, F.J.F van Hasselt mencatat, Orang
Papua suka bepergian. Dalam tahun-tahun yang sudah berlalu, mereka
berangkat dengan perahu-perahu besar keluar ke tempat yang jauh dari
Papua, sampai ke Seram, Timor dan Makassar. Sekarang ini mereka tidak
pergi jauh seperti itu lagi, tetapi mereka bisa melakukan perjalanan
besar; berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lama dengan perahu-perahu
mereka.
Bukan karena mereka selalu terus berada di perahu
berminggu-minggu dan berbulan-bulan, tetapi mereka suka berangkat dari
satu tempat ke trmpat lain dan tinggal sementara waktu dimana-mana.
Tulisan , F.J.F van Hasselt ini menjadi referensi bagi beberapa
informasi penting tentang keberadaan orang Papua sebelum tahun 1500-an.
Gurabesi sendiri muncul dalam beberapa versi, ini tak lepas dari
budaya tutur dalam masyarakat Papua. Gurabesi di ketahui menikah dengan
putri Sultan Jamaluddin sebagai hadiah atas keberhasilan Gurabesi
membantu sultan dalam perang antara Jailolo dan Helmahera.
Putri
Sultan, Boki Tabiah di kawinkan dengan Gurabesi sebagai hadiah atas
keberhasilannya membantu perang Sultan Jamaluddin. Selain Gurabesi,
orang Papua lainnya yang mendapat hadiah (gelar) adalah, Kapita laut
(Kapitarau), Djodjoe, Gimalaha, Sangadji, Soeroean, Sadaha, Major
(Mayor), Kaidba (Kaiba), Dimra, Imbir dari Imbiri, dsb. Gelar pemberin
Sultan ini banyak mengubah marga awal dari mereka yang pernah membantu
Sultan dalam peperangan tersebut.
@kabut