PEREMPUAN PAPUA: Dulu, Sekarang dan Masa Depan dalam Kehidupan Adat dan Fenomena Pembangunan



Oleh : Hugo Warami *)

“Perempuan Papua (Dulu, Sekarang dan Masa Depan dalam Kehidupan Adat dan Fenomena Pembangunan) yang ditulis oleh Petrus Tekege, SH., diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan, Jakarta dengan Internasional Serial Book Number: 978-979-416-901-8, dan dicetak pertama kali tahun 2007-2008, dengan tebal halaman sebanyak XXX + 208.

Buku Perempuan Papua ini ditulis oleh seorang anak dari Mapia, Paniai yang mengangkat komunitas Perempuan Papua sebagai sebuah referensi bagi Perempuan Indonesia dan perempuan-perempuan di belahan dunia lainnya bahwa marilah pahami secara arif apa sesungguhnya yang terjadi pada perempuan Papua selama pembangunan bangsa ini berjalan. Buku ini memiliki nilai plus dalam deretan Penulis Anak Negeri Pedalaman dan Pegunungan Tengah Tanah Papua.

Lewat potret karya ini, barangkali Perempuan Papua berada dalam sebuah tepian yang dilematis, di satu sisi ingin mengembangkan diri maju sejajar dengan kaum lelaki, namun di sisi lain dia masih berada dalam keterkungkungan budaya patriarchal yang hanya menunggu dan menjamu sang kekasih saja. Meskipun demikian, Perempuan Papua kini tengah mengarungi berbagai tantangan untuk menembus batas eklusifisme yang naïf menjadi perempuan yang inklusif. Perempuan Papua telah menjalani lonjakan perubahan yang melintasi jalan bebas hambatan, mereka kini tidak hanya menjelajahi dunia tetapi mampu menciptakan karya lewat dunia nyata. Secarakasat mata nampak dalam penempatan posisi strategis di berbagai bidang pembangunan di Tanah Papua. Dan mungkin itulah Perempuan Papua di tengah fenomena Pembangunan.

Bagian pertama tentang Pendahuluan memuat latar belakang, kerangka dasar teori tentang Perempuan, Pemahaman dasar Gender, Seks dan bentuk-bentuk ketidak-adilan dalam Gender, dan studi perkembangan yang menggambarkan masalah Perempuan Papua di Jayapura-Papua, Semarang, Jogjakarta dan Salatiga.

Bagian kedua tentang Martabat Laki-Laki dan Perempuan yang memuat kondisi masa lalu, penyebaran agama Nasarani, Mas Kawin sebagai penentu Status Sosial Masyarakat, Sistem Perkawinan, Pembagian Kerja, Perkembangan Pendidikan, Perempuan Papua dalam fenomena pembangunan, kebudayaan dan problematikanya.

Bagian ketiga tentang Peranan Keluarga dalam Membangun Masa Depan Anak Papua yang memuat Peran Keluarga, Amanat Tuhan, Kesibukan Keluarga dan Tantangan Kehidupan Moderen serta Membangun Jiwa Manusia.

Bagian keempat tentang Perempuan dan Tanggung Jawab yang memuat gambaran umum tanggung jawab seorang Perempuan, tanggung jawab keluarga, masyarakat, Negara, pribadi dan manusia kepada Tuhan.

Bagian kelima tentang kedudukan Perempuan di mata hukum yang memuat dasar persamaan Perempuan dan kedudukannya dalam hukum, hukum perdata dan pidana, dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Bagian keenam tentang harapan masa depan perempuan yang memuat harapan perempuan Papua yang ideal, kepercayaan dan pengakuan, gaya kepemimpinan, dan peran ganda perempuan Papua. Bagian ketujuh tentang masa depan pemimpin perempuan Papua antara tantangan dan peluang yang memuat perspektif masyarakat terhadap kedudukan perempuan, makna pengambilan maskawin, harga mas kawin dan nilai kemanusiaan, perempuan dalam iklan di era globalisasi, tubuh perempuan di media masa, membangun pemahaman berwawasan gender, mempersiapkan diri sejak dini dan jaminan hak perempuan Papua dalam undang-Undang Otonomi Khusus Papua.

Keunggulan dari buku ini adalah sedikit berani mengupas akar dari mitos masyarakat yang berbudaya patriarki tentang malapetaka perempuan yang telah digariskan sebagai kodrat. Kodrat bagi kaum perempuan dilegitimasi oleh adat istiadat, dogma agama, undang-undang, kebijakan politik dan lain sebagainya. Selain itu, kemisikinan yang melilit masyarakat, buruknya pelayanan pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan, kebijakan politik-keamanan yang mengakibatkan pelanggaran HAM, dinamika modal (Investasi Modal Asing) ternyata turut berkontribusi bagi lahirnya kekerasan terhadap perempuan Papua.

Namun, kelemahan dari kerangka pikir ini adalah menyajikan fakta dan realita yang belum merepresentasi perempuan Papua secara keseluruhan. Sajian dan potret ini lebih difokuskan pada perempuan Papua di wilayah budaya Lani-Me-Paqo, dan belum menyajikan potret perempuan Papua dari wilayah lainnya seperti, potret perempuan Papua dalam budaya Tabi, Saireri, Doberai, Bomberai, dan Anim-Ha.

*) DOSEN UNIPA – Manokwari