Kasih Mu Selalu Ku Kenang Sang Dewi ku

Oleh: Benedict.E. Tigi

“Anakku sayang, bangkit dan berdirilah kembali dengan tegar saat kau terjatuh. Tebarkan senyuman terbaikmu pada semua orang. Jangan menyerah terhadap hidup. Taklukkan setiap tantangan yang kau hadapi. Kejar dan jemputlah bintang masa depanmu dengan prestasi gemilang. Biarlah gema semangatmu dapat menjadi teladan bagi yang lain.” 

Bunyi lonceng di sekolah, tanda bahwa proses belajar mengajar hari ini usai.  Serentak bunyi begitu mengagetkanku. Membangunkan ku dari lamunan panjang ku. “Waaaah… selama jam terakhir pelajaran hari ini, saya tidak konsen / fokus” guman ku dalam hati. Segera aku mengemasi barang-barangku dan berjalan keluar dari kelas.Tiba-tiba terdengar suara yang memanggilku, “Vellis… Vell !!! Aku menoleh.

Ternyatasi Aleks teman sekelas ku. Aku menghampirinya, Ada apa Leks? ”tanyaku. Pulang dengan siapa kamu? Tanya dia membalas.Sendiri… Naik taxi Aleks, memangnya ada apa? ”Tanya ku lagi. Kebetulan aku lewat depan rumah kamu, tak ada salahnya kan kalau aku mengantarmu pulang”. Balas Aleks menawar. Mhmm… Okelah kalau begitu” Sahut ku menerima tawarannya.

Itulah kebiasaan si Aleks dari dulu, ia selalu ingin mencuri perhatian dan perasaanku. Namun, tak enak jika ditolak. Aku fine-fine saja dengan keadaan yang ada dan tak pernah menanggapi dengan serius semua gombalan yang perna diaberikan. Toh, anak muda zaman sekarang memang seperti itu.

“Terimakasih yaaa Aleks, sudah mengantaraku sampai di rumah” ucapku dengan sedikit enggan. Iya sama-sama Vell, aku langsung cabut ya !! Balasnya dengan senyum hangat.

Seperti biasanya, siang sampai sore hari aku menghabiskan waktu ku sendirian di rumah, meskipun ada pembantu di rumah kami, namun aku tak pernah lagi duduk bercerita dengannya. Itu hanya menganggu dan membuang waktu kerjanya. Sedangkan  Ayah, saat petang baru pulang kerumah.

Saat makan malam, aku dan ayah selalu makan bersama. Aku bangga padanya, sesibuk apapun, ia tak pernah meninggalkan waktu makan bersama denganaku. Tetapi situasi dinner malam ini, agak asing….

Kamu ada masalah apa vellis, dari tadi melamun melulu? Ada yang bisa ayah bantu?”Tanya ayah membuyarkan lamunanku. Ohh iya ayah… saya..eee.. tidak apa-apa, hanya memikirkan tugas-tugas yang makin menumpuk ini. Balas ku membohongi ayah.Okelah… sekarang habiskan makanan kamu, setelah itu selesaikan tugas-tugas kamu ya!” seru ayah membalas.

Di dalam kamar aku hanya merenung. Memikirkan perjalanan hidup yang saat ini sedang aku lakoni. Apa saja yang harus ku lakukan agar tetap tegar menghadapi hidup ini? Malam kian larut, renung ku belum juga berujung.

Kembali lagi kua mbil box hitam kecil yang ku simpan di laci meja belajarku. Ku buka box itu dan kembali ku baca sepucuk surat yang tersimpan rapi di dalam box itu bersama dengan sederet potret-potret hidup yang mencerminkan ketegaran hati, keseriusan dalam menjalani hidup, senyum-senyum khas milik para pejuang hidup, tatapan mata yang tajam berisi semangat serta wajah cantik dengan panampilan yang memukau. Ya…Itu adalah surat tulisan tangan bunda ku dan potret-potret perjalanan hidupnya.

Mengapa bunda menitipkan surat serta foto-foto ini padaku? Apa yang bunda inginkan? Kenapa ia pergi begitu cepat tanpa memberitahu maksud dari titipan ini? Tiba-tiba bibirku bergetar, kening ku mengerut, tak terasa air mata yang sedari tadi tertahan keluar, mengairi pipiku.“Ya Tuhan, terimalah bunda di sisi-Mu. Berikan padanya tempat yang layak serta kebahagiaan kekal bersama Engkau” pinta ku dalam hati.

Suasana malam ini, tak berbeda dengan malam-malam kemarin, tatkala kepala dan hati ini tersambar kerinduan yang mendalam pada ibunda ku.“Mengapa aku tak mampu jujur pada ayah tentang apa yang kurasakan kini ?Ayah pasti dapat membantu dan menghiburku? Bukankah hanya Ayah saja yang kumiliki saat ini? Ayah maafkana ku!!”Seru ku dalam hati.

Batin ku sungguh tak tenang, memikirkan keputusan-keputusan kecil yang saat ini ku buat. Bibir ini tak sanggup berkata dan mengungkapkan makna rasa yang saat ini melanda, namun hati dan kepala ini tak pernah diam mencari dan mengungkapkan berkas-berkas dalam pencarian jawab akan semua yang ku hadapi kini.

Walaupun bunda meninggalkan sepucuk surat dan album fotonya padaku, aku tetap merasa ada yang kurang. Kehadiran, cinta dan kasih-sayangnya takkan kurasakan lagi, semua itu telah abadi, diakhirat sana, namun jejaknya kan selalu ku kenang dan akan aku tapaki denganc ara ku sendiri.

Satu hal yang kuyakini bahwa, “bunda adalah teladan bagiku, meskipun saat ini ia hadir dalam hanya  khayal, mimpi dan juga surat serta albu mfotonya ini, bunda tetap mencintai dan mendoakan ku” renung ku, mengisahkan buah-buah pemikiranku.

Tiba-tiba terdengar suara dari pintu  kamar ku, “itulah bunda mu, dan begitulah cara ia menjalani kehidupan ini” suara ayah.

Ternyata ayah mengawasiku dari tadi. “Ayah mengapa belum tidur?” tanyaku menyelan sambil menghapus air mataku. Ia hanya membalas dengan senyuman dan dating menghampiriku dan memeluk ku. “Ayah minta maaf, apabila selama ini ku tak memperhatikan kamu, Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai tak ada waktu kkhusus untuk kamu Vell” Kata ayah.

Air mata yang tadi ku singkirkan, tiba-tiba mengalir lagi, baru aku sadari, dibalik kegagahan dan kuatnya sosok  Ayah, ternyata ia memiliki hati yang lembut dan penuh cinta. Berada dalam pelukkan  Ayah,  aku merasa sangat nyaman dan hangat, aku merasa ringan dan lebih tenang.

“Hanya kamu yang Ayah miliki sekarang” lanjutnya singkat.“Vellis juga minta maaf, karena sudah membohongi  Ayah. Dan menyimpan semua perasaan Vellis selama beberapa hari ini, Vellis hanya merindukan ibu balasku.“Sudahlah…!!!  Ayah mengerti, jangan menangis lagi, bunda pasti menginginkan kamu menjadi anak yang baik, bundamu menitipkan semua ini, agar kamu dapat meneladani perjuangan hidupnya dulu.

Ia adalah wanita hebat yang pernah ayah kenal, ayah salut terhadap cara dan sikapnya dalam menjalani hidup. Ia kuat, ceria, ramah senyum, smart dan penuh cinta. Namun apa boleh buat, Tuhan lebih mencintai dia” Kata Ayah.Iya  Ayah… sekarang Vellis sudah mengerti semua maksud bunda, terimakasih banyak, karena Ayah sudah membantu Vellis” balasku.“Iya sama-sama sayang, sekarang istirahat yaaa, besok kamu harus ke Sekolah”  lanjut  Ayah.Oke  Ayah, selamat malam, selamat beristirahat…!!!” balasku. “selamat malam dan selamat beristirahat juga anakku sayang” sahut Ayah.

Malam ini, sungguh menjadi moment yang sangat berharga dalam hidupku. Ayah, sang hero dalam hidupku telah memberikan pencerahan yang sangat membantu aku untuk trus melangkah. Sedangkan ibu, sang dewi pejuang hidup yang kini hidup abadi di Surga sana, telah mewariskan kepadaku semua yang ia miliki.
Iya, semua yang ada padanya kini menjadi milikku, menjadi asset berharga dalam hidup ini. Saat ini, yang harus ku lakukan adalah terus berjuang menapaki hidup dan menghadapi semua tantangannya dengan gembira. Sebab aku yakin percaya, bunda kan selalu mendoakan ku dan ayah kan selalu mendampingiku dalam perjalanan hidup ini.
Penulis adalah baru tamat SMA Tahun 2016 dari SMA TARUNA BAKTI Waena Jayapura dan  calon Mahasisa Baru


Posting Komentar

0 Komentar