Kisah Pendidikan Di Papua Tahun 1865

Oleh; Ibiroma Wamla

Manokwari, foto Zending
Buku-buku sekolah didatangkan dari Djawa jang umumnja dikarang dengan bahasa Melaju untuk sekolah-sekolah di pulau Djawa. Untuk memudahkan peladjaran membatja maka pendeta-pendeta mengarang buku-buku batjaan, berhitung, l) lalu njanjian didalam bahasa daerah, pertama-tama bahasa Numfor (Dore) jang dipakai didaerah Mansinam dan sekelilingnja. Dengan pertjetakan jang dipimpin oleh pdt. Woelders di Andai maka buku-buku dapat ditjetak.

Segala usaha pendidikan jang tersebut itu dibiajai selurulnja oleh Zending. Oleh berkat ketekunan para guru, meskipun rintangan dari pihak orang tua dan murid, pekerdjaan berhasil djuga. Dua murid jang terpand ai ialah Petrus Kafiar dan Timotius Awend dikirim ke Seminari Depok (dekat Bogor) 1892 dan empat tahun kemudian 1896 mereka kembali sebagai Guru Sekolah.

Lima belas tahun lamanja Seminari Depok memberi kesempatan kepada pemuda-pemuda dari sekolah-sekolah dasar Zending jang tersebut diatas ini, untuk dididik mendjadi Guru. Kebanjakan di antara guru-guru tamatan Depok itu mendjadi perintis-perintis pekabaran Indjil di Irian Barat. Diantaranja Guru Willem Rumainum jang bekerdja 1908 Desember - 1953, Johan dan Bertus Ariks, Jakob Rumfabe, Josefus Rumbruren, Karel Koibur, Barnabas Jufuwai dan Jason Sarawan, Chr. Nelwan jang masih bekerdja sebagai guru diresor Miei. Seorang gadis Elli djuga diangkat mendjadi nona guru asli jang pertama.

Dalam - Rumainum (sepuluh Tahun Sesudah Seratus Tahun Zending di Papua).