Ilustrasi perempuan Papua demo mencari keadilan, Dok. Lissa Balandina Yeimo |
Sudah hampir
70 tahun usia reformasi di Indonesia, penegakan hukum di Indonesia, masih di
persimpangan jalan dan perlu di luruskaan.
Lantaran hukum yang mudah terbeli, Aparatur Sipil Negara bahkan rakyat kecil pun bisa jadi aprat kemanan.
Apa jadinya
bangsa ini ?
Banyak pembunuhan gelap banyak kasus yang terpendam, berakhir dikambinghitamkan. Para pencari keadilan pun terpojok oleh penegak hukum yang jorok.
Jika saja para penjabat tak disuap, Papua masih bisa berharap. Sudah hampir 70 tahun usia reformasi di Indonesia, pembukaman demokrasi, penembakan, pemerkosaan tetap meraja lelah di Papua.
Orang miskin
dikorbankan, lantaran hanya dianggap diam
Layanan publik dibisniskan, urusan rakya Papua dibungkam
Para pencari keadilanpun terjerat oleh penegak hukum yang mabuk, rakus.
Layanan publik dibisniskan, urusan rakya Papua dibungkam
Para pencari keadilanpun terjerat oleh penegak hukum yang mabuk, rakus.
Jika saja
para pejabat tidak buta, Papua butuh perhatian
Sudah hampir 70 tahun usia reformaasi di Indonesia, penjabat penegak hukum pun seakan membisu.
Sudah hampir 70 tahun usia reformaasi di Indonesia, penjabat penegak hukum pun seakan membisu.
Dimana kah
peradilan untuk Orang Papua ?
Sekeras itu
kah hukum dibuat dan sepandai itu kah praktek muslihat. Hukum yang
ditegakan dengan penuh kehormatan, hanya menjadi bahan tertawaan rakyat
Papua.
Sudah hampir
70 tahun usia reformasi di Indonesia, Papua masih mencari peradilan Bila
egoisme ini tak diakhiri, kematian akan menguasai surga kecil ini.
Memang
kematia adalah Rahasia Tuhan. Tapi kebejatan Indonesia, tidak boleh dibiarkan,
sebabindonesia sekan tuhannya orang Papua.
Bahu –
membahu memperbaiki negri,
bersama –
sama mencari keadilan.
Kaya : Esthy Yawallka
Sabtu : 10 Desember 2016
0 Komentar