(Tentang
Bayang-bayang Kemerdekaan)
Baju rombeng dan topi kusuk
Membungkus tubuh kurus nan dekil
Kulit yang hitam manis terbakar sang
surya
Sedang matanya sayup tak berbinar
Dia selalu lalu lalang di pingir jalan
Duduk di suatu amperan toko
Menanti tetes-tetes kasih
Menampung hujan nurani
Dikala kelam kian menghampirinya
Beralaskan karton membaringkan tubuh yang
renta itu
Di beranda beton menahan dingin melewati
malam
Hingga membungkus impian dalam tidurnya
Kini tubuh gagah melaju renta
Kulit hitam manis semakin keriput
Rambut keriting sedang menguban
Sebuah harapan tentang negrinya
Ia berdekam dalam samudra kalbunya
Nampak hidupnya terlunta-lunta terlilit
Walau masa mudanya laksana burung elang
Terbang tinggi menelusuri negerinya
Bagaikan singa menapaki buminya
Mendulang takdir, berjuang melawan tirani
Yang terjamur bagai linta di tanah
leluhurnya
Harap tentang bayang kemerdekaannya
Sedang terselubung di atas awan kelabu
Kini hanya asa rasa tergelintir di
hatinya
Lantaran jiwanya telah terborgor luka dan
duka
Raganya terkulai tak daya melangkah
Akibat terhunus timah panas di
pergelangan kaki
Kini dia hanya meratapi tentang hidupnya
Setiap tetes hujan nurani yang terjatuh
di pangkuannya
Hanya botol saguer terpecah di tangannya
Demi menghilangkan perih tersayat di
hatinya
Untuk menghapus memori pasionis
Dalam aroma saguer yang lesat
sesaat
NIMBROT…engkau pahlawan kesiangan
Karya: AGBG
Hollandia, 18 Juli 2016
0 Komentar