Foto : Dokumenter Film Tana Mama |
Jayapura, Ko’Sapa----SUATU hari ibuku bertanya kepadaku, apa
bagian tubuh yang penting. Sekian lama aku menebak dengan jawaban yang aku
anggap benar. Pada saat aku muda, aku piker suara itu adalah yang paling
penting bagi manusia, sehingga aku menjawab, “ Telinga, bu.” Namun, ternyata bukan itu jawabannya.
“Bukan itu, Nak. Tapi, teruslah memikirkan hal itu dan
aku menanyakan kembali kelak.”
Beberapa tahun
kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum beliau bertanya kepadaku lagi. Dan aku
merasa yakin bahwa jawabanku kali ini pasti benar, “Bu, penglihatan sangat penting bagi banyak manusia, jadi pasti mata
kita yang terpenting.”
Beliau pun
memandangku sejenak dan berkata, “Kamu
belajar dengan cepat, tapi bukan itu jawabannya.”
Wah, gagal lagi.
Lalu aku meneruskan memikirkan misteri ini dari waktu ke waktu. Setiap kali aku
memberikan jawaban, beliau selalu
mengatakan, bahwa bukan itu yang benar. Namun, beliau selalu mengatakan bahwa
aku makin pintar tiap tahunnya.
Hingga akhirnya,
sewaktu kakek meninggal dunia, semua keluarga berumpul. Semua bersedih dan
menangis. Bahkan, kulihat ayahuku pun menangis. Aku mengingatnya karena baru
pertama kali itulah melihat ayah menangis. Ibuku pun memandangku ketika tiba
gilinranlu untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.
Beliau bertanya
kepadaku, “Apakah kamu sudah tahu apa
jawaban yang benar dari pertanyaan Ibu terdahulu?”
Aku terkejut.
Aku sering berpikir, jangan-jangan ini hanya guyonan kalimat antara Ibu dan
diriu.
Ibu pun
melanjutkan, “Pertanyaan itu penting
karena akan menunjukkan apakah kamu benar-benar sudah ‘hidup’. Untuk semua bagian tubuh yang kamu pernah
berikan, Ibu selalu berkata bukan itu jawaban yang benar.”
Beliau
memandangku dengan wajah penuh saying seorang Ibu. Aku melihat matanya penuh
dengan air mata. Beliau berkata lirih mantap, “Sayangku, bagian tubuh paling penting adalah bahumu,”
Au pun bertanya,
“apakah karena fungsinya untuk menahan
kepala?”
Ibu membalas, “Bukan, bukan itu. Karena bahu dapat menahan
kepala seorang atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis.
Kadang-kadang dalam hidup ini semua orang butuh bahu untuk menangis. Ibu hanya
berharap kamu punya cukup kasih saying dan orang yang kamu kasihi selalu punya
bahu untuk menangis kapan pun mereka membutuhkannya.”
Ahirnya, aku
tahu bagian tubuh yang paling penting adalah tidak mejadi orang yang
mementingkan diri sendiri. Manusia harus mempunyai simpati atas penderitaan
orang lain. Orang lain akan melupakan apa yang kamu lakukan, tapi tidak akan
pernah lupa bagaimana membuat diri mereka begitu berarti. (Benyamin Lagowan*)
0 Komentar