Oleh, Frans Kamuki
Sastra Papua---Tegar tak tergoyahkan saat badai menerjangelok bagai alam raya nirwana di keabadian gigih tebar keindahan sedang hati hancur tak bertuan gesit lincah walau duka menghiasi keseharianmu nyaring merduh memecah hening hibur rimba raya
diam...sisakan selaksa kebisuan
satu tanya hiasi pelataran jiwa
di mana jantungmu wahai sang Cenderawasih .. ?
benarkah seperti yang ku dengar
bahwa telah kau berikan untuk kehidupan
terbuat dari apa hatimu wahai Cenderawasih
meski tersakiti tetapi penuh tawa canda
ulurkan kasih sayang walau tuba yang di dapatkan
senyum dalam simpul sisakan satu anggukan
selalu itu yang kau perlihatkan dalam kehidupan
senyap....tak ku jumpai sebuah jawab
hanya ada sayup alunan rintik gerimis
mengurai lembut mengalir basahi pipi
puaskan harapan di hati nan gersang
by Frans, 4 Juli 2012
diam...sisakan selaksa kebisuan
satu tanya hiasi pelataran jiwa
di mana jantungmu wahai sang Cenderawasih .. ?
benarkah seperti yang ku dengar
bahwa telah kau berikan untuk kehidupan
terbuat dari apa hatimu wahai Cenderawasih
meski tersakiti tetapi penuh tawa canda
ulurkan kasih sayang walau tuba yang di dapatkan
senyum dalam simpul sisakan satu anggukan
selalu itu yang kau perlihatkan dalam kehidupan
senyap....tak ku jumpai sebuah jawab
hanya ada sayup alunan rintik gerimis
mengurai lembut mengalir basahi pipi
puaskan harapan di hati nan gersang
by Frans, 4 Juli 2012
0 Komentar