Si-PENJALA IKAN – MENJALA ISTRI TERCINTA



 Oleh, Dicky J. Mamoribo
Ilustrasi
Sastra Papua----HEBOH di pulau..! Seorang wanita menangis terseduh-seduh, kedua tangannya menutupi wajahnya, sekelompok warga kampung menyeretnya ke pengadilan adat ! disertai kata-kata caci maki..! 
 
Dia istri nelayan ! Suaminya kalau melaut, kadang empat sampai lima hari lamanya. Selain memancing, juga mengurusi kebun mereka di pulau yang berbeda..

Semalam sehabis hujan, udara terasa dingin sekali.. Istri nelayan yang tinggal sendirian jadi susah tidur, tiba-tiba diterjang hasrat ingin dibelai-sayang, sedangkan suami dua hari lalu melaut. Kondisi ini membuatnya memutuskan pergi ke pantai sekedar merubah suasana..
Sebelum tiba di pantai dia berpapasan dengan seorang pemuda yang kebetulan lewat, lalu mereka ngobrol-ngobrol...

Bulan terang dan pasir putih, nyiur melambai menyambut ombak yang menyapa..
Sesekali terdengar suara jangkrik dan katak bersahutan mengisi ilustrasi alam..
tanpa disadari istri nelayan pun terhanyut dalam belaian-manja pemuda itu...

Malang tak dapat ditolak, sial tak dapat dihindari, si-istri yang selama ini setia, ternyata kedapatan sedang berselingkuh!
Pemuda itu kabur, istri nelayan tertangkap dan harus menghadapi pengadilan adat.

Sesaat kemudian sang nelayan pulang dan mendengar berita ini.. dia segera menengok istrinya yang ditawan dalam penjara balai desa..
Ketika melihat suaminya datang, dia menangis tertunduk malu, berlutut mencium kaki suaminya dan memohon ampun..!
Bapak Nelayan hanya menatap dalam kehampaan tanpa mengucap satu kata pun ! dia berbalik dan menghilang...

Sebelum hukuman mati dilaksanakan, diberi kesempatan terakhir bagi suaminya untuk bertemu Namun bapak Nelayan tak pernah terlihat lagi..
Tak seorang pun yang melihat suaminya sejak kunjungan hari pertama itu.
Mungkinkah dia telah pergi dari kampung itu? atau kawin dengan wanita lain...? Entahlah....?!

Menjelang sore, masyarakat berkumpul di Balai Desa. Dengan kain hitam mereka menutupi kedua mata wanita ini, sambil menggiringnya mereka menyanyikan lagu-lagu duka pengantar_kematian menuju ke jurang_pemangsa yang telah siap menelan korbannya..

Seminggu kemudian HEBOH kembali terjadi di pulau itu lagi..!
Masyarakat kampung berlarian ketakutan, berteriak seakan ada sekelompok binatang buas masuk kampung..!

“Hantu…! Hantu…! Hantuuuuu...!!
Awaaaas ! perempuan itu telah menjadi Hantuuuuu…!” teriak masyarakat kampung..

Suasana gaduh! kocar-kacir! Ibu-bapa menggendong anak berlarian tinggalkan rumah, jatuh dari tangga, saling injak, lupa matikan kompor dan sebagainya... Karena jelas-jelas mereka lihat bapak Nelayan menggandeng mesra istrinya yang baru saja menjalani hukuman mati !
Sekalipun di siang hari, seketika terasa sunyi seperti malam hari !
Hanya kepala desa dan seorang bapa tua renta yang tidak ikut kabur...

Bapak Nelayan mengisahkan :
“Selama tiga hari-tiga malam aku menghilang, selama itu juga aku bergelantungan di jurang yang gelap, aku bagaikan seekor laba-laba raksasa bekerja mengurai jaring di tenggorakan jurang. aku tahu bahwa istriku pasti akan mati tercabik batu cadas didalam sana ! Dan jaring itulah yang menyelamatkan istriku dari kematiannya”

Masyarakat kampung marah besar !
Mendesak kepala desa agar si-ibu itu kembali dibuang ke jurang lagi !
Dengan nada keras Bapak tua menjawab :

Semakin keasyikan kalian mengadili orang, semakin suci kah hidup kalian..?
Hati kalian memang jahat !
Dia telah menjalani hukumannya sesuai hukum adat !
kalian tak ada hak mengembalikannya kesana lagi !
Kalau saat ini dia masih hidup, karena KASIH itu masih ada…!”

Masyarakat kampung : “………????????.....”

(_Beautiful Sunday_)

Posting Komentar

0 Komentar