Tekad Mempelajari Sejarah Bangsa Papua

Oleh: Frans Pigai

Kumainkan pena yang ada di tanganku. Sesekali aku membuka buku-buku bacaan, mencoba merangkai kata dalam bahasa profesional atau bahasa baku.

“Kamu lagi buat apa?” tanya Thesi yang sedang duduk membelakangiku.

“Lagi buat cerpen” jawabku.

“Aduh…aku kira kamu lagi buat puisi buatku.”

“Sama saja sih.”

Thesi mengganti posisi duduknya, sekarang dia duduk membelakangiku.

“Mau kuliah dimana?” tanyanya lagi.

“Pilihan pertamanya sih Universitas Jalanan Papua, tanah Colonial Indonesia (Jawa), yang keduanya kuliah di Universitas Komunitas Anak Jalanan Papua (KAJP) di tanah Papua.”

“Trus tuh kamu buat apa?” tanya Merry lagi.

“Buat cerpen kelayakan menerima kebebasan tanah Papua dari jajahan negara boneka, colonial Indonesia. Do’akan saja semoga Frans berhasil.”

“Frans seriusan mau bebas dari penjajahan ini?” ungkap Merry, keseriusan hati.

“Tra lihat usaha apa yang udah saya lakukan agar bisa memberi makna kebebasan bagi tanah leluhur, tanah Papua. Tekad Frans sudah bulat bebas dari jajahan ini.”

“Iya sudah, Merry doakan saja buat kamu” ucapnya.

Tak lama, terdengar bel berbunyi. Pelajaran akan dimulai. Langkah kaki Ibu Idha terdengar menggema di ruang kelas. 

Aku yang duduk paling belakang segera memfokuskan pandanganku pada beliau. Saat ucapannya terdengar, semua penghuni kelas termasuk diriku menghentikan segala aktivitas. Pelajaran, pun dimulai.

Hening malam bersama hembusan angin dingin menemaniku dalam ruang kelas yang hanya tinggal aku seorang. Sendirian terkadang bisa membuatku merasa nyaman dan tenang. Mencoba berulang kali mengingat-ingat kanji.

Mempelajari Sejarah bangsaku, Papua. Setidaknya aku harus menguasai perkembangan sejarah tanahku Papua untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan bagi bangsaku, Papua, di ibaratkan aku mendaptkan beasiswa paling rendah ke tanah leluhur, tanahku Papua.

Kehangatan segelas kopi menyegarkanku yang sudah mulai mengantuk. Tapi, jika aku tidur sekarang, aku akan merasa kalah jika belum bisa menguasai sejarah bangsa Papua. 

"Anggukan kelelahan beberapa kali aku rasakan" kata hatiku.

Aku tak membantahnya lagi. Pada dasarnya manusia itu punya titik kelemahan dan rasa lelah. Kubiarkan saja diriku terlelap dalam mimpi. Tertidur di atas kursi. Mimpi yang sangat indah, mimpi kemerdekaan bangsa Papua.

Pagi menyongsong hari. Kurasakan diriku kedinginan. Cahaya mentari menyilaukan mataku dan membuatku reflek berlari keluar kelas. Aku bangun kesiangan. Kulihat sekarang sudah jam enam pagi.

Buru-buru aku melaksanakan doa masa depanku dan demi kebebasan bangsa Papua. Biarpun aku terlambat, tak akan kubiarkan diriku lalai akan doaku pada Sang Khalim (Pencipta bumi dan rakyat Papua).

Aku kembali ke kelas. Bel bertanda masuk kelas sudah terdengar sejak tadi. Aku tak bisa membuatku terus terlambat di pagi ini. 

Dengan hanya bermodalkan sarapan beberapa suap sejarah bangsa Papua dan sarapan doa menjadi kekuatan bagiku, tak akan melemahkanku dalam menuntu ilmu sejarah kebebasan dan kemerdekaan bangsa Papua.

Nampaknya perkiraanku salah. Aku lupa akan penyakit maag yang kuderita. Aku merasakan tanganku bergetar lemas kedinginan. Sulit bagiku untuk memfokuskan ke pelajaran yang sedang Idha jelaskan. Ini membuatku tersiksa.

Beberapa kali aku meringis kesakitan. Pada akhirnya, aku hanya bisa terlelap di pojok kelas, ibarat segala konfik yang terdengar di kuping telingaku, atas tangisan dan derita anak negri Papua melalui pembunuhan, penindasan, pemerkosaan, perampasan harta kekayaan dan hak asasi manusia di tanahku Papua. 

Hati pun terasa sakit merasa penderitaan yang kudengarkan di tanahku Papua.

Sore hari yang sangat cerah. Aku merasa senang setelah sebelumnya sempat kecewa. Biarpun aku belum bisa mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan bangsaku Papua, bagaikan aku belum bisa mendapatkan beasiswa ke Papua, setidaknya aku sudah terdaftar sebagai peserta calon mahasiswa KAJP perjuangan bangsa Papua dengan urutan ke sembilan puluh sembilan.

Bagiku, KAJP adalah jalan untukku agar bisa mencapai tujuanku. Aku sangat suka berjuang atas kebenaran dan KAJP mampu membuatku merasa dekat dengan pembuatan Animasi. 

Kesempatan ini tak akan kubiarkan saja. Aku harus bisa memantaskan diriku agar bisa kuliah disana bagian Sejarah bangsa Papua.

Kabar itu membuatku terus memacu adrenalinku untuk memecahkan rumus-rumus yang sebelumnya aku anggap sulit. Berulang kali aku melatih diriku untuk menguasai rumus sejarah bangsa Papua. Aku sudah membayar biaya registrasi untuk memperlari sejarahku.

Aku tidak boleh sampai gagal dalam penyeleksian dan memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan bangsa leluhur, bangsa Papua. Kegagalan hanya akan membuat rakyatku kecewa.

(Simpel, tekad mempelajari sejarahku)

(Penulis Pemula adalah Mahasiswa Papua)

Posting Komentar

0 Komentar