Arnold Ap dan Edward Mofu Tidak Bicara Politik, Tapi Jati Diri

Keerom, Ko’Sapa– Personil grup musik legendaris “Mambesak’, William A. Kiryar mengatakan bahwa Edward Mofu dan Arnold Ap, yang meninggal karena ditembak sebenarnya tidak membicarakan politik. Mereka hanya membicarakan budaya dan identitas orang Papua melalui musik.

“Kami bicara untuk negeri supaya kami bisa bernyanyi saat itu. Kami tidak pernah berpikir untuk memisahkan diri dari republik ini,” kata William kepada Ko’Sapa beberapa waktu lalu di Keerom.

“Pandangan kami dalam dunia musik kala itu, kami merasa bahwa kenapa orang lain bisa menyanyi baru kami tidak? Lalu muncullah grup musik “Mambesak”. Saat itu kami pecahkan rekor. Dari situ baru seniman Papua itu mulai nampak,” katanya mengenang.

Menurutnya “Mambesak” bernyanyi untuk hidup, bukan hidup untuk bernyanyi. “Artinya kami merasa bahwa kami ada di kami punya negeri pada waktu itu; ada teman, ada kawan. Kita duduk bernyanyi bersama dengan berbagai bahasa daerah di Papua,” katanya.

Ia menceritakan ketika itu orang Papua dipukul, disiksa, bahkan ditembak mati jika membicarakan Papua merdeka. Namun mereka tetap mengampanyekan budaya Papua melalui musik. “Sekarang orang bebas bicara, apakah pelanggaran HAM atau tidak,” katanya.

Alumnus Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik Universitas Cenderawasih, Natan Naftali Tebay mengatakan Arnold Ap merupakan tokoh Papua yang membuktikan karya-karyanya. Arnold mengumpulkan pemusik-pemusik Papua dan menyanyikan lagu-lagu dalam berbagai bahasa daerah di Papua. Sebagian besar bertemakan budaya, lingkungan, alam, penderitaan dan kemanusiaan.

“Walaupun sudah lama dinyanyikan, di generasi kami nyanyian grup “Mambesak” masih hangat, karena orang-orang yang mendengarnya merasa terharu,” kata Natan. (*)

Posting Komentar

0 Komentar