Refleksi 53 Tahun PMKRI Cabang Jayapura


Benidiktus Bame doc. Pribadi
Oleh : Benidiktus Bame

Hari Kamis 22 September 2016 segenap pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St. Efrem Jayapura merayakan dirgahayunya ke 53 Tahun.

PMKRI berdiri di Holandia, Port Numbay (sekarang Jayapura, Papua) sebelum Penentuan Pendapatan Rakyat (PEPERA) 1969. Namun dalam sejarah perjalanan Panjang PMKRI di Papua, sejak tahun 1963-2016 diusianya yang ke 53 tahun, mengalami pasang surut, dengan  tantangan begitu berat dan pelik.

Tentunya Sebagai sebuah organisasi perjuangan dan pengkaderan bukan sebuah perjalanan yang sangat mudah untuk dilalui, dan tidak segampang membalik telapak tangan, untuk mengasuh organisasi dan membesarkannya.

Ketika di usia PMKRI yang sudah setengah abad 3 tahun, sebagai organisasi perjuangan dan pengkaderah selalu hadir dan menyikapi berbagai situasi Politik, Hukum, HAM, Marginalisasi Ekonomi, pendidikan, Kesehatan dsb.

Sebagai organisasi pengkaderan kemahasiswaan yang hadir di bumi Papua. Namun, hal yang menjadi komitmen PMKRI St. Efrem Jayapura ialah, berjuang membela kebenaran dan menentang ketidakadilan, serta menjunjung tinggi nilai iman, dan  berpihak pada kaum yang tertindas.

PMKRI juga selalu aktif dalam meningkatkan kapasistas anggota kader untuk memperkuat posisi organisasi dan berpihak pada masyarakat umumnya. Sebab karaktersitik PMKRI yang notabene sebagai organisasi yang mendidik dan membina para pemuda, selalu mengambil peranan penting dalam memberikan pendidikan baik secara formal dan non formal tanpa memandang agama, ras budaya serta latarbelakang kalangan tertentu.

Untuk memberikan pendidikan kritis kepada serta peka terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagaimana diarahkan sesuai dengan cita-cita luhur Faundign Fathers PMKRI itu sendiri. Berangkat dari perjalanan PMKRI sejak Tahun 1963-2016 ini, menegaskan tentang position PMKRI sebagai organisasi Pembinaan dan perjuangan demi mewujudkan visi dan misi PMKRI yakni, terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati di bumi cenderawasih.

PMKRI terus berupaya dengan komitmen dan konsisten dalam menganalisah berbagai permasalahan sosial, dsb. yang terjadi di lingkungan masyarakat, bukan semata-mata untuk diabaikan melainkan untuk disikapi secara intelektualitas yang kritis.

Sebab Kader PMKRI itu berjiwa militansi dan aktivis bukan pasifis atau semanta hanya untuk mendapatkan Sertificate. Tetapi bagaiamana para kader diharapkan untuk memberikan kontribusi pemikiran untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terus terjadi di sekitar kita.

Sebab Presiden Amerika Serikat Jhon F. Kenndy pernah mengatakan, “Jangan Tanyakan Apa Yang Negara Berikan Pada Kita, Tetapi Tanyakan Apa Yang Kita Berikan Untuk Negara.” Maka, jangan pula anda bertanya apa yang PMKRI lakukan untuk kita. Tetapi tanyakan pada diri kita apa yang kita lakukan untuk PMKRI.

Demi mewujudnyatakan Visi dan Misi yang berpihak pada kaum lemah di Indonesia dan Papua khususnya, PMKRI selalu hadir dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk memberikan solusi atas permasalahan sosial, politik dansebagainya yang dihadapai bangsa Indonesia khusunya di Tanah Papua.

Hal ini sejalan dengan misi besar yang di pasungnya yakni, berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis, agar sikap itu tidak luntur para kader juga diwajibkan untuk harus memaknai nilai-nilai kekatolikan demi terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati (Bonum Komune).

Di tengah-tengah perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk berjuagn mencapai kemerdekaan 17 Agustus 1945 PMKRI tak luput juga sumbangsih pemikiran dari tokoh tokoh katolik terdahulu yang sangat berperang aktif dan yang paling caliber dan berpengaruh di sepanjang masa dari orde sampa reformasi yang namanya dikenang seperti Cosmass Batubara, Harichalahi, Aali Moertopo, Mgr. Soegija Pranoto, SJ dan beberapa tokoh yang paling popular lainnya yang tidak sebut.

PMKRI hadir di Tanah Papua dengan persoalan yang pelik dan itu diwujudnyatakan dalam keberpihakannya pada orang asli Papua untuk menyuaarakan Pasar Mama-mama papua, khasus Paniai Berdarah, aksi penggalangan dana untuk busung lapar di Kabupaten Tambrauw, dan aksi pengalangan dana untuk korban di Nduga serta banyak hal lain yang PMKRI berbuat untuk kemanusiaan di Tanah Papua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Oleh sebab itu, perlu di ketahui, sistim kaderisasi dan pendidikan di PMKRI mengarakan untuk mendidik anggota harus berpikir kritis dengan di jiwai sensus hominis dan magis semper, berbagi belas kasih kepada kaum lemah atau mereka yang terpinggirkan dari anggota yang memiliki semangat lebih siap sedia untuk masuk celah ibarat benang menusuk lobang jarum.

PMKRI secara nasional merupakan organisasi Universaly, tidak hanya mengikat pada Mahasiswa katoliknya. Tetapi bebas tidak memandang suku, ras, agama dan budaya, melainkan bagi siapa yang ingin belajar di PMKRI masuk asalkan mahasiswa. Karena anggota PMKRI harus menjadi garam dan terang.

Oleh sebab itu, PMKRI hari ini melahirkan para politikus yang handal bahkan terbang menempuh angkasa, para diplomat dalam negri maupun luarnegri, tokoh-tokoh berjasa yang sudah mendahului kita sekarang meninggalkan nama di bumbungan salip.

Bahkan arwahnya masih melekat untuk mereka yang pejuang di kota belantara indonesia dan papua. Ada juga yang di perkotaan internasional. Tetapi apa yang sekarang mereka lakukan untuk PMKRI saat ini.

Dewasa ini Fenomena dalam internal PMKRI banyak yang terpanggil, namun sedikit yang terpilih. Banyak yang terpanggil untuk berpikir seluas samudra serta lupakan PMKRI ibarat kacang lupakulit.

Namun sedikit yang terpilih berpikir sedalam lautan namun masih merasa PMKRI itu penting bagi mereka. Karena PMKRI ibarat Ibu untuk melatih mereka dari tidak berjalan sampai berjalan. Tidak berani menjadi berani, tidak berbicara menjadi berbicara.

Dengan demikian, menjadi dianggota PMKRI yang menjadi kader handal, professional serta berpikir yang kritis itulh wajah PMKRI yang harus di pancarkan di seluruh pelosok dunia terutama di tanah Papua surga yang memikata manusia-manusia di Dunia ini.

Maka marilah berfikir mengenai apa yang harus kita lakukan untuk PMKRI masa depan. Karena PMKRI masa lalu menjadi cermin masa kini dan Masa kini bertindak untuk masa depan generasi emas dalam mewujudkan Pro ecclesia Et Patria.


Benidiktus Bame, Kordinator Biro Diskusi dan Kajian Ilmiah Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jayapura, St Efrem priode 2014-2016


Posting Komentar

0 Komentar