Gambar : sanada-ken.blogspot.com |
Oleh ; Orgenes Ukago
Aku lupa diri ketika, Malam itu telah membawah jiwaku pergi entah kemana arahnya. Jujur aku pun tak tahu, sebab malam itu, aku dirayu seorang gadis.
Aku lupa diri ketika, Malam itu telah membawah jiwaku pergi entah kemana arahnya. Jujur aku pun tak tahu, sebab malam itu, aku dirayu seorang gadis.
Aku
hanya terbuai dalam kemolekkan. Malam itu akupun tak mengetahui keberadaanku. Miris,
gadis itu selalu kutemui di pingir tembok-tembok besar. Ia, selalu berubah
wujud.
Bibirnya
pipinya, pingulnya, membuatku tak ingin pulang kembali. Kemarin malam kulihat dia
(gadis) bersama para lelaki muda di samping ruko itu.
Kulihat
para lelaki itu menikmati tatapan gadis itu hingga menggiurkan mereka. Tak lama
kemudian gadis itu hilang diantara para lelaki itu. Entah kemana dia pergi. Aku
pun tak tahu arah hilangnya.
Saya
masih perhatikan para lelaki yang juga turut mencari gadis itu. Hingga komplotan
lelaki itu saling menuding, para lelaki itu sa kenal persis...!
“Gadis
itu aku yang membayar dan membawa untuk kita nikmati kemolekannya, kemana
kalian sembunyikan" kata seorang lelaki menuduh temannya.
Seorang
temannya juga tak mau kalah dan berkata "saya juga tadi sumbang uang untuk
menyewa gadis itu itu to..." sambil memukul dada.
Aku
tidak memerhatikan wajah setiap mereka karena gelap. Bagaiman Ekspresi dan rupa
wajah mereka. Tetapi kulihat dari gerak-gerik, mereka sudah di mabukkan oleh pesona
gadis itu.
Tanpa
henti para lelaki itu terus membicarakan gadis yang beberapa menit hilang di
tengah mereka itu. Kusimak ditengah pembicaraan mereka, tak henti para lelaki
itu membiracakan tentang mimpi mereka. Mimpi
yang besar. Tak kunjung jadi nyata, Mimpi yang seolah menyatuhkan langit dan
bumi.
Entahlah
pembicaraan “mimpi” mereka itu dibayangi oleh gadis itu. Karna di tengah
pembicaraan mimpi, mereka mengalihkan pembicaraan pada gadis itu. Ketika itu mereka
pun menyepakati untuk kembali menemui gadis idaman mereka itu.
Salah
Seorang dari para komplotan lelaki muda itu, berdiri dan melangkah masuk
kesebuah mesin percetakan tanpa ragu. Langkahnya Ragu-ragu tapi, sedikit ragu.
Kadang salah langkah.
Ia
justru menarik beberapa kertas yang bergambar merah. Kemudian ia beranjak keluar
untuk menemui gadis itu. Aku terus memperhatikan setiap gerak-gerik para lelaki
itu.
Malam
semakin larut, terasa sunyi. Langit tak berbintang lagi. Rembulan pun tak
tersenyum, hanya perasaan merekalah yang disapa gemuru kendaran yang selalu
mengikat kota tua ini, tak nampak seperti biasa, tampak seperti kota mati yang diserang
wabah. Hanya lampu-lampu jalan berjajar menghiasi jalan.
Lelaki
itu pun beranjak pergi melewati jalan raya yang sepi mengendarai motor tua
tanpa lampu. Sambil ia memperhatikan gadis disamping kiri dan kanan jalan.
Dalam
perjalanannnya, sekilas ia melihatmobil avansa hitam tanpa sopir yang melintasi
jalan raya. Ia, terkejut ketika hendak melintas di jalan raya.
Tanpa
ragu ia terus mengendarai motor tua yang tak pernah ia rawat dengan baik. Bunyi
motornya sangat menggangu orang, apabila ia sedang mengendarai di jalan yang
dekat dengan rumah warga.
Beberapa
bulan lalu, saya perhatikan gadis itu selalu berada di ruko-ruko pingiran jalan
raya pada siang maupun malam hari. Ruko yang selalu di pagari oleh pagar besi
berlipat ganda.
Namun
akhir-akhir ini, aku perhatikan gadis itu mulai berada di ruko itu pada saat
malam hari saja. Gadis itu mulai pendiam, malu-malu kucing dengan gaya pikat
yang luar biasa bagi beberapa lelaki semacam tadi yang menikmati tubuhnya itu.
Aku
merasa aneh, walau gadis itu memiliki sifat yang aneh, para lelaki muda itu
masih mau mencari gadis itu. Selain sifat pendiam yang ia miliki, beberapa
sifat yang mematikan lainnya.
Ah...tidak
perlu bahas dan mencari tahu sifatnya, yang penting nikmati saja tubuhnya
selagi kamu mau. Bila perlu beli sekalian dengan tempat tinggalnya.. kan nikmat
too, pikirku sendiri sambil mengikuti lelaki itu beranjak.
Nampaknya
lelaki itu dengan perlahan menepi depan ruko, dimana gadis itu berada. Apakah
kamu gadis yang menghilang di tengah kami tadi, tanya lelaki itu ?
Tanpa
menjawab gadis itu menyambut, dengan senyum simpul menghiasi bibir merah gadis
itu.
Tanpa
berfikir banyak, lelaki itupun menyambut dan merangkulnya gadis itu dan
membawah pergi.
Ku
melirik ke arah gadis itu dan perhatikan setiap bentuk tubuhnya. Kali ini gadis
itu berpenampilan lain, dimatanya ia menyembunyikan sesuatu dari lelaki.
Tanpa
ragu lelaki itu menyulam dalam tubuh si gadis itu hingga ia tak sadarkan diri. Ternyata
Gadis itu telah membawah semua kesadaran yang lelaki itu miliki.
Sempat
kuberpikir ia (lelaki) akan bangkit dan mengenal gadis itu. Siapa sebenarnya
gadis. Tidak, ia tak sadarkan diri. Ia tidak bangkit mengenalnya.
Ia
telah di bawah dalam kenikmatan tubuh gadis itu. Ia tidak kembali lagi.
Kurasakan terasa Bau aroma bangkai menusuk sekujur tubuhku dan aku pun pergi meninggalkan lelaki itu bersama gadis idamannya.
Kurasakan terasa Bau aroma bangkai menusuk sekujur tubuhku dan aku pun pergi meninggalkan lelaki itu bersama gadis idamannya.
Gadis
itu membawa pergi lelaki muda itu lelaki yang terlihat gagah itu. Ia pergi mungkin
tak akan kembali.
Orgenes adalah Pemulung sastra Papua, tinggal di Jayapura.
Ko'Sapa@2016
Orgenes adalah Pemulung sastra Papua, tinggal di Jayapura.
Ko'Sapa@2016
0 Komentar