Cinta Mati Ombar untuk Ombin Betew Kafdarun

Antara Belanda-Limalas-Arefi dan Friwen

Oleh; Joe Stefano

Tahun 1963
Foto; dok Joe Stefano
Tersiar kabar bahwa Kapal Induk Karel Dorman sudah muat masyarakat Papua yang kerja di jaman Belanda untuk mengangkut mereka yang masih setia dengan Belanda ke Negeri Kincir Angin, jika memilih Indonesia maka mereka tetap tinggal dan bertugas seperti sedia kala. Konflik batin terjadi pada dua ombar Betew, Julio dan Danny. Ikut ke negeri belanda dan tidak berjumpa lagi dengan gadis pujaannya untuk selama-lamanya. Ikut ke Belanda atau bertahan di Misool demi sang pujaan hati.

Julio dan Danny bersekolah di YVVS Saoka, YVVS Saoka merupakan sekolah peradaban khusus laki-laki. Sementara Sekolah Peradaban Perempuan Sekolah Gadis atau MVVS berada di Klademak (Sekarang RRI).

Jarak yang terpisah jauh dan aturan sekolah gadis yang hanya membolehkan saudara kandung yang berkunjung membuat siswa pada saat itu tidak mengenal apa namanya pacaran.

Namun ada satu moment yang biasanya kedua sekolah, YVVS dan MVVS bertemu dalam sebuah upacara perayaaan Hari Ulang Tahun Ratu Yuliana 30 April setiap tahun. Disinilah moment dimana Ombin dan Ombar saling melirik, dalam rangka PDKT. Tak luput Julio dan Danny yang melirik gadis pujaannya dari Arefi dan Friwen.

Tahun 1962-1963, Julio dan Danny bertugas sebagai guru di Misool. Keduanya merupakan anak dan bapa dalam silsilah adat Betew Kafdarun. Semasa tugas mereka saling menjaga satu dengan yang lain, saling menyayangi sebagai saudara dalam tugas dan pelayanan.

Sejak tahun 1961 hingga 1963, gejolak politik Papua sangat panas mendekati Jajak Pendapat atau Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA). Saling serang antara Belanda dan Indonesia tak terelakan. Komodor Yos Sudarso gugur di laut Aru. Pasukan Indonesia sudah mulai masuk dari pulau-pulau PAM, keadaan sudah genting.

Di Puncak Bahari, dilangsungkan PEPERA untuk wilayah Sorong, terdengar kabar berita bahwa Rakyat Papua memilih integrasi dengan Indonesia. Belanda pun mempersiapkan kepulangan seluruh pegawainya, tak luput orang Papua yang ingin pindah ke Netherland diajak turut serta.

Sebuah Kapal Induk Belanda bernama Karel Doorman disiapkan dan telah tiba di pelabuhan Jayapura dan akan menyisir seluruh kota dari Jayapura hingga Sorong. Julio dan Danny diberikan pilihan oleh pimpinan sekolah Belanda. Mau ikut atau tidak ke negeri Belanda.

Duduk di rumah berlabuh. Julio dan Danny berdiskusi serius. Danny memberikan kepercayaan kepada Julio untuk mengambil keputusan atas nama mereka berdua. Mungkin karena pangkat Bapa sehingga Danny mempercayakan keputusan kepada Julio.

Berkayal tentang indahnya negeri Belanda dan kehidupan yang serba modern membuat Julio dan Danny sedikit tergiur untuk membulatkan tekad memilih ikut Karel Dorman ke Holland. Terdiam agak lama, Julio mulai memberikan pertimbangan.

"Saya mungkin tidak akan ikut ke Belanda, saya memilih tinggal." kata Julio memulai pembicaraan yang sedikit terhenti tadi. 

"Kenapa Bapa bicara seperti itu? Tete dengan nene dorang su masuk minang ombintar di Arefi. Jelas Julio. 

"Saya pun sama bapa, Sa pu jantung hati ada di Friwen," balas Danny.

Keduanya kembali membisu, menghayal tentang gadis pujaan mereka yang terpisah oleh lautan, jauh di pulau Batanta dan Waigeo Selatan. Akhirnya, Danny mengambil sikap tegas bahwa dia lebih memilih masuk minang Ombin Friwen menjadi teman hidupnya sampai ajal memisahkan mereka.

Karel Dorman sudah tiba di Dermaga Sorong, Julio dan Danny tetap bertugas di Limalas. Setahun kemudian, Julio mempersunting Ombin Arefi dan Danny mempersunting Ombin Friwen. Hidup mereka dihabiskan untuk pelayanan sekolah dan gereja. Mereka hidup bahagia hingga ajal memisahkan, mereka dikaruniai anak dan cucu yang ganteng-ganteng dan pangaruh smile emotikon

Julio dan Danny telah pergi meninggalkan Adelheid dan Petrosina yang kini lemah tak berdaya di tempat tidur direngut usia senja. Kini muncul Julio dan Danny junior yang telah menjadi atlit hebat, Julio Junior kini jadi pemain bola bea siswa Pertamina AC Milan di Jakarta dan Danny junior pemanah tangguh andalan Papua Barat di Manokwari.

(By: Toman, untuk Nene Nyora Adelheid Soor dan Petrosina Mayor Wawiyai, Tuhan Yesus sayang cepat sembuh ya)

Posting Komentar

0 Komentar