Sejumlah perempuan Papua dinilai unik, sukses, dan menonjol dalam prestasi oleh 3 jurnalis perempuan Papua.
Mereka
yang disebut bukan perempuan biasa itu adalah Baetrix Wanane anggota
KPU Papua, Berlinda Ursula Mayor Ketua Pengadilan Negeri Kelas IIB
Wamena, Herlina Rosa Papare pendiri Sekolah Sepak Bola Bhineka Tunggal
Ika, Hermina Kosay Instruktur Pre Apprentice Institue Pertambangan
Nemangkawi Freeport.
Selain itu, terdapat Lievelin Louisa
Ansanay, Ketua DPRD Kota Jayapura, DR Margaretha Rumbekwan Direktur IPDN
Kampus Papua, Octaviyanti Balndina Ronsumbre Pilot di PT Trigana Air
Service, Olga Helena Hamad Ketua KontraS Papua, dan Shipora Puhili
Tokoro Bidan Kampung.
Lalu ada Siti Nurdjaja Soltief, Kepala VCT
RSUD Jayapura dan aktivis kesehatan, Suzana D Wanggai Kepala Perbatasan
dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, Tina Komangal wirausaha di
Mimika, Yakoba Lokbere Anggota DPR Papua.
Prof DR Yohana Susana
Yembise Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan juga
masuk dalam daftar, dan tak ketinggalan Yosina Bosawer penjual sayur
yang menyekolahkan anaknya di Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih.
Inilah para perempuan Papua dengan sejumlah
sepak terjangnya yang ditulis oleh 3 jurnalis perempuan, yaitu Nethy
Dharma Somba (The Jakarta Post) , Katharina Janur Litasari (KBR 68 H dan
Nunung Kusmiaty (Harian Papua Pos) dalam bukunya "Bukan Perempuan
Biasa". Buku setebal 130 halaman itu, didesain oleh Ridwan Bento
Manubun yang juga jurnalis, diluncurkan Minggu (8/3) malam di Hotel
Grand Talent Abepura.
Nety Dharma Somba mengatakan, untuk menulis
buku ini, mereka banyak menyesuaikan dengan waktu narasumber serta
kesibukkan penulis sebagai jurnalis. Menurut alumni Fakultas Sastra
Indonesia, Jurusan Kesusateraan Universitas Hasanuddin itu, buku ini
menjadi pembeda karena mereka ingin menunjukkan bahwa banyak perempuan
Papua juga bisa berhasil dan sukses.
Menurut ibu dua orang anak
ini, ketiga penilis bahagia dan terharu dengan terbitnya buku itu.
"Selain kami sudah banyak meliput soal Tanah Papua yang penuh dengan
segala gejolaknya, kami juga bisa menulis dan dedikasikan buku ini
kepada perempuan Papua. Semoga buku ini memberikan inspirasi bagi
semua perempuan Papua di mana saja berada," kata Nethy.
Sedangkan
Katharina Janur Lithasari menyampaikan, sejumlah narasumber dalam buku
ada yang dikenal langsung, ada yang diketahui lewat bincang-bincang
dengan sejumlah teman. Buku bersampul kuning dengan gambar 15 orang
perempuan Papua itu dikerjakan sejak Oktober tahun lalu.
"Kerja
keras memang untuk menulis buku ini selain lakukan liputan, yah
menulisnya harus nyicil," kata Lita yang bersuamikan juga seorang
jurnalis.
Ia berharap, buku ini dapat diterima semua kalangan.
"Banyak perempuan Papua yang hebat dan berprestasi hebat lain, namun
karena keterbatasan kami baru menulis 15 perempuan ini. Mudah-mudahan
kami bisa menulis perempuan-perempuan lain yang menjadi inspirasi bagi
rakyat Papua," kata Lita.
Sementara Nunung Kusmiaty, perempuan
yang mempunyai 5 orang anak ini, mengawali karier jurnalistiknya di Kota
Bandung, Jawa Barat lewat SKM Galura grup Pikiran Rakyat pada 1990-an.
Dia hijrah ke Kota Jayapura pada tahun 2000.
"Menulis dan
mengumpulkan bahan penulisan untuk buku memerlukan kesabaran. Saya
bahagia buku ini bisa selesai, semoga buku ini menjadi warna lain dari
buku-buku Papua yang sudah banyak beredar," katanya.
Disinggung
SP dari mana dana untuk membuat buku ini? Ketiga jurnalis perempuan
ini tersenyum bersamaan. "Ini bantuan dari para relasi, aktifis yang ada
di Kota Jayapura dan juga dari kocek pribadi kami bertiga," kata Nety
Dharma Somba.
Ini pun diamin Katrina Lita dan Nunung. "Tak
masalah juga, namanya juga usaha jadi semua harus dijalanin untuk
hadirnya buku ini. Terpenting kami bahagia," kata Katharina Janur.
[154/N-6]
Sumber; http://sp.beritasatu.com
0 Komentar