Ketika Hutan Papua Rusak Maka DUNIA Akan Kehilangan ;

Oleh : Ibiroma Wamla  
 
Foto; Greenpeace http://fwi.or.id www.pedallingforpapua.com http://www.lifemosaic.net www.jamesmorgan.co.uk www.mongabay.co.id
Jayapura Ko'Sapa - Lebih dari 15.000 jenis tumbuhan berpembuluh, sekitar 2.000 jenis anggrek, lebih dari 100 jenis Rhododendron, dan berbagai jenis pohon.

Burung mendominasi vertebrata Papua; lebih dari 600 jenis yang tercatat, termasuk 25 jenis burung cenderawasih, tiga jenis kasuari dan kira-kira dua lusin beo, merpati, burung pemangsa dan raja-udang.

Codot, kangguru pohon, possum dan tikus paling terwakili di antara 180 atau lebih jenis yang ada. Ada pula hewan amfibi yang mencakup lebih dari 150 jenis katak, yang sebagian besar masih belum dikenal. Sedangkan reptilia terdiri dari dua jenis buaya, 61 jenis ular, 141 jenis kadal dan 11 jenis biawak.

Sekitar 150 jenis ikan air tawar dan lebih dari 2.250 jenis ikan laut.

Daftar ini belum lengkap, karena beberapa jenis baru terus ditemukan dalam beberapa penelitian terkini. Banyak jenis flora dan fauna ini merupakan spesies endemic yang hanya ditemukan di Pulau Papua saja, sehingga pulau yang berada di bagian timur Indonesia ini layak disebut sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Kerusakan hutan Papua terjadi karena;

Analisis spasial yang dilakukan oleh SEKALA menunjukkan bahwa sekitar 6,2 juta hektar lahan hutan telah dialokasikan untuk perusahaan pertambangan di provinsi Papua. Sekitar 13,4 juta hektar lahan hutan dialokasikan untuk eksplorasi.

Sebagian besar lahan ini (62%) terletak di dalam hutan lindung dan konservasi. Hampir 19 persen konsesi pertambangan terletak di hutan pegunungan, dan lebih dari 64% di hutan dataran rendah.

Logging skala besar adalah prioritas pemerintah pusat, akan tetapi pemerintah provinsi lebih menyukai memfasilitasi pembangunan logging berbasis masyarakat di Provinsi Papua. 57% dari hutan produksi di Papua telah dialokasikan untuk 38 konsesi besar yang meliputi 9,2 juta hektar lahan. 64% hutan dalam konsesi logging ini merupakan hutan dataran rendah.

Konsesi logging di bagian utara terletak di Kabupaten Sarmi (1.3 juta ha), Nabire (327,456 ha), Waropen (427,225 ha) dan Keerom (364,350 ha); dan di bagian selatan yaitu Kabupaten Mimika (675,156 ha), Asmat (654,831 ha), Boven Digoel (2.1 million ha) dan Mappi (439,775).

Indonesia diperkirakan akan membangun lagi sekitar 5,6 juta hektar perkebunan kelapa sawit dalam 13 tahun kedepan. Sebagian besar ekspansi perkebunan sawit ini akan dimulai pertama kali di Sumatra dan Kalimantan, kemudian di Papua. Pemerintah Indonesia bermaksud untuk membangun perkebunan kelapa sawit dan menawarkan kepada investor berbagai macam kemudahan untuk membangun sampai 200.000 hektar perkebunan sawit di Papua dibandingkan dengan hanya 100.000 hektar di Sumatra dan Kalimantan.

Lebih dari 50.000 hektar kelapa sawit telah ditanam di Papua dan ijin lain yang telah diberikan sekitar 50,000 hektar lagi. Gubernur Provinsi Papua sebelumnya pernah mendeklarasikan 3 juta hektar lahan untuk dialokasikan sebagai perkebunan kelapa sawit dengan tujuan untuk membuat Papua sebagai produsen kelapa sawit terbesar dibanding provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Sebagian besar alokasi lahan untuk dikonversi menjadi kelapa sawit di Provinsi Papua meliputi kawasan hutan primer dataran rendah. Pengalaman dari daerah lain di Indonesia menunjukkan bahwa usulan untuk pembangunan perkebunan kadang-kadang hanya sebagai alasan dari perusahaan kayu untuk menebang pohon untuk diambil kayunya saja dan kemudian meninggalkan lahan yang sudah terbuka tersebut.

Kelapa sawit di satu sisi dapat menunjukkan manfaat ekonomi yang penting dalam hal devisa, pendapatan dan ekspansi tenaga kerja, tetapi disisi lain kelapa sawit juga menghasilkan konversi hutan besar-besaran, kehilangan keanekaragaman hayati dan menimbulkan emisi karbon.

Sikap yang berhati-hati harus dipertimbangkan dalam mengalokasikan kelapa sawit dan perkebunan secara ideal seharusnya dibangun di tanah mineral yang terdegradasi dari pada di lahan berhutan atau tanah gambut.

Penilaian Strategis untuk Perencanaan
Ruang di Provinsi Papua

Laporan THE WORLD BANK @ Desember 2008

https://awasmifee.potager.org/?p=1205&lang=id

www.youtube.com/watch?v=MSVTZSa4oSg

http://sawitwatch.or.id/…/05/sawit-kian-menggusur-hutan-pa…/

http://news.detik.com/…/ini-gambaran-parahnya-kerusakan-hut…



Ko'Sapa@2016


Posting Komentar

0 Komentar