H U J A N


pada terik sang maha zaman
alam mengaduh serupa kesedihan
yang menjerit ketika petir menyambar
mendung terbelah
langit retak
gerimis luruh dari cucuran air mata
seribu peri yang terisak karena pedih duka hati
--aku cuma rinai yang jatuh di atas genting lalu
menyatu serupa kata seru
“tik…tak…tik…tak….”
basah sudah ladang ladang petani
penuh pula guci para pengungsi
aku menjawab dahaga akan
takdir sekalian prajurit
nan meregang nyawa di medan
pertempuran untuk kalah atau menang
aku terus mengaliri seribu anak sungai
menggelegak
bermuara di seluruh lepas pantai
: guruh menggelegar
angin menggeram
bidadari tak henti tersedu
aku tetap berjatuhan
terpelanting di atas tanah gersang
gugur pada jiwa yang merintih
dan
kering
kerontang
lalu bergemuruh menjadi banjir bandang


Agats – Asmat, 28 Maret 2011


Posting Komentar

0 Komentar