Teater Koma Pentaskan Tanah Papua yang Diserang Naga Jahat

Dok.Galeri Indonesia Kaya
Jakarta - Tanah Papua diteror seekor naga jahat. Banyak warganya yang menjadi korban. Tidak ada lagi yang berani mengumpulkan makanan. Naga memonopolinya. Orang-orang putus asa, banyak yang menghamba pada naga tersebut. Mereka tidak ingin menjadi budak dan hanya bisa menahan lapar.

Tapi harapan belum mati. Terdapat sebuah ramalan, kelak akan lahir seorang pahlawan pemberani yang mampu mengalahkan Sang Naga. Entah siapa pahlawan tersebut.

Sementara itu, di sebuah desa terpencil terdapat seorang wanita hamil yang kehilangan suaminya akibat kekejaman Sang Naga. Seluruh kerabat dekat dan warga desanya mati dimakan Naga. Ia bertahan hidup, demi calon bayi yang sedang dikandungnya. Apakah calon bayi tersebut pahlawan yang diramalkan?

Penggalan kisah tersebut dimainkan oleh Teater Koma di auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK) akhir pekan lalu. Lakon bertajuk 'Matahari dari Timur' tersebut mengangkat kisah Tanah Papua yang diteror seekor Naga jahat.

Sebanyak 12 pemain Teater Koma ikut berpartisipasi. Seperti Budi Ros yang berperan sebagai Peramal, Sari Prianggoro sebagai Mama, Rangga Riantiarno sebagai Biwar, Dick Perthino sebagai Buaya, Tuti Hartati sebagai Victoria, Bayu Dharmawan Saleh sebagai Naga.

"Ini adalah pementasan yang ke-138 yang kami tampilkan. Melalui pementasan drama ini, kami mengangkat Tanah Papua yang dikisahkan berada dalam masa kelam menuju kebangkitannya," ujar sutradara sekaligus penulis naskah Nano Riantiarno.

Pementasan ini juga didukung oleh penata artistik Subarkah Hadiaarjana. Penata musik oleh Fero Aldiansya, Kostum ditata Rima Ananda, penata rias dilakukan Dessy Mulansari dan penata gerak Sir Ilham Djambak. Serta manajer panggung yaitu Bayu Dharmawan Saleh.

Teater Koma berdiri sejak 1 Maret 1977 silam. Hingga tahun ini, Teater Koma telah memproduksi berbagai lakon pementasan sebanyak 138. Beberapa di antaranya adalah karya para dramawan dunia seperti Shakespeare dan Moliere dan lakon Cina yang disadur kembali. Seperti Sampek Engtay dan Sie Jin Kwie. Teater Koma selalu berpegang pada keyakinannya bahwa teater menjadi saalah satu jembatan menuju keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi.

Sumber; http://hot.detik.com

Posting Komentar

0 Komentar