Pendidikan dan Pengajaran

ilustrasi


Oleh; Willem Burung
University of Oxford | wburung@hotmail.co.id

Terbitan kali ini memberikan suatu pengantar singkat yang memberikan pemahanan tentang pendidikan dan pengajaran serta perbedaan-perbedaan keduanya.

Ada perbedaan antara pendidikan dan pengajaran sekali pun keduanya masih dicampur-adukan pengertiannya baik dalam berbagai kegiatan pendidikan mau pun dalam berbagai aktifitas pengajaran. Sebagai contoh: kita berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan, tetapi yang kita lakukan adalah peningkatan mutu pengajaran, atau unsur-unsur pengajarannya yang kita tingkatkan.

Pendidikan adalah penerusan pengetahuan seseorang mengenai norma-norma atau nilai-nilai hidup sesuatu masyarakat kepada orang lain, biasanya adalah orang yang dididiknya. Di dalam proses pendidikan kita temui relasi antara ‘yang mendidik, yaitu pendidik’ dan ‘yang dididik, yaitu anak atau anak didik’. Jadi pendidikan mengacu pada pengalihan pengetahuan norma-norma hidup - nilai-nilai kemanusiaan. Pengajaran adalah penerusan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu ilmu atau pelajaran yang diperolehnya melalui sesuatu media pembelajaran kepada orang lain, biasanya adalah orang yang diajarnya. Di dalam proses pengajaran, kita temui relasi antar ‘yang mengajar, yaitu: pengajar’ dan ‘yang diajar, yaitu pelajar, siswa atau mahasiswa’. Pengajaran mengacu pada pengalihan pengetahuan akademis - nilai-nilai akademis.

Pendidikan berkaitan erat dengan moral atau akhlak atau budi pekerti. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merumuskan arti moral sebagai “... (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; ...” yang sama dengan akhlak atau budi pekerti. (Ebta Setiawan 2010).[1] Selanjutnya dari KBBI, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang bermoral berarti orang tersebut mempunyai pertimbangan akan baik buruk. Bermoral artinya hidup sesuai dengan moral, seperti adat sopan santun, dan lain sebagainya. Bermoral baik sering disamakan dengan beradab dan dilawan-artikan dengan biadab, yaitu: yang berkaitan dengan tidak tahu adat (seperti: sopan santun) dan atau kurang ajar.

Melalui pendidikan, seseorang (dalam hal ini anak didik) belajar tentang bagaimana hidup bermasyarakat sesuai dengan norma-norma hidup atau nilai-nilai hidup yang dimiliki masyarakat tersebut. Hal-hal yang menyangkut akhlak (atau budi-pekerti; kelakuan) diperoleh melalui pendidikan. Sekali pun bisa diajarkan melalui suatu mata-pelajaran di sekolah, namun nilai-nilai hidup diperoleh seseorang melalui pengalaman hidupnya dalam lingkungan masyarakat di mana ia hidup dan bertumbuh; dalam hal ini, keluarga dan kemudian masyarakat. Sopan-santun adalah salah satu contoh budi-pekerti yang baik dan yang biasanya diterima dalam hidup bermasyarakat. Di dalam sopan-santun anak didik belajar memiliki kelakuan yang tahu menghormati dan menghargai sesama, terutama orang yang lebih tua atau yang berdudukan sosial lebih tinggi darinya. Begitu juga sifat ramah-tamah pun diperoleh dalam masa pendidikan. Dalam masa pendidikan pun anak didik akan memperoleh pengalaman hidup bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan masyarakat tempat di mana dia berada dan bertumbuh. Singkatnya pewarisan moral, akhlak atau budi-pekerti diperoleh melalui suatu pendidikan. Di sini, seorang guru akan berperan sebagai ‘pendidik’.

Oleh karena seorang anak didik belajar bermasyarakat atau bersosial melalui suatu proses pendidikan di mana ia akan menimbah segala pengalaman hidup yang dilihat, dialami dan dijalaninya dari masyarakat dalam lingkungan anak didik tersebut berada, kita umumnya kenal dengan semboyan: pendidikan berawal dari keluarga. Sebaliknya kita tidak pernah dengar: pengajaran berawal dari keluarga. Dengan demikian tidaklah salah apabila kita katakan bahwa: jenjang pemerolehan pendidikan seorang anak didik adalah: keluarga, masyarakat dan sekolah. Dapat juga dikatakan bahwa pendidikan dimulai dari yang tidak formal ke formal sedangkan pengajaran dimulai dari formal ke tidak formal.

Pengajaran berkaitan erat dengan ilmu atau sains. Ilmu dapat kita artikan sebagai: pengetahuan intelektual mengenai sesuatu hal tertentu yang diperoleh melalui suatu proses pembelajaran yang sistematis, dan yang dapat digunakan untuk menjelaskan perihal, keadaan atau peristiwa tertentu. Matematika, biologi, sejarah, misalnya, adalah suatu ilmu.

Melalui pengajaran, suatu ilmu diperoleh seorang anak didik, umumnya dalam suatu proses pembelajaran formal di sekolah. Di sini, seorang guru akan berperan sebagai ‘pengajar’. Berlawanan arah dengan pendidikan, jenjang pemerolehan pengajaran seorang anak didik adalah: sekolah, masyarakat dan keluarga. Dapat juga dikatakan bahwa pengajaran dimulai dari formal ke tidak formal sedangkan pendidikan dimulai dari tidak formal ke formal.

Berikut skema enam aspek yang memberikan perbedaan antara pendidikan dan pengajaran.


ASPEK
PENDIDIKAN
PENGAJARAN

1.                    
Keterkaitan
moral, akhlak, budi pekerti
ilmu, pelajaran

2.                    
Pengemban
anak, anggota keluarga/masyarakat
pelajar, siswa, mahasiswa

3.                    
Arah pemerolehan
keluarga > masyarakat > sekolah
sekolah > masyarakat > keluarga

4.                    
Arah sistematis
tidak formal > formal
formal > tidak formal

5.                    
Fungsi guru
pendidik
pengajar

6.                    
Jabatan guru
panggilan
melalui media pendidikan formal





Demikian sekilas ulasan mengenai perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Pada nomor berikut akan kita lihat secara lebih rinci aspek keterkaitan yang membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Berbagai contoh nyata dalam kehidupan kita sehari-hari akan diberikan dalam pembahasan tersebut. 

Referensi


Setiawan, Ebta. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. URL: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/





[1] KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi offline dengan mengacu pada data dari KBBI Daring (edisi III) diambil dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. Freeware ©2010 by Ebta Setiawan.

Posting Komentar

0 Komentar