Syukur Bagi-Mu Tuhan, Kau B’rikan Tanahku Papua

Aktualisasi Visi Pdt. I.S. Kijne tentang Kota Emas

Oleh : Hugo Warami *)

Judul Buku        : Syukur Bagi-Mu Tuhan Kau B’rikan Tanahku Papua
Penulis              : Drs. Robert Isir, MA., MM.
Penerbit            : Komite Jaringan Doa Sahabat Papua
ISBN/KTD         : 978-979-99066-2-5
Cetakan            : Pertama
Tahun               : 2007/2008

SYUKUR BAGI-MU TUHAN, KAU B’RIKAN TANAHKU PAPUA merupakan replik bait yang diangkat dari Lagu Hai Tanah New Guinea, karangan Pdt. I.S. Kijne bait ke-4 (empat), yakni ”Syukur Bagi-Mu  Tuhan, Kau B’rikan Tanahku, bri aku rajin juga sampaikan maksud-Mu”. Buku ini membantu mengungkap kepada semua penduduk yang mendiami Tanah Papua bahwa Syukur Bagi-Mu Tuhan adalah Doa yang harus dipersembahkan setiap orang yang menikmati kekayaan alam di atas Tanah Papua. Ungkapan doa ini sebagai sarana untuk membangun Papua Emas. Papua Emas yang dimaksudkan dalam buku ini adalah membangun Papua Baru  yang adil, makmur atau sejahtera menuju zaman keemasan atau kejayaan. Dengan demikian, motto yang didengungkan dunia barat untuk menguasai belahan dunia yang lain, yakni Gold, Gospel dan Glory dapat direfleksikan dalam medan pelayanan membangun Papua Emas secara kontesktual sesuai budaya setempat. Dalam konsep ini, setelah memperoleh Gold (kekayaan atau kemakmuran) jangan lupa pencinta-Nya melalui pendekatan Gospel (Injil), yaitu senantiasa bersyukur kepada-Nya dalam rangka untuk kemuliaan-Nya (Glory).

Bagian pertama memuat pendahuluan tentang relevansi Ritual Pesta Bangsa Israel, yakni Paskah, Pantekosta dan  Pesta Pondok Daun Bangsa Israel dengan Tanah Papua. Ungkapan-ungkapan syukur kepada Tuhan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup berupa sumber daya alam untuk kesinambungan hidup umat yang mendiami Tanah Papua. Ucapan syukur juga melalui pemeliharaan dan pelestariaan kebudyaan daerah sebagai karunia Tuhan untuk umat-Nya di Tanah Papua seperti sistem bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan sistem religi.

Bagian kedua memuat Makna Hari Raya Pondok Daun yang memuat pesta-pesta perayaan atau ritual Pondok Daun, hubungan antara hari-hari Raya Bangsa Israel dan Pengenapannya, serta alasan perayaan pesta ritual tahunan. Bagian ini mengingatkan semua umat terhadap perayaan-perayaan lainnya yang berlangsung di atas Tanah Papua (26 Oktober, 05 Februari, 26 April, dan lain sebagainya).

Bagian ketiga memuat Makna Perayaan Ritual Pesta Pondok Daun Menyosong Papua Baru. Mengapa ritual begitu penting dalam aktivitas kehidupan manusia? Ritual merupakan suatu wujud aktivitas religi manusia yang dipersembahkan kepada Tuhan  dan dalam usahanya untuk bekomunikasi dengan Tuhan lainnya. Ritual ini biasanya berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau kadang-kadang saja. Tergantung dari isi acaranya, atau kombinasi dari beberapa segmen yang memiliki tali berantai seperti: berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi, berprosesi, berseni drama suci, berpuasa, intoksikasi, bertapa dan bersemedi.  Makna perayaan ini menjadi tantangan menuju Papua Baru, yakni tantangan terhadap tradisi atau budaya, kekuatan politik, ras (rambut dan kulit), perang suku, mudah terprovokasi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Bagian keempat mengungkapkan Mengapa Hari Raya atau Pesta Tahunan (Syukur pada Bumi Papua) itu dilakukan. Dengan tidak mengurangi ibadah syukuran setiap hari, minggu, bulan dan tahunan yang senantiasa dilakukan oleh umat atas berkat yang diperoleh melalui panen hasil bumi, pendapatan setiap bulan dari usaha, dan lain sebagainya secara pribadi, keluarga atau kelompok komunitas, tetapi sebagai umat ciptaan-Nya wajib merayakannya.

Bagian kelima mengungkapkan Hubungan antara Hari Raya Syukuran bagi Bumi Papua dan Membangun Papua Kota Emas. Bagian ini mengungkapkan hubungan antara membangun Papua dengan visi-misi para pemimpin di Tanah Papua (Gubernur dan Bupati/Walikota), Gerakan bersama rakyat (Turkam), Membangun Dengan Satu Hati, Satu Hati  Satu Tujuan, dan lain sebagainya serta Membangun Budaya Damai di Papua. Membangun Papua berarti meletakkan proses perubahan atau pemulihan dari keadaan yang lama, statis, dan tradisional kepada suatu situasi dan kondisi yang modern dan dinamis. Dengan demikian membangun Papua Baru berarti proses membangun Budaya Baru alias membangun Papua Kota Emas. Pemahaman modernisasi Papua bukanlah Westernisasi. 

Bagian keenam memuat ungkapan SYUKUR BAGIMU TUHAN: KAU BRIKAN TANAHKU PAPUA. Bagian buku ini mendeskripsikan tentang ungkapan Syukur Bagi-MU Tuhan, Kau Brikan Tanahku Papua sebagai PULAU EMAS, Dahulu Kami Kegelapan Tetapi Kini Kami Dalam Terang Tuhan, Kau Brikan Otonomi Khusus sebagai Jembatan Emas untuk Membangun Papua Emas, Umat-Mu di Papua Dimurnikan seperti Emas sebelum memasuki KOTA EMAS, dan Aktualisasi visi Pdt. IS.Kijne tentang Kota Emas.

Keunggulan dari buku ini adalah mengulas mengapa Papua memperoleh Predikat Pulau dan Kota Emas? Predikat Pulau Emas diberikan karena mempunyai makna yang sangat filosofis, yakni a) Pulau Papua dengan ciri khas yang terindah di seluruh dunia dengan burung cenderaweasih (Bird of Paradise) yang sering disebut pula sebagai Burung Emas; b) kekayaan alamnya yang melimpah, dengan Emas, tembaga dan lain-lainnya yang potensial untuk menjadi berkat bagi segala bangsa. Emas sebagai logam mulia yang berharga sangat malah dan bernilai tinggi untuk kebutuhan manusia; c) Papua terkenal dengan Taman nasional Lorenz yang sebagai Situs Warisan Dunia yang luar biasa keajaiban alamnya yang ada di planet bumi, yang bernilai tinggi bagi manusia; d) Papua berada di sebelah timur dari Pintu Gerbang Emas (Golden Gate) dan berada di sebelah matahari terbit yang setiap saat menerangi bumi (The Vikings of the Sun); e) Suatu pulau di sebelah mata hari terbit seperti Taman Firdaus tetapi tamannya yang indah semakin hilang (The Lost Paradise), sebab Tuhan sebagai Matahari dan Perisai, serta ada Kasih dan Kemuliaah; dan f) adanya berbagai jenis tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki nilai sangat tinggi, misalnya WATI disebut sebagai Tanaman Penenang dari Firdaus (Peace Plant of Paradise).

*) staf Pengajar di Universitas Negeri Papua

Posting Komentar

0 Komentar