HIDUP BARU: Injil dan Pesta Ulat Sagu di Papua

Oleh : Hugo Warami *)

Judul         : “HIDUP BARU: Injil dan Pesta Ulat Sagu di Papua
Penuulis    : H.Venema,
Penerbit    : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM
Cetakan    : 2006,
Tebal        : VI + 352.

Buku HIDUP BARU ini ditulis oleh seorang pekabar injil reformasi dari Klasis Groningen, Belanda ini mempublikasikan hasil penelitian murninya yang sarat dan erat dengan ritual keagamaan. Venema memandang bahwa hasil karya ini dapat menjadi bahan perenungan dan dapat memperlengkapi setiap orang untuk merektualiasi diri, karena budaya telah tercemar oleh perbuatan-perbuatan dosa. Dalam buku ini disajikan beberapa pemikiran dan renungan perihal hidup baru yang dimaksudkan sebagai resep siap pakai tetapi dapat membantu setiap orang untuk membedah tingkat keimanan dalam budayanya masing-masing yang sedang kropos.

Bagian pertama tentang manusia dalam kebudayaan yang berbeda, kitab suci sebagai dasar dan norma hidup, kebudayaan sebagai cara hidup manusia seutuhnya, rekulturasi dan kasus kebudayaan. Bagian ini merupakan presentase penelitian dan penilaian kasus kebudayaan. Bagian kedua tentang pesta ulat sagu yang memuat dasar hidup suku di rawa sagu, sagu sebagai lambang dan dasar hidup, sagu sebagai bumi yang jatuh dan rusak akibat perubahan, manusia baru, cara hidup, pesta ulat sagu yang religius dan yang non-profan, keseimbangan hidup, kebahagian keluarga sebagai pusat kosmos, pesta ulat sagu sebagai ibadah agama suku, peran para tamu dalam pesta ulat sagu, perubahan kebudayaan dalam pesta ulat sagu, penilaian menurut kitab suci, rekulturasi pesta ulat sagu, pesta ulat sagu yang kudus dan am.

Buku ini hanya terdiri atas dua bagian besar. Memberikan sentuhan untuk bersosialisasi dengan adat istiadat, tradisi, dan keyakinan dalam semua bentuk pola hidup. Buku ini sarat dengan nuansa-nuansa budaya yang masih orisinal yang dikhawatirkan suatu saat mengalami lompatan peradaban yang sangat jauh dan cepat-super moderen. Bahkan lompatan nalarpun bergeser dari yang tradisional ke yang rasional.

*) Dosen Universitas Negeri Manokwari (UNIPA)

Posting Komentar

0 Komentar