Oleh, Mariana Lusia Resubun*)
Peta Papua |
Sastra Papua---Tanah Papua “surga
kecil” yang jatuh ke bumi, kaya akan hasil hutannya, hasil tambangnya, hasil
lautnya dan keindahan alamnya. Apa sih yang tidak ada di Tanah Papua? Semua ada
di Tanah Papua sehingga semua orang berbondong-bondong datang mencari penghidupan
yang layak di surga yang ada di bumi ini. Benar-benar surga, karena masyarakat
asli Papua yang ramah mampu menerima perbedaan suku, agama dan ras. Dimana lagi
menemukan Indonesia mini kalau bukan di Tanah Papua?
Hitam kulit,
keriting rambut, banggalah jadi ras Melanesia. Tidak perlu jadi korban om
luter (lurus terpaksa) dan tante kori (korban rebonding). Karena hitam kulit dan rambut keriting adalah mutiara
yang indah dari Tanah Papua.
Sayang surga
ini mulai rusak karena keserakahan manusia yang hanya ingin menikmati
madumu.Hutan ditebang, kekayaan lautmu dikuras, perutmu digali untuk tambang,
yang katanya untuk kemakmuran bagi pemilik surga ini.Mana “janji manis” untuk
anak negri ini? Masih banyak air mata, ketidakadilan dan sakit hati melihat tanah
ini, surga ini dirusak oleh orang lain.
Air mata ini untukmu Papuaku, surga tempat aku
dilahirkan dan aku berharap disana pula aku beristirahat nanti. Tolong jangan
rusak lagi surga ini. Tolong jangan menyeragamkan kami dengan saudara-saudara
lain disana. Biarlah kami tetap menjadi mutiara hitam dari timur.
Tidak kah cukup kekayaan alam Papua dikuras? Mengapa harus
melihatmu Papuaku menjadi seragam dengan saudara yang lain. Hutanmu berubah
menjadi sawah dan perkebunan sawit. Di meja makan anak negrimu terhidang nasi,
jarang terhidang lagi sagu dan umbi-umbian yang menjadi makanan dan akar budaya
dari anak negrimu.
Pertanyaan buat para pemimpin dan pengambil kebijakan,
kenapa harus menyamaratakan kami dengan yang lain? apakah kalau Ibu Kota NKRI
berada di Papua, bisakah salah satu dari ini dinasionalkan? apakah sagu bisa
menjadi makanan pokok dari Sabang sampai Merauke? Atau penggunaan pakaian
tradisional seperti koteka dan cawat menjadi pakaian nasional. Tolong jangan
menyamaratakan dan menyeragamkan kami dengan saudara-saudara yang lain.
STOP MENGEBIRI HAK-HAK ORANG PAPUA
Maria adalah, anak kampung dari Merauke*
0 Komentar