Dendang Keroncong di Papua


Keluarga TOEGOE di APO, Jayapura
Betapa agungnya, betapa megahnya berdiri kau menjulang, bagai seorang raja dikelilingi ribuan gundikmu, di kakimu terletak danau indah bagai permaisuri.

Penggalan syair lagu Keroncong Gunung Cyclop yang di nyanyikan grup Black Brothers ini menceritakan keindahan alam di sekitar Danau sentan dengan gunung Cyclop yang berdiri megah. Sebagai grup multi talenta tak diragukan lagi jika Black Brothers mampu membawakan berbagai macam irama musik, termasuk musik “pop keroncong”. Dalam beberapa albumnya Black Brothers berani memasukkan lagu keroncong yang membuat grup-grup lain pada waktu itu terperangah. Black Brothers berani melawan arus, saat itu (tahun 1970-an) grup-grup band cenderung membawakan irama rock dan pop rock yang sedang tren.

Bagi para personil Black Brothers, musik keroncong tak asing (ini hanya dugaan saya), karena pada waktu itu musik Hawaian sedang naik daun dan para personil BB mampu memainkannya. Selain kedekatannya dengan musik Hawaian, di tahun 1950-an, sebagian keluarga pemusik Keroncong Toegoe berpindah dari Jakarta ke Nieuw Guinea akibat perubahan politik yang terjadi di Jakarta. Di Nieuw Guinea, mereka menetap di kompleks APO (American Post Office).

Perubahan politik yang terjadi di Nieuw Guinea tahun 1960-an membuat sebagian keluarga Toegoe berpindah lagi menuju negeri Belanda, hanya beberapa saja yang memilih menetap di APO.

Di Indonesia, grup musik Toegoe memiliki sejarah pandang dan merupakan salah satu grup yang turut mempopolerkan musik kerocong. Kisah grup musik Toegoe berawal dari Joseph Quiko (1925), yang pertama kali membentuk group keroncong yang terorganisasi di Kampung Tugu, dengan nama “Orkes Poesaka Krontjong MORESCO Toegoe” ANNO 1661.

Selama 10 tahun Joseph Quiko memimpin mencari identitas warna musik sebagai ciri Khas permainan gaya Tugu yang saat itu masih menyanyikan lagu-lagu berbahasa Portugis Tugu seperti “Gatu Matu”-“Moresco”-“Menina Bobo”-“Cafrinho”-“Yan Kaga Leti”, dan penyanyinya juga hanya terbatas saudara di tugu seperti penyanyinya Tante Yoyo (Yohana Lumanau). Pada tahun 1935 Joseph Quiko mulai disibukan kembali dengan usaha dagangnya dan beliau menyerahkan pimpinan Keroncong Tugu ini kepada adiknya Jacobus Quiko.

Jacobus Quiko (1935), atas usul kakaknya agar ada perbedaan untuk kepemimpinan yang di serahkannya maka harus dicantumkan Generari ke 2 dari nama group itu. Maka keroncong tugu di bawah pimpinan Jacobus Quiko menjadi “Orkes Poesaka Krontjong MORESCO Toegoe II – ANNO 1661”.@ Ibiroma Wamla