Warisan Budaya Suku Mee: Daa dan Diyo Dou

Add caption
Judul       : Warisan Budaya Suku Mee: Daa dan Diyo Dou
Penulis    : Emanuel Goo dan Vitalis Goo
Penerbit  : Kanisius
Tahun     : 2016
Tebal     : 130 hlmn
ISBN       : 978-979-21-5040-7

Pengatar Penulis

Suatu suku bangsa tentunya memiliki warisan budaya leluhurnya tersendiri. Yakni segala seluk-beluk kebiasaan hidup yang dilandasi melalui daya rasa, cipta dan karsa. Melalui proses itu pula tercipta pedoman hidup yang notabene diterapkannya dalam keseharian hidupnya.

Penerapan pedoman hidup itulah yang menjadi suatu kepercayaan yang diyakini suku bangsa tersebut sebagai penuntun arah hidup. Sehingga tercipta hukum adat yang melarang anggota suku tersebut untuk melakukan hal-hal tertentu atau yang dikenal dengan istilah tabu.

Demikian pula suku Mee memiliki warisan budaya daa (tabu/larangan) dan diyo dou (pencegahan) yang terkesan unik. Warisan budaya daa dan diyo dou berisi tentang larangan dan perintah, yang selanjutnya menjadi hukum adat suku Mee. 

Hukum adat ini kemudian diwariskan oleh leluhurnya
secara lisan sebagai suatu upaya untuk menjaga keharmonisan hidup dengan sesama manusia, lingkungan alam, dan dengan Ugatamee (Sang Pencipta). Kemudian leluhur suku Mee mewarisi hukum adat itu dalam Touye Mana (bahasa warisan leluhur) kepada generasi berikutnya agar diterapkan dalam keseharian hidupnya.

Gagasan untuk menulis buku ini berawal dari pengalaman dan pengamatan penulis bahwa suku Mee yang dahulunya memiliki budaya daa (larangan/tabu) yang dipatuhi kini dilanggar. Lagi pula warisan diyo dou hilang sedikit demi sedikit ditelan perkembangan zaman. 

Sehingga penulis merasa perlu untuk menelusuri kembali segala sesuatu yang di-daa-kan dalam warisan Touye Mana, dan diyo dou yang diterapkan dalam kehidupan leluhur suku Mee.

Maka kami melakukan wawancara kepada beberapa respon di beberapa daerah berbeda di Meeuwo. Untuk itu, kami berterimakasih kepada bapak Hiron Goo, Derek Tekege (pewarta Idakebo), Willem Mote (Pewarta II Wakeitei), Kepala Suku Magai di Nabire yang menjadi responden dan semua pihak yang turut membantu dalam proses penulisan dan penerbitan buku ini. Akhirnya kami juga sangat berterimakasih kepada penerbit yang bersedia menerbitkan buku ini.

Kami menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna, maka dengan lapang dada kami akan menerima kritik dan masukan yang bersifat membangun guna kelak buku ini mencapai kesempurnaan.

Harapan kami semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya generasi muda suku Mee.


Selanjutnya bisa mengunjung blogspot ; http://kajpnews.blogspot.com/2016/12/warisan-budaya-suku-mee-daa-dan-diyo-dou.html



Posting Komentar

0 Komentar