Kepulauan “Para Raja” Raja Ampat (Bagian 1)


Oleh Ayu Arman*
Peta Dampier 1699

Kata “Raja” merujuk pada kemasyhuran, kuasa puncak, juga mahkota di mana spiritual tertinggi bersemayam. Raja Ampat adalah gabungan dari rasi istimewa apa yang digambarkan manusia tentang surga tanah dan air di sebuah pulau besar yang di layar kaca tak pernah berhenti memproduksi kekerasan dan lingkaran kemiskinan yang tak putus-putusnya.

Formasi pulau Raja Ampat yang jumlahnya ratusan itu mirip labirin surgawi. Terletak di mahkota burung, laut Raja Ampat menjadi tanah air yang terberi dari langit bagi tumbuhnya harapan dunia maritim, terutama kehidupan terumbu karang bagi sejuta makhluk bawah laut. Raja Ampat adalah Coral of Kingdom.Tanah dan laut kabupaten yang terdiri dari 4 juta hektar (kurang lebih 350 x 250 km2) ini dibentengi 600-an pilar pulau, termasuk empat yang terbesar: Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool (Batanme).

Secara historis sosiologis, masyarakat Raja Ampat merupakan peranakan Kesultanan Tidore. Catatan sejarah kesultanan “Museum Memorial Kesultanan Tidore Sinyine Mallige” menjelaskan pada 1453 M Sultan Tidore yang ke-10 Ibnu Mansur bersama Sangaji Patani Sahmardan dan Kapitan Waigeo bernama Kurabesi memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar beserta pulau-pulau melewati Patani Gebe dan Waigeo.

Ekspedisi ini berhasil menaklukan tiga wilayah yang meliputi wilayah Raja Ampat atau Korano Ngaruha, wilayah Papua Gamsio (Papua Sembilan Negeri) dan wilayah Mafor Saho Raha (Mafor Empat Soa). Wilayah Raja Ampat meliputi Kolano Waigeo, Kolano Umsawol atau Lilinta dan Kolano Waigama. Sedangkan wilayah Papua Gamsio mencakup Sangadji Umka, Gimalah Usbah, Sangaji Barei, Sangaji Boser, Gimalaha Kafdrum, Sangaji Wakeri, Ginalaha Warijo, dan Sangaji Mar Gimala Marasay.
 
Pemukiman masyarakat di tepi pantai Utara Papua
Untuk wilayah Mafor Soa Raha terdiri dari Sangaji Rumberpon, Rumansar, Angaradifa, dan Waropen. Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis, kerajaan-kerajaan di kawasan Maluku mencapai kejayaannya. Antara lain Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Dan Tidore merupakan kerajaan paling menonjol di antara kerajaan lainnya. Kerajaan Tidore dengan kepemimpinan Sultan Khairun dan Sultan Babullah menjalin kerjasama niaga dengan kawasan Raja Ampat.

Perdagangan dan kerjasama hasil bumi menjadikan Raja Ampat dan Kesultanan Tidore memiliki kedekatan dan hubungan kekerabatan yang kuat. Pada mulanya, Kerajaan Wagama dan Misool merupakan bagian kekuasaan Kesultanan Bacan. Pada abad XVII Tidore berhasil mengalahkan Bacan hinga kedua daerah tersebut kemudian dikuasai Tidore. Dari buku The Preaching of Islam yang ditulis Thomas W. Arnold pada 1520 diketahui bahwa kerjaan Islam Bacan di Maluku telah menguasai daerah Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati serta daerah-daerah yang saat ini menjadi bagian dari Kabupaten Sorong.

* Ayu Arman penulis buku, Mengantar Raja Ampat ke Pentas Dunia, Biografi Drs. Marcus Wanma (2009), Pusaka Raja Ampat, History and Culture (2012), Derap Langkah Marinda Pembangunan Raja Ampat Periode 2005-2015 (2015, Misool Is Kingdom of The Sea, The Best Island in Raja Ampat (2017) dan buku lainnya.

Bagian (3)




Posting Komentar

0 Komentar