Oleh:
Jhon Pekei*)
Ko’Sapa
-
Pada suatu hari Isoray duduk diatas batu yang ada di Daerah yapen Timur,
tepatnnya di kamboi rama, tak lama kemudian batu itu mengeluarkan asap panas.
Rasa penasaran, suaminya Irimiami mencoba duduk lagi diatas batu itu. Irimiami
merasa panas dan tak tahan terhadap panas yang dikeluarkan dari batu itu.
Irimiami dan
Isoray meletakan daging rusa diatas batu itu. Daging rusa yang terpangang batu
itu terasa enak, dan lesat. Mereka berdua merasa heran, dan pada suatu hari
lagi, mereka berdua meletakan bulu bambu diatas batu itu, dan bulu bambu itu
mengeluarkan percikan api.
Percobaan
kedua lainnya, dihari berikutnya adalah meletakan rumput dan daun kering,
ternyata mengeluarkan awan gumpalan yang besar.
Kemudian, suatu siang yang cerah, suami istri itu meletakan rumput
kering dan ranting bambu maka keluarlah awan panas merah. Api.
Mereka berdua
ketakutan dan meminta pertolongan sama dewa Irinowai, dari gunung Kamboi Rama
agar dapat memadamkan api yang telah membesar. Permintaannya dikabulkan dan,
Api itu diredahkan oleh Dewa gunung tersebut.
Percobaan
paling akhir, mereka berdua menambahkan daun, rumput dan kayu yang semakin
banyak, akhirnya selama 6 hari berturut- turut asap mengepul di awan, sehingga
dewa gunung membunyikan tifa, akhirnya semua orang dari kampung randuayaivi
berkumpul di tempat asap mengepul.
Irimiami dan
Isoray semakin takut dan memohon lagi kepada dewa gunung kamboi rama itu, dan
permintaan mereka dikabulkan. Seluruh masyarakat kumpul, ternyata asal mengepul
diawan bukan dilakukan oleh dewa melainkan dilakukan oleh pasangan suami- Istri
yang mereka kenal sejak dulu.
Suami istri
itu menerima saudara- saudarinya kembali ke gunung Kamboi, dan kedua pasangan
suami istri itu menceritakan asal- muasal terjadinya asap mengepul hingga api
itu. Masyarakat yang datang itu sekaligus mencicipi makanan yang dimasak di
batu tersebut.
Kemudian, dihari berikutnya, mereka mengadakan pesta selama tiga
hari- tiga malam, dengan keladi, sagu, ubi dan lainnya yang dibawa dari kampung
mereka. Akhirnya, Masyarakat Randuayaivi kembali ke kampung halamannya. Setelah
sebelum mengunsi karena berseteru dengan dewa. Sekarang mereka bersuka cita
lagi.
*) Ditulis ulang adalah Mahasiswa Papua. Cerita ini berasal dari Serui (Teluk Saireri
Papua)
0 Komentar