Coretan Rakyat “Kali Mati”

IST

Seketika senja berubah menjadi sore gosong,
Membakar seluruh alam cenderawasih.

Tikus tikus berlarian
mengepung sampah-sampah dapur di kali mati

Kelelawar-kelelawar itu pun bepergian ke ufuk bukit,
Untuk mencicipi buah matoa yang kian mewangi di awal Bulan desember

Sambil bersukaria menyanyikan tembang-tembang kemerdekaan. 
Ketika mentari kembali menikung di muara kali mati.

Hatinya terus bergelora walau, nyalinya sedikit menciut,
seolah-olah ia menjalani kisah suram, di neraka, yang indah.

Rasa tidak berbeda dirasakannya.

Lelaki kali mati segera bersemedi di bukit kebebasan.
Memohon akan cinta, keadilan dan perdamaian.

Yang terluput dari kenangan sejarah hari ini
Yang kelak takkan telupakan dari tangisan
Generasinya di kali mati.

Dari lubuk hatinya  bergejolak,
dilontarkannya pula kata-kata perjuangan.

Aku takkan menyerah dalam larutan perjuangan.
Tak ada yang berhasil merayuku dari istana Kali mati kebanggaanku,
Biarkan Aroma Perjuangan rakyatku mengaroma hingga ke dunia.

Perlahan-lahan Riuh angin di kali mati mengusir semua makhluk
Seolah-olah kelelawar-kelelawar mencabik-cabik tubuhnya
dan dewi angin menggerogoti jiwa perkasanya.

Senja pun berlalu,
wajah neraka di bumi cenderawasi hilang perlahan
Malam gelap terlewatkan, walau terasa enggan untuk dijauhinya  

Terpotret dalam pigura gelap malam
Biarlah senja gosong menjadi saksi,
kisah hidup kita di kali mati.

Sebab sampai titik darah penghabisan aku akan bertahan
Bukan karena aku takut pada iblis,
bukan aku sombong kepada Tuhan
melainkan aku benci pada keangkuhan manusia

Namun Kami  hanya ingin menikmati kebebasan 
Bersama rakyatku di bukit Kebebasan
Di bekas kali mati.

Karya ; Hengky Yeimo
Liti Agung , 07 November 2016





Posting Komentar

0 Komentar