oleh Veronika
Kusumaryati dan Hengky Yeimo
Pulau Papua (baik Tanah Papua dan Papua Nugini) adalah
tempat yang sangat kaya akan bahasa. Ada lebih dari 1000 bahasa di seluruh
pulau Papua (kira-kira lebih dari 700 di Papua Nugini dan sekitar 250 di Tanah
Papua). Dari bahasa-bahasa itu, hanya sedikit yang sudah didokumentasikan
keberadaannya. Salah satu sumber yang bisa dilihat untuk mempelajari
bahasa-bahasa ini adalah situs (www.ethnologue.com).
Untuk
tingkatan (ordinal), mereka menambah angka dengan akhiran –ago. Contoh:
edoga/tikaago (pertama), wiyaago (kedua), dan seterusnya. Bahasa
Mee juga memiliki sekitar 12 klasifier. Contoh, ida (seorang/seekor, untuk
hewan dan manusia), tegee (untuk pohon dan tebu sebelum dipotong), dan mani
(untuk ubi).
Danau Paniai. Credit photo: byronista @flickr |
Saya
bukanlah ahli bahasa/linguistik, apalagi bahasa-bahasa di Papua. Namun karena
pekerjaan sebagai mahasiswa/peneliti di Tanah Papua, saya harus (atau lebih
tepat berkeinginan) mempelajari satu-dua bahasa Papua untuk penelitian saya.
Sayangnya sangat sedikit sumber/buku teks yang bisa saya pakai untuk belajar.
Penyebab pertamanya adalah karena bahasa-bahasa di Tanah Papua hampir semuanya
merupakan bahasa lisan jadi cara terbaik untuk mempelajarinya adalah belajar
langsung secara lisan dengan orang Papua. Penyebab kedua, dengan semakin
dominannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Tanah Papua, bahasa-bahasa
daerah semakin sedikit digunakan. Hal kedua ini berkenaan juga dengan minimnya
dokumentasi, penelitian dan pengajaran bahasa-bahasa Papua baik di Tanah Papua
sendiri maupun di luar Papua.
Dengan alasan inilah saya dengan bantuan guru bahasa Mee
saya Hengky Yeimo membuat tulisan ini, bukan untuk memberikan gambaran yang
mendalam tentang salah satu bahasa yang sedang saya pelajari, yaitu Mee tapi
sekadar sebagai alat bantu dasar untuk orang-orang non-pembicara Mee yang ingin
belajar bahasa ini. Bahasa Mee sendiri digunakan oleh orang-orang Mee, sebuah
suku yang berasal dari daerah bagian barat Pegunungan Tengah di Papua, yang
sekarang ini masuk dalam wilayah Kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya
dan Nabire. Namun demikian, menurut sensus 1989, 47% dari
orang-orang Papua migran di kota-kota besar di Papua adalah orang Mee (Howay
and Yaam 1994:247), jadi bahasa Mee juga digunakan oleh orang-orang Mee di
Timika, Jayapura, dan kota-kota lainnya. Menurut berbagai sumber, bahasa ini
sendiri kira-kira digunakan oleh sekitar 100 ribu orang jadi ia merupakan
bahasa terbesar kedua di Tanah Papua setelah rumpun bahasa Dani.
Laki-laki Mee dalam sebuah acara adat pada tahun 2007. Credit photo: BMP Fotografer |
Bahasa Mee (dulu sering disebut bahasa Ekagi
atau Ekari tapi nama ini sudah tidak digunakan lagi oleh orang Mee sendiri)
masuk dalam kelompok bahasa Trans-New Guinea dan memiliki setidaknya beberapa
dialek, seperti dialek Paniai, dialek danau Tigi, dan dialek Mapia (Doble 1960).
Saya sendiri belum pernah ke Paniai dan belajar bahasa ini di Jayapura. Peringatan
kedua yang harus saya sampaikan, saya mempelajari bahasa Mee dari kacamata
orang yang belajar dan berbicara Bahasa Inggris dan Roman (Perancis) sehingga
aturan-aturan tata bahasa yang saya tulis di sini bias atau berasal dari
pemahaman saya sebagai pembicara kedua bahasa itu. Hal ini sebenarnya tidak
bisa diterima karena setiap bahasa harus dipahami di dalam konteks kebudayaan
di mana bahasa itu lahir. Namun, inilah risiko komunikasi antarbudaya. Saya
berharap teman-teman Mee akan mempublikasikan tata bahasa Mee yang lebih
lengkap dan lebih sensitif terhadap kompleksitas dan keragaman tata bahasa
mereka sendiri.
Tulisan
ini juga berasal dari membaca dan mempelajari beberapa tulisan tentan bahasa
ini yang bisa dilihat di bagian bacaan lebih lanjut. Tulisan ini bersifat pengantar
dengan kemungkinan akan terus dilanjutkan. Beberapa aspek penting bahasa Mee
seperti transkripsi fonemik akan dituliskan dalam artikel berikutnya. Segala
masukan, kritik dan referensi lebih lanjut untuk mempelajari Bahasa Mee bisa
dikirimkan melalui email saya di pravdavero@gmail.com. Ide umina (terimakasih banyak).
1. Kata ganti orang:
Tunggal
|
Dual
|
Plural/Jamak
|
|
Orang pertama
|
Ani (saya)
|
Inai (kami berdua)
|
Inii (kami)
|
Orang kedua
|
Aki (kamu, anda)
|
Ikai (kalian berdua)
|
Ikii (kalian)
|
Orang ketiga
|
Okai (dia)
|
Okeyai (mereka berdua)
|
Okei (mereka)
|
2. Ini atau Itu
a. ki: ini atau itu, untuk
maskulin tunggal dan benda-benda kecil secara umum
Contoh: ki uwaataa (sore ini)
b. ko: ini atau itu, untuk
feminin dan benda-benda yang dianggap besar
Contoh: ko mee (orang-orang ini)
3. Urutan Kata:
a. Kata benda+kata benda,
contoh: ekina yokaa (anak babi), bedo napo (telur ayam)
b. kata sifat+kata benda,
contoh: inipii peu (watak yang buruk), ibo owaa(rumah yang besar)
c. kata benda+angka/jumlah,
contoh: peku+ena (danau+satu) è satu danau.
d. frase posesif
(kepemilikan): kata ganti orang+ ya+kata benda.
Contoh: aniya komputer (komputer saya), aniya
owaa (rumah saya), akiya owaa (rumah kamu), iniitodo (adat kami/kebudayaan
kami).
Ada juga frase posesif yang tidak beraturan.
Contoh: naitai (ayah saya/Bapa saya), nakame
(ayahnya)
e. Lokasi/tempat:
(i)
kata benda+akhiran –ida (di)
Contoh: komaida (di dalam perahu), umiida
(tempat tidur, dari tidur+di)
(ii)
kata benda+akhiran –iga (ke)
Contoh: komaiga uwii (pergi dengan perahu),
wadouga uwii (pergi ke atas/naik/memanjat)
4. Struktur Kalimat
Bisa dikatakan bahwa bahasa Mee memiliki
tingkat kompleksitas tinggi dalam penyusunan kalimatnya. Berikut ini adalah
pola-pola kalimat dasar:
a. Untuk
kalimat transitif, bahasa Mee menggunakan urutan S (subyek)+O (obyek) + V (Kata
kerja).
Contoh:
Ani nota note (Saya +ubi+
sedang makan) => Saya sedang makan ubi.
Ani Paniai make
(Saya+Paniai+datang/punya) => Saya berasal dari Paniai.
Kadang mereka menggunakan
juga urutan O+S+V.
Contoh: Nota kodo okei
noogai (ubi+itu (plural)+mereka+sudah makan) => Ubi itu mereka makan.
b. Untuk
kalimat intransitif, bahasa Mee menggunakan urutan S(subyek)+ K (keterangan
jika ada)+V (kata kerja).
Contoh: Ani bugi keitane
(Saya+kebun+sedang bekerja) => Saya sedang bekerja di kebun.
c. “adalah”
atau kalimat sederhana menggunakan “ada” atau “tidak ada”: kata benda+beu untuk
kalimat negatif.
Contoh:
Koto beu (Jembatan+tidak) => Tidak ada
jembatan.
Ani Paniai yoka (Saya+Paniai+anak) => Saya anak Paniai.
5. Kata
Kerja dalam bahasa Mee
Berbeda dengan bahasa Indonesia namun sama dengan bahasa-bahasa
Pegunungan Tengah lainnya (terutama bahasa Hubula/Dani yang saya kenal) dan
bahasa Roman, kata kerja bahasa Mee berubah seiring dengan perubahan waktu (tenses). Ada beberapa leksikon (daftar
kata) yang bisa kita pelajari, misalnya dari tulisan Larson
(http://transnewguinea.org/source/larson-larson-1972) atau sumber-sumber
Belanda (Drabbe 1952 dan Steltenpool 1969) namun daftar kata kerja dan perubahannya
masih sangat sedikit (daftar berikut berasal dari pelajaran saya dengan Hengky
Yeimo dan tulisan Doble 1987). Daftar yang saya buat ini sedikit berbeda dengan
Hylkema (1994) yang mencatat bahwa perubahan kata kerja Mee tidak hanya
tergantung waktu tetapi juga subyek (seperti konjugasi dalam bahasa Perancis). Jadi
menurut Hylkema daftar ini hanya sesuai untuk kalimat dengan subyek orang
pertama tunggal (ani, contoh: Ani Paniai
uwiine => Saya
akan pergi ke Paniai). Penelitian lebih lanjut dengan pembicara Mee sangat
dibutuhkan.
Kata Kerja Dasar (Present
Simple Tense)
|
Sekarang, Sedang (Present
Continuous Tense)
|
Masa Lalu (Past, Past
Participle)
|
Masa Depan (Future Tense)
|
Arti dalam Bahasa Indonesia
|
uwii
|
uwete
|
uwiiga
|
uwiine
|
Pergi
|
nai
|
note
|
nopa
|
naipiga
|
Makan
|
doune
|
doute
|
douta
|
doutoune
|
melihat, menonton
|
wegai
|
wegate
|
wegata
|
wegaiipigai
|
berbicara
|
yuwii
|
yuwiite
|
yuwita
|
yuwiitai
|
mendengar
|
dou
|
doute
|
doota
|
dootai
|
Melihat
|
you
|
youte
|
yoota
|
youtaipigai
|
memasak
|
ugai
|
ugate
|
ugata
|
ugaipigai
|
menulis
|
anigou
|
anigoute
|
anigouta
|
anigoutai
|
bangun (dari tidur)
|
mei
|
meite
|
meta
|
meitai
|
Datang
|
gaki
|
gakete
|
gaita
|
gakine
|
Menghancurkan/menggiling
|
gai
|
gate
|
gakita
|
gaitapigai
|
berpikir
|
ekowai
|
ekowate
|
ekowata
|
ekowagi
|
bekerja
|
doki
|
dokete
|
dokita
|
dokiita
|
membawa
|
Uno umii
|
unoumete
|
unoumipa
|
umipiga
|
tidur
|
6. Kalimat Interogatif/Pertanyaan
Sama seperti bahasa yang umum kita kenal, kalimat interogatif
diawali dengan kata-kata tanya sebagai berikut:
Ma : apa?
Maagiyo ka: mengapa (agiyo: benda, sesuatu)
Kaiya: Di mana?
Mago: Berapa?
Kawe dani: bagaimana?
Meime: Siapa?
Menoka, menaa: Kapan?
Untuk pertanyaan “ya” atau “tidak”, kalimat diakhiri dengan partikel
interogatif mee.
Contoh: Aki Persipura douta geto mee? (Kau kemarin menonton [pertandingan]
Persipura kan?)
6. Menghitung dan Bilangan
Orang Mee dianggap sangat gemar berhitung. Pospisil bahkan telah
menyelidiki kegemaran orang Mee ini dan menuliskan tentang aritmetika orang Mee
(1958 dan 1966, bandingkan Bowers 1977). Orang Mee menghitung dengan basis 60.
Berikut cara berhitung mereka.
1
|
ena
|
19
|
Iyee gaati
|
2
|
wiya
|
20
|
mepiina
|
3
|
wido
|
21
|
Ena ma mepiina
|
4
|
wii
|
29
|
Iyee mepiina
|
5
|
idibi
|
30
|
yokagaati
|
6
|
benumi
|
40
|
Mepiiya (dua mepi)
|
7
|
pituwo
|
50
|
Gaatibeu (kurang 10)
|
8
|
waguwo
|
60
|
Muto
|
9
|
iyee
|
61
|
Ena daimita muto
|
10
|
gaati
|
70
|
Gaati daimita muto
|
11
|
Ena ma gaati
|
80
|
Mepiina daimita muto
|
12
|
Wiya ma gaati
|
100
|
Mepiiya daimita muto
|
Hengky
Yeimo adalah seorang wartawan di Jayapura. Veronika Kusumaryati adalah kandidat doktor di Departemen
Antropologi, Universitas Harvard dan sedang melakukan penelitian lapangan di
Papua. Penulis mengucapkan terimakasih pada Lizzie Mitchell.
Bacaan
Lebih Lanjut:
Bowers, Nancy. 1977. “Kapauku Numeration:
Reckoning, Racism, Scholarship and Melanesian Counting Systems.” The Journal of the Polynesian Society
86(1): 105-116.
Doble, Marion. 1987. “A description of some
features of Ekari language structure.” Oceanic
Linguistics 26: 55-113.
Drabbe, Peter. 1952. Spraakkunst van het Ekagi :
Wisselmeren Ned. N. Guinea. The Hague: Martinus Nijhoff.
Howay,
Obeth dan Paul Yaam.1994. “Masyarakat Mek di Sekitar Danau Paniai” dalam
Koentjaraningrat, Etnografi di Irian Jaya,
Vol. 5. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Hyman, Larry M. dan Niko Kobepa.2013.” On the Analysis of Tone
in Mee (Ekari, Ekagi, Kapauku). Oceanic
Linguistics 52(2):307-317.
Hylkema, S.1994. Tata
Bahasa Ekagi. Epouto: Diktat tidak diterbitkan.
______________. 2002. “Paniyai, Kamu-Tigi and
Mapiya, Paniai district, Papua.” Diperkenalkan dan diterjemahkan oleh Anton
Ploeg. Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde 158(2):225-252.
Larson, G.F. & Larson, M.O.1972. The Ekagi-Wodani-Moni
Language family of West Irian. Irian 1(3):80–95.
Pospisil,
Leopold.1958. Kapauku Papuans and Their
Law. New Haven: Yale University Press.
Price,
Derek J. de Solla dan Leopold Pospisil.1966. “A Survival of Babylonian
Arithmetic in New Guinea?” Indian Journal
of History of Science 1:30-3.
Steltenpool,
J. 1969. Ekagi-Dutch-English-Indonesian
Dictionary. The Hague: Martinus Nijhoff.
0 Komentar