Mereka Adalah Panglima Perang

Bila  pagi hari anda tiba di Wamena, pasti dingin yang pertama menyapa, hingga menusuk tulang. Musim dingin akan membuat Kota Wamena tertutup kabut tebal hingga jam delapan pagi. Dan bila sore hari, angin Kurima yang mengantar dingin untuk menyapa. begitulah Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya yang dikenal juga dengan nama Lembah Baliem.

Lembah Baliem merupakan salah satu wilayah yang sangat menarik di Papua, ia menyimpan beragam tradisi lokal yang unik peninggalan peradaban masa silam. Cara memasak dengan menggunakan batu (bakar batu), membuat jembatan dengan tali, sistim pertanian, sistem demokrasi, aturan-aturan dalam perang antar klen dan konfederasinya, cara berpakaian, dan yang juga terkenal adalah mumi. Bukan hanya ada di Afrika (Mesir) saja yang punya mumi, tetapi di Lembah Baliem juga ada mumi. Sehingga tak berlebihan bila ada ungkapan "Anda belum tiba di Papua, kalau anda belum sampai di Lembah Baliem).

OSILIMO
Dalam tradisi lokal (adat) di Suku Dani, orang penting seperti kepala suku yang hebat, panglima perang setelah meninggal jazadnya tidak dikuburkan, tetapi jadikan mumi dengan upacara adat, yang berlangsung selama 40 hari. Upacara ini akan dilakukan di dalam halaman sili (kompleks perumahan Suku Dani), dan tepat di depan pilamo (honai laki-laki).


Di Wamena dua mumi yang menjadi tempat fovorit untuk dikunjungi wisatawan, mumi Werupak Elosak di Desa Aikima, dan Wimontok Mabel di Desa Yiwika, keduanya berada di Distrik Kurulu. 
Werupak Elosak
Untuk mencapai lokasi kedua mumi tersebut,  sekitar duapuluh menit perjalanan dari Kota Wamena dengan menggunakan mobil atau motor.  

Menurut cerita dari generasi ke generasi Werupak Elosak adalah panglima perang dan pemimpin terdepan dalam perang antar klen, untuk menghormati sekaligus memenuhi permintaan Werupak maka jazadnya tidak di kubut tetapi di jadikan mumi. "Kalau saya meninggal, saya jangan di kubur atau di bakar, tatapi simpanlah jazad saya" kata Werupak sebelum meninggal.

Di sekitar Lembah Baliem masih ada beberapa mumi lagi, tapi secara adat, mumi tersebut tidak boleh di lihat oleh orang diluar klen. Menurut infomasi dari masyarakat, ada tiga mumi di Kurulu, Aloka Hubi di Desa Araboda, kampung Bauntagima Distrik Assologaima, dua sebelah barat kota Wamena, dan satu di wilayah Kurima (selatan kota Wamena)
Wimotok Mabel

Di daerah pegunungan tengah Papua, selain di Lembah Balim (suku Dani), suku Yali, dan Suku Ngalum juga menyimpan sejumlah mumi yang umurnya sudah ratusan tahun. 
Sampai saat ramuan untuk membalsem mumi belum di ketahui secara umum, dan itu menjadi rahasia klen dari suku tersebut. Walaupun ada informsi yang mengatakan, mumi hanya di buat dengan cara pengasapan selama ± 3 bulan terus-menerus, disertai dengan upacara adat yang sakral. Bila muminya sudah jadi maka perawatan selanjutnya ditangani kaum laki-laki saja, dan di simpan dalam honai laki-laki.

Menurut cerita Werupak Elosak suda punya enam garis keturunan, kaloi di hitung sampai sekarang, mumi Werupak umurnya kira-kira sudah lebih dari 300 tahun. (Andy Tagihuma)

Posting Komentar

0 Komentar