Oleh:
Jhon Pekei*)
Sastra Papua---Insoraki adalah nama seorang perempuan yang baik hati.
Ayahnya adalah seorang kepala kampung, tepatnya di kampung Meokbundi yang
sangat dihormati. Walaupun dia terlahir sebagai perempuan yang baik namun,
suatu ketika penduduk kampung dikejutkan dengan keadaan yang tiba- tiba terjadi
pada dirinya, pada diri Insoraki.
Insoraki hamil diluar nikah. Insoraki melahirkan anak
itu, yang dinamainya Manarbeu. Anak ini lahir, dan beberapa bulan kemudian,
ayah Insoraki mengadakan pesta di tempat terbuka.
Sebagai seorang kepala kampung di Meokbundi, Ayah
Insoraki memerintahkan kepada para pemuda dari sekitar Meokbundi dan diantara
pelosok Meokbundi berkumpul di tempat pesta yang akan diadakan. Ayah Insoraki
ingin membuktikan siapa ayah dari Manarbeu.
Pada hari itu, pada hari yang ditentukan pesta meriah
terjadi. Diatas panggung, ayah Insoraki, Insoraki, dan anak Insoraki, Manambeu,
duduk, yang dikelilingi tokoh- tokoh adat di kampung Meokbundi.
Didepan panggung, para pemuda berbaris untuk diuji
apakah salah satu dari mereka adalah bapak dari Manarbeu. Dibaris terjahu dan
terakhir dari barisan para pemuda, berbaris juga lelaki tua yang dipandangpun
tak layak untuk bersahabat. Dia adalah Manarmakeri.
Hari semakin siang, dari barisan para pemuda itu,
Manarbeu tidak menunjukan reaksi apapun. Sampai pada giliran, lelaki tua itu,
menunjukan dirinya didepan panggung itu, dan Manarbeu menunjukan reaksinya, dan
menuju lelaki tua itu.
Seluruh kampung heran. Manarbeu memilih lelaki tua itu
adalah ayahnya. Tak dikata, Manarmakeri menjadi ayahnya.
Manarkeri tak layak dipandang, juga sudah berumur tua,
sehingga masyarakat kampung Meokbundi mengusir keluarga manarmakeri. Jadi
Manarmakeri, Insoraki, dan Manarbeu pergi meningalkan kampung Meokbundi.
Mereka pergi dengan perahu, sebuah sampan, kemudian
tiba di sebuah pulau berpasir. Pulau itu adalah pulau Numfor, kemudian lanjut
ke raja Ampat.
Manarmakeri adalah pria asal Biak. Awalnya, Manarmakeri
dari Biak menyebrang mengunakan sampan/ perahu hingga sampai di Kampung
Meokbundi. Keseharian manarmakeri tak lepas dari menyadap nira ( saguer kelapa
), yakni minuman tradisional yang memabukkan.
Manarmakeri menanam pohon tersebut, tetapi saat panen
akan berlansung, hasil panennya sudah diambil orang lain. Lantaran pohon yang
disukai Manarkeri, sehingga Manarmakeri menjaga pohon- pohon itu Sepanjang
malam diatas pohon. Manarmakeri ingin memastikan pencuri dari hasil- hasil
tersebut.
Dari situlah, Suatu malam, saat bulan purnama tiba,
Manarmakeri menangkap sesuatu yang menghabiskan tanaman favorinya itu. Sesuatu
yang ditankap itu adalah Makmeser/ Sampari ( bintang pagi). Bintang Kejora.
Dari kesepakatan mereka berdua, manarmakeri lepas
makmeser dan nantinya makmeser memberi petunjuk atas kerinduan Manarmakeri
lainnya; yakni memiliki seorang istri.
Akhir dari itu, Manarmakeri ketemu anak kepala kampung
Meokbundi. Memiliki anak, Namanya Manarbeu.
Manarmakeri, Insoraki dan Manarbeu adalah Keluarga yang
suci. Sebuah keluarga yang dirindukankan hingga saat ini. Insoraki menjadi
istri dari Manarmakeri dan menjadi ibu untuk Anaknya Manarbeu. Manarbeu,
menurut ayahnya, adalah suatu kelak, anaknya membawa damai. Ini sesuai juga
dengan janji Sampari. Bintang Pagi.
*)
Penulis ulang adalah mahasiwa Papua. Cerita ini berasal dari Biak Saireri Papua
0 Komentar