Pendidikan Dogiyai di Titik Nol


Oleh, Mudestus Boma

Dok. Pribadi
Dalam carut-marutnya upaya pembangunan Kabupaten Dogiyai ini, pendidikan sudah berada dititik nol, karena pemerintah Kabupaten Dogiyai tidak memandang pendidikan sebagai skala prioritas dalam menata kehidupan manusia dan alam hijau atau lemba hijau yang semakin kabur ini.

 Sepertinya pemerintah tidak mengerti apa itu pendidikan, manfaat dan unsur serta tujuan dari pendidikan bagi upaya pembangunan Kabupaten di Dogiyai. 

Ada pun lima masalah fundamental di aspek pendidikan yang krisis yakni tenaga guru, dominasi kaum pendatang di aspek pendidikan, perebutan dan manipulasi hak-hak sadar, tidak adanya sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, tidak adanya rasa kepemilikan terhadap eksistensi fundamental Kabupaten tersebut. 

 Kelima persoalan  tersebut pernah diteliti oleh kelompok peduli pendidikan Dogiyai di kota study Jayapura. 

 Sebagai agen pembaharui dan pemikir yang tergolong dari aktivis mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia. Hasil penelitian diatas, tim peduli pendidikan kemudian telah mengambil langkah tegas untuk menyorotinya secara radikal. 

Langkah mahasiswa asal Dogiyai tempuh melalui berbagai cara, misalnya aksi demo yang dilakukan tim penduli pendidikan pada bulan Juni 2013 di depan Kantor BKD Kabupaten Dogiyai, kemudian diskusi publik tentang wajah pendidikan Dogiyai antara bulan Juli-September di Asrama Paniai Perunas III, dan di Hotel Towei merupakan sorotan yang kredibel, untuk membangun dan merubah sekaligus menghadirkan wajah baru pendidikan yang dicita-citakan.  

Setelah menelah dan menemukan masalah penghambat pendidikan dan mencari solusi mengenai pendidikan di kabupaten Dogiyai yang berada pada titik nol. Sejumlah persoalan itu pun telah dipublikasikan melalui berita, opini dan artikel dan buku-buku.  

Sebagai anak negeri Dogiyai Papua, kita harus melawan tindak kejahatan pemerintah di aspek pendidikan ini secara intelektual seperti ini. Mudestus Musa Boma salah seorang mahasiswa Dogiyai Papua dalam artikelnya “Pemerintah Dinilai Gagal Bangun Sektor Pendidikan di Dogiyai”.  menyoroti apa yang telah menjadi keprihatinan dasar dalam konteks pendidikan di Dogiyai.  

Ia, menemukan ada tiga masalah fundemental yang menjadi keprihatianan bersama yakni rasa ketidakpemilikan, krisis guru dan krisis pendidikan nilai bagi pembangunan Dogiyai. Untuk mencegah sejumlah persoalan pendidikan ini, maka  pentingnya pembenahan dan sosialitas tentang esensi pendidikan sangat penting bagi para guru dinas dan masyarakat.

Sejumlah persoalan pendidikan nilai yang merupakan esensi dari pendidikan harus dihayati, disosialisasikan dan dimaknai oleh setiap manusia. Oleh karena itu pemerintah, masyarakat Gereja harus mau bersatu secara utuh dalam membangun pendidikan dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga merupakan penentu pembangunan manusia dan alam hijau Dogiyai. Itu artinya pendidikan keluarga ini harus bisa dibangun secara sama-sama oleh kesemua pihak tersebut. Tanpa kebersamaan dalam membangun pendidikan dari setiap keluarga, pembangunan yang sejati tidak akan pernah terbangun bagi manusia.  
 
Selain itu, sejumlah mahasiswa secara pribadi mengemukakan bahwa persoalan pendidikan Dogiyai merupakan masalah serius. Pada tahun 2010-12 bahkan sebelum dan sesudahnya pun, dana alokasi untuk pembangun dalam aspek pendidikan tidak berjalan secara baik sebagaimana mestinya. Berdasarkan pengetahuan dari pendekatan pengalaman secara gambalang bahwa dana pendidikan sebayak 12 miliar pada tahun itu, telah dikembalikan oleh pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sedangkan anggaran pembangunan daerah di berbagai aspek yang lain sebagai sebanyak 12 miliar.

 Jadi anggaran dana untuk pembangunan Kabupaten Dogiyai pada 2010-2012 yang telah berhasil dikembalikan adalah sebanyak Rp 24 meliar. Hal ini merupakan contoh kegagalam pembangunan Papua pada titik nol secara umum selama lima decade. Dogiyai sudah bahaya, titik nol!

Definisi Kabupaten, Menurut saya, Kabupaten adalah komunitas pendidikan Papuanisasi yang dibangun berdasarkan kharakter ke-melanesia-an secara sistematis, metodis dan bertalian terhadap realitas nyata. Jika ditilik sejarahnya, Dogiyai adalah sebuah Kabupaten yang berumur 7 tahun. 

Angka tuju (7) menunjukkan tingkat kesempurnaan, kesejatian dan keotentikan. Jika definisi Kabupaten adalah komunitas kesempurnaan maka Dogiyai adalah alam kesempurnaan dari dan untuk “Kehidupan” paripurna, kudus dan berdaulat. Juga Dogiyai adalah “lembah hijau” di mana keberadaan manusia dan alam Dogiyai telah mau hidup dalam suatu komunitas pendidikan sejati. 

Bahkan esensi dari definisi Kabupten Dogiyai adalah kekuasaan kedaulatan dan kekuasaan kebenaran rakyat untuk dan demi kondrat rakyat dan alam setempat. Jadi seharusnya, pembangunan Dogiyai yang dibentukan atas dasar pendidikan ke-papua-an adalah “Dogiyai Dow Enaa/Kebupaten yang indah dipandang, dialami dan dipahami” secara abadi dan kekal. Inilah titik balik pendidikan Dogiyai demi menciptakan pembangunan yang berintegritas tinggi, yang memiliki modalitas pembangunan yang berawal dan berakhir pada kedaulatan pendidikan secara kontekstual, memasyarakat dan mendarat Dogiyai.
 
Titik balik, Takut akan Tuhan adalah penentu pendidikan di Dogiyai demi menciptakan generasi bangsa yang realistis, handal, berkualitas dan kritis dan kritik serta kontekstual, tampil bijak dan bertanggung jawab bagi masyarakat dan alamnya sendiri. Juga adalah agen pembaharu demi Dogiyai Dow Ena. Bahkan takut akan Tuhan adalah pemerintahan Allah yang dibangun berdasarkan dimensi filsafat pendidikan yang mencakup semua dimensi dalam membangun manusia dana alam Dogiyai demi kepentingan “kehidupan sejati”. 
 
Sebagai pemerintah yang takut akan Tuhan, seharusnya anda mengutamakan pendidikan sebagai skala prioritas utama. Melalui pendidikan itulah, anda sebagai mitra kerja Allah harus mau memperhitungkan hak dan kewajiban, potensi dan bakat dan memperhitungkan harapan dan kepentingan mahasiswa dan masyarakat setempat. Pemerintah akan mendapat status baru sebagai pemerintahan yang dibangun atas dasar semangat takut akan Tuhan ketika ada menyatakan rasa tukut dan tindakan hormat (koha/koya/waaa) yang bernuansi nilai kebanaran terhadap kedaulatan rakyat –mahasiswa dan emansipasi pendidikan nilai. 

Dalam Kitab Suci, semua umat Allah dipanggil untuk Takut akan Tuhan. Teologi biblis ini merupakan teologi kebijaksanaan Allah sendiri. Teologi hikmat seperti ini adalah titik awal dari kebijaksanaan umat Allah di Yahudi. Teologi hikmat dan kebijaksanaan ini menuntut kesetiaan. Letak kesetiaan itu bukan lahir dari paksaan orang lain atau dari luar melainkan dari hati. Dikatakan demikian karena hati merupakan intelektualitas kekuasaan dan kedaulatan Allah demi keselamatan semua bangsa. Hal itu kemudian digenapi secara radikal dan definitive Allah melalui perutusan Yesus Sang Pembebas, Imam Agung dan Putra Allah satu-satunya bagi dunia, dimana kita barada demi keselamatan setiap orang dan kemuliaan Allah. 

Maka sebagai anak-anak Allah, setiap kita diundang, dipanggil dan dipilih serta diutus-Nya untuk harus takut terhadap kedaulatan masyarakat, martabat mahasiswa dan kedaulatan alam setempat tanpa menghilangkan esensi teologi takut akan Allah. Bukannya pemerintah melalui pendidikan menjaga integritas pemeritahan yang penuh dengan tulang belulang, gertak gigi dan memorial pasionis tanpa titik kosong. Seperti yang terjadi secara ganas dan sistematis terhadap keberadaan rakyat dan alam setempat sejauh ini. Koo Stop sudah!

Tapi secara praktis, pemerintah harus segera meng-agendakan dan memprogramkan dana beasiswa bagi mahasiswa Dogiyai, mengambil satu khusus bagi calon baru asal Dogiyai disetiap pergurun tinggi,membangun asrama permanen di setiap kota studi se-Indonesia dan melibatkan rakyat asli Papua secara terus-menerus dalam pembangun serta segera melakukan proteksi terhadap orang asli Papua dan membatasi dominasi kaum pendatang di Kabupaten Dogiyai. 

Menurut saya, hal ini adalah program prioritas yang harus, penting dan mendesak segera dilakukan oleh pemerintah Dogiyai secara khusus pemerintah Papua secara umum demi kebangkitan dan keselamatan bangsa Papua tanpa menghapuskan kedaulatan rakyat kecil. Inilah yang disebut sebagai titik balik atau jalan alternative bagi kita untuk mengangkat martabat Papua di muka dunia. 

Penulis Adalah: Mahasiswa Universitas Cenderawasih Fakultas Fisip Jayapura-Papua

Posting Komentar

0 Komentar