Petapa hina muncul lagi dikeramaian kota yang sepih;
Ketika putusan-putusan petinggi dinegri mulai nagih;
Dengan rentetan perubahan yang membuat tahta putih;
Menjadi garis nasib yang harus mendapat kasih;
Dalam deretan kisah yang dialam sejumlah kawanan asuh;
Yang mendiami pondok-pondok keramat dinegri bersih.
Disini cerahan kasih terkembang dalam kabut;
Menantang orasi kepemimpinan sang perkasa yang lembut;
Sejak alam merebut keganasan manusia laknat;
Dengan keinginan-keinginan surgawi yang penat;
Sambil membiarkan diri dihina dalam makanan lezat;
Seakan-akan makanan enak yang sedang dijilat;
Oleh serdadu-serdadu zaman yang lapar akan mujisat;
Wahai pahlawan jiwa,…….
Hadirlah dalam rentetan peristiwa;
Dengan senyuman yang menawan karena tertawa;
Menjadi suasana hati penuh dengan wibawa.
Hank Pataijera
(tulisan ini juga pernah di publikasi juga di media online papualives.com)
Menantang orasi kepemimpinan sang perkasa yang lembut;
Sejak alam merebut keganasan manusia laknat;
Dengan keinginan-keinginan surgawi yang penat;
Sambil membiarkan diri dihina dalam makanan lezat;
Seakan-akan makanan enak yang sedang dijilat;
Oleh serdadu-serdadu zaman yang lapar akan mujisat;
Wahai pahlawan jiwa,…….
Hadirlah dalam rentetan peristiwa;
Dengan senyuman yang menawan karena tertawa;
Menjadi suasana hati penuh dengan wibawa.
Hank Pataijera
(tulisan ini juga pernah di publikasi juga di media online papualives.com)
0 Komentar