Foto; http://indonesia.travel/en/destination/248/raja-ampat |
Oleh : Joris Stef Omkarsba
Slamat Sore Kaka, maaf tong ganggu sedikit, sebentar anak-anak sekolah minggu dan PAR adakan karnaval menyambut paskah, kami Pramuka R4 akan mengikuti barisan karnaval dan berada di barisan belakang untuk membersihkan sampah plastik yang dibuang oleh peserta, jadi torang butuh kantong sampah dari Clean R4.. baik ade-ade, kita segera siapkan dan terlibat bersama ade-ade pramuka.
Ulasan diatas adalah dialog pendek antara saya dan ade-ade pramuka di posko Clean R4 pante WTC sebelum peserta karnaval paskah dimulai jam 16.00 WIT. Kami segera siapkan kantong sampah, kaka pembina pun melakukan briefing singkat dan menjelaskan apa yang akan dikerjakan selama berlangsungnya karnaval tersebut.
Ketika bergabung dengan peserta karnaval yang sudah siap di gerbang masuk WTC, sekilas melepas pandangan ke arah peserta, sampah plastik sisa minuman mineral maupun kertas kresek dan pembungkus makanan sudah berserakan, segera dikumpulkan oleh relawan Clean R4.
Ketika keluar dari gerbang WTC menuju SMAN Waisai, satu per satu gelas plastik air mineral mulai berjatuhan dari dalam barisan maupun yang sengaja dibuang keluar barisan.
Dengan sigap, plastik-plastik bekas minum yang dibuang dipungut oleh ade-ade pramuka dan dimasukan dalam kantong-kantong plastik sampah yang telah disediakan, tak ketinggalan sampah plastik yang berada sepanjang jalan yang dilalui hingga finish di Gereja Alfa Omega Waisai.
Setiba di Gereja Alfa Omega sekitar jam 18.00 WIT, peserta beristirahat dan menikmati suguhan bubur kacang dan teh panas yang telah disediakan panitia. Pendeta Yudi memimpin doa dan dilanjutkan dengan Tea Time. Sampah plastik sudah berserakan dimana-mana dari gelas plastik air mineral yang telah habis diminum.
Setelah bubar, ade-ade pramuka pun mengumpulkan seluruh sampah plastik di halaman gereja dan nampak pekarangan gereja Alfa Omega yang tadinya berserakan sampah plastik telah bersih, halaman rumput hijau nampak segar menyambut Paskah besok pagi. Sejak dari pantai WTC hingga finish di halaman gereja, sampah plastik yang terkumpul sebanyak 5 karung plastik.
Raja Ampat dikenal di seluruh dunia karena merupakan rumah bagi 75% ikan dan karang dunia, dan differensiasi pariwisata Raja Ampat yang membedakannya dari daerah tujuan wisata ( DTW) di belahan bumi lain adalah karena keaneka ragaman hayati lautnya yang tiada duanya di dunia. Dengan kata lain, Coral atau karang dan spesies ikan di dalamnya merupakan dagangan nomor satu Raja Ampat.
" Tidak usah mengelilingi dunia untuk menyelam, cukup di Raja Ampat, anda akan melihat seluruh ikan dan karang yang ada di dunia " Demikian ucapan DR.Gerry Allen ahli ikan dari Australia ketika melakukan kajian cepat di Raja Ampat tahun 2004. Hanya dengan sekali selam, dia menemukan 250an jenis ikan dan karang.
Hasil penelitian Geery Allen dan kawan-kawan kemudian dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Raja Ampat dan menjadikan wisata bawah laut ( Ikan dan Karang ) sebagai produk utama pariwisata Raja Ampat, dan kita menjadi terkenal hari ini yang mengantar Raja Ampat memasuki Pentas Dunia Pariwisata.
Statistik pariwisata Raja Ampat sejak dimekarkan tahun 2003 hingga kini menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan wisata yang terus meningkat dari berbagai benua dan negara, data tidak resmi memberitahukan bahwa rupiah yang dicapai dari hasil pariwisata Raja Ampat telah menembus angka 6 Miliar dari hasil penjualan jasa ikan dan karang.
Seiring jumlah kunjungan wisatwan yang terus meningkat, pertumbuhan sektor ekonomi dan transportasi juga meningkat, kapal-kapal membawa masuk barang ke waisai, begitu juga boat-boat yang beroperasi melayani wisatawan ke resort-resort dan home stay juga makin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya pergeseran barang dan jasa, daya dukung lingkungan pun semakin menurun, sampah plastik bertebaran dimana-mana, baik dari kapal dan boat di laut, di dermaga waisai, kali waisai yang dialirkan dari parit dan kali-kali kecil, serta pantai WTC yang merupakan ruang terbuka publik. Belum lagi sampah plastik kiriman dari kota Sorong.
Wisatawan asing mulai mengeluh dengan munculnya sampah-sampah plastik yang ditemukan di pantai-pantai bahkan di dalam laut. Cerita Bali di Tahun 2001 dimana terdapat banyak sampah di pantai Kuta yang membuat wisatawan hijrah ke Lombok dan juga Bunaken yang booming namun kemudian ditinggalkan wisatawan karena sampah plastik.
Dari sisi estetika, sampah plastik sangat mengganggu namun dari sisi lain, sampah plastik merupakan ancaman serius. Berbagai referensi mengatakan sampah plastik akan teruai atau hancur dan menyatu dengan tanah ketika berusia 450 tahun dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dan alam.
Sampah plastik ketika hanyut di laut akan dimakan oleh Penyu dan ikan yang menyebabkan mereka mati. Sampah plastik juga akan menutupi karang dan menyebabkan karang tersebut mati dan tidak bertumbuh lagi, selain itu tersangkut dan akan mematahkan karang.
Hasil penelitian lain mengatakan bahwa karang akan bertumbuh 1 centi meter per tahun, sehingga membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk dapat pulih kembali.
Karang merupakan rumah bagi ikan dan habitat lainnya di dalam laut, jika karang mati maka ikan pun akan berkurang atau bahkan mungkin ada spesies ikan yang punah.
Terlepas plastik dan pengaruhnya terhadap karang dan biota laut, ketika berbicara pariwisata kita berbicara jasa. Jasa artinya berbicara pelayanan, Raja Ampat sedang menjual jasa tontonan bawah laut, kebersihan pantai dan kota. Waisai sebagai ibu kota menjadi barometer Raja Ampat, ketika Waisai kotor dengan sampah plastik maka akan memperburuk citra pariwisata Raja Ampat dan dampaknya terhadap penurunan jumlah wisatawan.
Kembali ke cerita ade-ade pramuka dan karnaval yang berlangsung, nyata sekali bahwa belum ada pemahaman dan kesadaran masyarakat Waisai, khususnya yang hadir pada karnaval menyambut paskah tersebut. Jika semua orang seperti itu bisa dibayangkan hingga halaman gereja saja sudah seperti itu, dapat dipastikan di kapal,boat, tepi sungai,pelabuhan perilaku tersebut akan terjadi, apalgi di pantai WTC yang dengan seenaknya pelancong membuang sampah ke laut.
Manusia adalah ciptaan Allah paling mulia, alam dan seisinya juga adalah ciptaan Allah yang dititipkan kepada manusia untuk memanfaatkannya bagi kelangsungan hidup dan keharusan menjaga alam itu agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan manusia.
Membayangkan sampah plastik yang dibuang di halaman gereja Alfa Omega sore tadi, saya sangat kuatir, Rumah Tuhan saja kita sudah buang sampah dan tidak sadar, bagaimana dengan di luar halaman gereja, setelah menengok di halte depan gereja, sampah plastik sangat banyak dan semua yang masuk gereja seakan tidak melihat.
Besok pagi kita akan melakukan pawai obor menyambut paskah, peristiwa dimana Tuhan Yesus ditangkap dan dijual oleh Yudas. Alam Raja Ampat sudah memberi kita makan dan hidup, apakah kita juga harus menjadi Yudas hanya karena 30 keping perak untuk merusak alam Raja Ampat yang konon katanya adalah Surga Terakhir Di Bumi ??
Belum lama ini, saya membaca sebuah spanduk di halaman luar kantor Bupati, tepat berhadapan dengan gereja Alfa Omega yang bertuliskan { Seminar Eco-Theologia. Semoga hasil seminar itu menjadi bahan renungan untuk kita semua yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allah dalam dogma Tri Tunggal karena besok Dia Mati tapi akan Bangkit.
Selamat Menyongsong Paskah...Putera Paskah kiranya memberi kita Hikmat untuk membangun Raja Ampat dengan menyatakan Perang terhadap Sampah Plastik.
0 Komentar