Solomon Islands,
satu-satunya tempat yang menjadi pilihan, tempat ayah dan ibuku yang telah membesarkanku. Setelah melewati
masa pendidikan yang panjang, dan akhirnya saya sukses
juga. Saya segera berangkat pulang ke Pasifik.
Sesampainya aku di
sana Salomon, rumahku telah disediakan. Dua buah rumah untukku. Sebuah rumah
dinas pemberian pemerintah setempat dan sebuah rumah pribadi, hadiah Kakak
Berth atas suksesnya saya dengan
nilai yang gemilang dalam study dan juga atas pernikahanku kelak.
Rumahku dengan
halaman yang luas, berumput hijau. Disamping-samping ku tanami tanaman jangka
panjang, misalnya kelapa, jeruk manis, jambu biji, anona, sirsak, nangka, mangga
dan sukun. Tak lupa pula pepaya dan pisang. Selai itu aku juga akan membuat dapur
hidup dan apotik hidup. Tentu sangat asri dan sungguh menyegarkan.
Setelah melayani
masyarakat di sana untuk beberapa waktu lamanya, saya pun akan mengakhiri masa
lajang. Menikah!!!
Ya, menikah
dengan putra Melanesia sejati asal West Papua, lelaki yang mampu menaklukan
hatiku dalam jarak ribuan mill dan dalam hitungan menit. Dia yang mampu
menenangkan jiwaku dan membahagiakanku selama ini.
Dua bulan
setelah menikah, akupun mulai mengandung dan melahirkan anak-anak kami. Mereka
berkulit coklat indah ada yang agak gelap dan ada yang terang. Semua memiliki
rambut keriting yang hitam dan selalu dipangkas Ayah mereka, bulat dengan gaya
kribo. Amat sangat menawan dan saya sangat bangga. Mereka semua sehat-sehat, pintar-pintar,
sopan, taat juga ganteng-ganteng dan cantik-cantik.
Kadang setelah
melaksanakan tugas dan kembali ke rumah, kami sempatkan diri bermain dengan
anak-anak tercinta di halaman rumah. Juga pada hari-hari tertentu ada waktu
berkumpul buat keluarga, kami memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin untuk
mempererat hubungan kekeluargaan kami.
Hari Minggu
adalah hari istimewa yang tidak boleh dilewatkan, ke gereja bersama. Dari jauh
kudengar samar-samar bunyi lonceng gereja otakku berputar kencang "Ya
ampuuuuunnnnn, kitong su terlambat ke gereja ini, cepat!!! Ayooo, kam
bangun!!!"
Waktu yang sama,
wekker di samping tempat tidurku berdering melengking tinggi suaranya. Saya pun
terkejut!!!?
Ternyata oh
ternyata, semua hanyalah sebuah mimpi belaka pada pukul 5 subuh waktu Venlo. Dalam
hati saya berkata,"Aaaaaaaahhhh sa kira betul k??? Tau-tau cuma mimpi
saja. Kaskado sssseeeehhhhh...!!!! "
Saya bangkit dan
bergegas ke kamar mandi, mandi dan berganti pakaian selanjutnya menuju dapur
menyiapkan sarapan. Sambil menikmati sarapan pagi ditemani kicauan unggas nan
merdu, sambil membayangkan mimpi tadi sambil tersenyum.
"Apa Yang
Jadi Di Mimpi Mungkin Takkan Jadi,Kendatipun Tak Jadi Pasti Abadi" . ~Pdt.
I.S.KIJNE~
Venlo,20-05-2014
0 Komentar