MIMPI

Oleh; Renee Annesthasie SB.

Solomon Islands, satu-satunya tempat yang menjadi pilihan, tempat ayah dan ibuku yang telah membesarkanku. Setelah melewati masa pendidikan yang panjang, dan akhirnya saya sukses juga. Saya segera berangkat pulang ke Pasifik.
Ilustrasi; www.ifrc-org

Sesampainya aku di sana Salomon, rumahku telah disediakan. Dua buah rumah untukku. Sebuah rumah dinas pemberian pemerintah setempat dan sebuah rumah pribadi, hadiah Kakak Berth atas suksesnya saya dengan nilai yang gemilang dalam study dan juga atas pernikahanku kelak.

Rumahku dengan halaman yang luas, berumput hijau. Disamping-samping ku tanami tanaman jangka panjang, misalnya kelapa, jeruk manis, jambu biji, anona, sirsak, nangka, mangga dan sukun. Tak lupa pula pepaya dan pisang. Selai itu aku juga akan membuat dapur hidup dan apotik hidup. Tentu sangat asri dan sungguh menyegarkan.

Setelah melayani masyarakat di sana untuk beberapa waktu lamanya, saya pun akan mengakhiri masa lajang. Menikah!!!

Ya, menikah dengan putra Melanesia sejati asal West Papua, lelaki yang mampu menaklukan hatiku dalam jarak ribuan mill dan dalam hitungan menit. Dia yang mampu menenangkan jiwaku dan membahagiakanku selama ini.

Dua bulan setelah menikah, akupun mulai mengandung dan melahirkan anak-anak kami. Mereka berkulit coklat indah ada yang agak gelap dan ada yang terang. Semua memiliki rambut keriting yang hitam dan selalu dipangkas Ayah mereka, bulat dengan gaya kribo. Amat sangat menawan dan saya sangat bangga. Mereka semua sehat-sehat, pintar-pintar, sopan, taat juga ganteng-ganteng dan cantik-cantik.

Kadang setelah melaksanakan tugas dan kembali ke rumah, kami sempatkan diri bermain dengan anak-anak tercinta di halaman rumah. Juga pada hari-hari tertentu ada waktu berkumpul buat keluarga, kami memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin untuk mempererat hubungan kekeluargaan kami.

Hari Minggu adalah hari istimewa yang tidak boleh dilewatkan, ke gereja bersama. Dari jauh kudengar samar-samar bunyi lonceng gereja otakku berputar kencang "Ya ampuuuuunnnnn, kitong su terlambat ke gereja ini, cepat!!! Ayooo, kam bangun!!!"

Waktu yang sama, wekker di samping tempat tidurku berdering melengking tinggi suaranya. Saya pun terkejut!!!?

Ternyata oh ternyata, semua hanyalah sebuah mimpi belaka pada pukul 5 subuh waktu Venlo. Dalam hati saya berkata,"Aaaaaaaahhhh sa kira betul k??? Tau-tau cuma mimpi saja. Kaskado sssseeeehhhhh...!!!! "

Saya bangkit dan bergegas ke kamar mandi, mandi dan berganti pakaian selanjutnya menuju dapur menyiapkan sarapan. Sambil menikmati sarapan pagi ditemani kicauan unggas nan merdu, sambil membayangkan mimpi tadi sambil tersenyum.

"Apa Yang Jadi Di Mimpi Mungkin Takkan Jadi,Kendatipun Tak Jadi Pasti Abadi" . ~Pdt. I.S.KIJNE~

Venlo,20-05-2014

Posting Komentar

0 Komentar