Kisah Noken (Pameran Pertama Noken Papua)

Oleh; Albert Rumbekwan

NOKEN bagi orang Papua adalah harta budaya yang sangat berharga dalam kehidupan setiap etnis, baik yang mendiami daerah kepulauan, pesisir tanah besar, lembah dan gunung-gunung di wilayah Papua. Sebagai harta budaya yang berharga, noken memiliki fungsi-fungsi yang memberikan kenyamanan bagi orang Papua ketika menggunakannya. Misalnya dalam bidang ekonomi, noken mampu menampung berbagai jenis kebutuhan ketahanan pangan dari hasil panen kebun, diangkut dalam sebuah noken dibawa ke rumah, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.


Noken dalam konteks sosial psikolgis, khususnya bagi suku-suku di lembah dan jajaran pegunungan tengah, seperti, suku Dani, Me, Ekagi, dan lainnya, berfungsi sebagai kantong bayi atau "kandungan" yang memberikan kenyamanan bagi seorang anak Papua, di tandu dalam perjalanan panjang, menaiki bukit dan menuruni lembah, hutan dan sungai. Noken digunakan pula sebagai busana budaya orang Papua, dalam sebuah moment budaya dan bahkan saat ini noken sebagai wadah penyimpanan berbagai kebutuhan sekolah, dan lain-lain.

Dalam bidang politik, Noken digunakan sebagai wadah pengambilan suara musyawarah dan mufakat dalam pesta adat untuk memilih seorang pemimpin, kesepakan tersebut diisi dalam sebuah Noken.Ketika pemilihan kepala daerah maupun pilres, noken hadir sebagai idola perbincangan politik nasional dengan sebutan "Sistem Noken". Jika di cermati "Noken" yang digunakan dalam pesta pemilihan umum, hanyalah sebagai wadah pengumpulan suara, pengganti kotak suara. Namun yang menjadi pembeda adalah hasil musyawarah dan mufakat dalam komonikasi politik budaya antara kepala suku dan warganya.

Noken Papua menjadi warisan dunia yang diakui oleh Unesco, sebagai warisan budaya tak benda dari Negara Indonesia. Aktivis pencinta noken, Titus Pekei membangun komunikasi budaya di tingkat nasional dan dunia internasional, selama kurang lebih dua tahun maka tanggal 4 Desember 2013 menjadi momentum hari ulang tahunnya yang pertama. Momentum ini dirayakan dengan mengadakan pameran Noken Papua dan Workshop. Dalam workshop di usulkan noken masuk dalam kurikulum sebagai mata pelajaran muatan lokal.

Pameran Noken Papua, di Propinsi Papua Barat ini di lakukan di halaman parkir Kantor Gubernur Papua Barat, sedangkan Workshop Kurikulum Noken diselenggarakan di Hotel Horison Manokwari. Pameran noken yang dilangsungkan di halaman parkir ini, menampilkan hasil-hasil kerajinan noken dari, Manyambo untuk jenis Noken daerah Dataran Tinggi dan anyaman Noken dari Wondama, sebagai perwakilan noken wilayah pesisir Teluk Cenderawasih.

Persoalan yang dialami selama proses penyelenggaraan pameran Noken Papua, ketika itu, adalah kurangnya komunikasi dan sosialisasi antara pemeritah pusat dan daerah sehingga selama pagelaran pameran tersebut kurang diminati oleh para pengunjung. Persoalan lain yang dialami adalah keberadaan pengrajin Noken Papua, belum terakomodir dan didukung secara baik sehingga kelompok Noken Papua di Manokwari kurang berkembang dan dikelolah secara baik.

Catatan penting lainya yang perlu dicermati adalah, masuknya Noken Papua, dalam kurikulum Pendidikan Nasional. Kedudukan ini jelas memberikan dampak positif, bagi keberlanjutan dan kelestarian Noken Papua, namun secara teoritis dan aplikasi, mungkin perlu menjadi perhatian penting. Terutama kajian-kajian Ilmiah tentang jenis-jenis Noken dari setiap suku-suku di Papua, pada umumnya belum terkaji secara baik. Dalam tahapan aplikasi teori, para siswa perlu mendapat sentuhan langsung kepada kelompok pencinta dan pengrajin Noken. Kedua hal ini adalah penting untuk disiapkan oleh Pemerintah, LSM dan Lembaga Adat.

Hari ini, 4 Desember 2014, Noken sebagai Warisan Budaya Dunia bagi Indonesia, dan Papua, genap berusia 2 tahun. Sedangkan secara historis, Noken Papua, memiliki ikatan emosiaonal yang melekat dalam setiap kehidupan dan budaya orang Papua, sejak ia lahir dan menghasilkan Noken menjadi sarana yang penting dalam hidupnya. Maka sebenarnya Noken Papua telah memiliki usia yang cukup panjang khususnya bagi orang Papua.

Dengan demikian, sebagai orang Papua, kecintaan kepada Noken Papua adalah harga yang tidak bisa ditawar-tawar, jika ingin Noken Papua, tetap lestari dan menjadi harta kekayaan budaya Papua. Setiap orang Papua mesti memiliki kesadaran bahwa Noken Papua adalah "Kandungan Kehidupan" ketika seorang Mama Papua, membawanya ke dusun-dusun dan kembali dengan sumber makanan. Sehingga jika kita mencintai Noken, mari kita berlakukan fungsi Noken Papua sebagai sarana, budaya, ekonomi, sosial dan politik, yang mempersatukan kita orang Papua.

Salam HUT ke-2, Noken Papua, 4 Desember 2014
Oleh. Albert Rumbekwan.

Posting Komentar

0 Komentar