Black Brothers “Malam”

Oleh; Akapakabi Yeimo


Nyanyiamu merayu beragam orang  yang menjerit jerit diatas tanah ini.

Lagumu menyapa tubuh yang mendua dan

terkapar diatas ranjang,  tempat tidur empuk seklipun.

Bahkan diatas mutahan darah leluhur mereka teriak menyambut kedatanganmu Black Brothersku, yang menghilang selama 38 tahun lamanya.

Kemanakah engkau berlalang buana, di negri mana engaku menghibur mereka

Yang telah tehibur.


Hanya semalam saja engkau hadir di bumi Cenderawasih

Yang kian terpuruk  dan terus di kerumnui sejuta pertanyaan
“DIMANA LAGI KAN KUCARI PENGHIBUR HATI INI”

Seperti malam itu kau hadir dan di saksikan di Imbi,

Kelamnya malam, dihiasi bintang gemintang,
bulanpun tersenyum, atas kehadiranmu,

Gelombang memecah di bibir pantai

barangkali bukan teriakan leluhur kita.

Nyanyiamu mampu menggoda alam ini

Sekalipun air laut itu dapat silahturami denganmu.  
Sejuta cerita kau telah dengar 
Dan aku yakin lirik lagumu selalu masuk dalam sanubari semua pendengar.

Black Brothersku barang kali, engkau maha tahu setiap hati manusia

yang bersedih, MEDERITA dan  SENGSARA kau sapa mereka, tidak dengan cengeng
Seperti malam itu menggemuruh di tepian lautan Pasific

Samudra Pasifik menyambutmu, 

dan sang legenda musisi dan budayawan Papua turut gembira
Ia menjadi inspirasimu

Ia memagari rakyat sesaat sebelum engkau hadir bagi negerimu
Black Brothers tercinta,  “semoga bahagia selalu di hati, tiada derita dan tiada sengsara”

Kau titipkan penggalan kalimat ini untuk kita
Seiring kau melangkah ke negri leluhurmu

Seandainya saya penguasa jagad, malam akan ku jadikan malam purnama

Agar kau saksikan semua fenomena ini
Untuk lagumu yang indah.

Mereka yang pilu hatinya 

Jiwa-jiwa yang sakit
yang tergletak di kubur,
Mengakhiri kisah sedihnya

Mengakhiri kisah cintah yang perih.

Black Brothersku

Bangunkan kami dari wajah yang muram, dengki, iri hati,

Tenggelam dalam ayat-ayat yang telah termasyur 
dalam kitab dan lirikanmu.

Mereka yang telah mengakar dalam kepedihan
kembali tegar dan tak layu hatinya

Teriaklah lebih keras,
Tertawa, dan senyuman


Walau Hantu malam berpacu dengan cinta
Menidurkan semua benda di bawah kolong
jagad Cenderawasih ini tetap tegap dan kokoh.

Malam terus berpacu memburu terang hingga pukul 06.00 bumi berputar teramat kencang
mereka bertanya pada angin

benarkah engkau merayuku dalam dukaku

deritaku, kesengsaraanku .

Malam sengajakah engaku menyelimuti tubuh dan jiwaku

Dengan rayuan hempasan angin kejammu itu
Hingga mendiamkan mereka dalam lelapan hening itu.  

+++++++

Posting Komentar

0 Komentar