Oleh; Ibiroma Wamla
Angin Pasifik membelai Jayapura, sejuk. Di pinggir tungku ini Jalikoe mengalun, membelah hutan yang tersisa di kaki bukit ini.
Hutan seluas 200 m, menjadi tempat yang nyaman bagi beberapa jenis
kupu-kupu, ular, kadal, belalang dan beberapa serangga lainnya, termasuk
lima jenis nyamuk dan tentu saja tikus tanah. Mereka sering manjadi
tamu, yang bertandang tanpa di undang. Biarlah mereka menikmati dunianya yang tersisa tanpa merasa terganggu.
Ketika Jalikoe mengalun ada kegelisahan, dan dorongan yang selalu
membangkitkan semangat dan keberanian untuk pergi berburu, sayangnya
yang tersisa hanya tikus tanah, babi hutan telah menyingkir jauh.
Jalikoe merupakan syair tua dari distrik Maprik yang di kenal juga
dengan nama "Kominibus" di pedalaman Provinsi Sepik Timur Papua New
Guinea. Sambil mempersiapkan peralatan berburu, Jalikoe di nyanyikan,
bagai mantra ia memberi kepercayaan, semangat dan keberanian untuk
berburu dalam hutan hujan tropis. Di Papua lagu Jalikoe mungkin mirip
Huembello, bahasa Moi Klabra, Sorong Selatan.
Tahun 1978, versi
asli lagu Jalikoe dinyanyikan oleh gurp band Sangguma dengan
menggunakan alat-alat musik tradisional Papua Nieuw Guinea. Sanguma
lahir di sekolah seni PNG tahun 1977, di prakarsai oleh Ric Halstead,
dosen di sekolah tersebut. Mereka memadukan alat musik tradisional
dengan instrumen Barat. Personil Sangguma berjumlah tujuh orang dengan
dua kreatornya Tony Subam (East Sepik Province) dan Sebastian Miyoni
(Milne Bay Province), juga tercatat sebagai grup band pertama PNG yang
tampil di festival internasional seperti Festival Art Pasifik Selatan
tahun 1980.
Black Brothers kembali mengaransmen Jalikoe
dibawah lebel EMI Records Holland B.V tahun 1982. dan menjadi hits dan
diberitakan sempat mencapai tempat ketiga di Eropa disco grafik.
Sebelum ke Belanda, antara tahun 1979 - 1980 Black Brothers bermukim
di Papuan Nieuw Guinea dan tercatat sebagai salah satu grup musik yang
punya andil dalam perkembangan musik moderen di Papua Nieuw Guinea.
Begitulah penggalan tentang si syair tua Jalikoe, tamu-tamu "drakula"
semakin banyak dan semakin pekat sementara api telah mengecil jadi tong
pindah tempat dulu. Kinaonak, Amolongo, selamat datang Malam.
Ko-Sapa©2015