LIDAH MUSIM

kita hanya mencabik sepenggal waktu
pada sisa perjalanan ketika
sahaya gundah berpamit pulang
--pun lidah musim
kian beringas menelantarkan ranting
dan kerontang dedaunan
, setelah bersisihan sepasang rel
kini bercerai di batas kehampaan
“mengapa pernah dekat menatap ketika akhirnya
mesti cemas berpaling?
atau kita cuma keping cerita
yang lalai lalu sirna di  ujung tembaga senja
: sudahlah!
mengapa harus diingat? langkah
kian terhuyung sebelum derai air mata
penghabisan
telah terucap salam perpisahan



Agats – Asmat, 19 Maret 2014

Posting Komentar

0 Komentar