Oleh; Safitri Shinta Pribadi
Wamena adalah sebuah distrik di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Indonesia, sekaligus merupakan ibu kota kabupaten tersebut. Di Wamena terletak lapangan terbang yang menghubungkan wilayah Jayawijaya dengan Jayapura.
Wamena
merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak dipedalaman tengah
Papua. Konon menurut cerita Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata Wam dan Ena, yang berarti Babi Piara atau Jinak.
Berbeda
dengan kota-kota besar lainnya di Papua, seperti Timika, Jayapura,
Sorong, dan Merauke, Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum
banyak tersentuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang
terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit
pegunungan Jayawijaya diselatannya memiliki ketinggian sekitar 1600
meter diatas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar
dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di
Indonesia.
Kota yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara ini sangatlah indah dan masih asri alamnya. Terutama pada musim penyelenggaraan pesta budaya Papua, yang diselenggarakan di distrik Kurulu, kota ini dibanjiri oleh para wisatawan baik lokal dan mancanegara.
Zzzzzzzzzzzz, itu kata si mas-mas dan mbak-mbak wikipedia. Boring, boring, boring. Jadi mari kita tinggalkan semua omongan formal di atas dan membicarakan sesuatu yang lebih riil tentang kehidupan di Wamena.
Semua orang yang tinggal di Wamena selalu mengatakan betapa mereka mencintai kota kecil itu. Betapa kota itu selalu teringat dalam kalbu saat mereka meninggalkannya. Betapa kota itu menciptakan berjuta kenangan indah yang tak akan terlupakan hingga akhir hayat. Betapa kota itu telah berakar, hidup dan tinggal selamanya di hati mereka. Betapa mereka akan selalu merindukan tiap jengkal tanahnya. Terlalu berlebihan? Rasanya tidak. Karena hal itu jugalah yang saya rasakan hingga saat ini.
Yes, Wamena memang sangat indah dan menawan. Dengan semua keprimitifan budaya dan alamnya yang mempesona, hidup di Wamena tidak pernah membosankan walaupun kami praktis ketinggalan dari segi sarana prasarana. Hujan es, kabut tebal dipagi hari, udara dingin membekukan, orang-orang berkoteka, budaya bakar batu, becak-becak memadati jalanan, kapur sirih dan pinang, angin kurima, semuanya begitu khas, begitu Wamena.
Dahulu kota Wamena sangat kecil dan akses keluar masuknya hanya melalui jalan udara, hal ini menyebabkan perkembangan kota sangat lambat dan harga barang di pasaran menjadi sangat tinggi. Entahlah apa yang terjadi pada kota Wamena di jaman modern seperti sekarang karena saya sudah lama meninggalkan kota itu. Yang tertinggal di benak adalah memori indah tahun 90an mengenai kota itu, dan inilah memori saya mengenai masa-masa indah 90an di kota Wamena. Bagi kalian yang pernah mengalami masa-masa indah tumbuh ditahun 90an di Kota Wamena, apakah hal-hal ini juga yang kalian alami?
1. Me vs Angin Kurima
Bulan
Juli menandakan datangnya musuh kami di sore hari yang biasa kami sebut Angin Kurima. Seperti namanya, angin kencang berhawa dingin ini bertiup
dari sebuah kecamatan bernama Kurima. Angin dingin yang bertiup sangat
kencang dan muncul di sore hingga malam hari ini tidak saja membekukan,
tapi juga menerbangkan debu, rok dan jemuran, membengkokkan payung,
mematahkan dahan dan ranting pohon, bahkan membuat kami susah berjalan
dan mengayuh sepeda melawan terpaannya.
Menikmati dinginnya angin
Alhasil,
di bulan Juli hingga Desember saat musim Angin Kurima datang, kami
semakin mempertebal jacket-jacket pelindung kulit. Tak jarang serangan
iritasi mati akibat debu yang terbawa Angin Kurima melanda kami, dan
juga wabah bibir kering dan pecah-pecah tak ketinggalkan menghampiri
kami. Walaupun angin ini cukup menyebalkan, herannya kami terkadang
menunggu-nunggu saat musim Angin Kurima datang. Rasanya desingan angin
kencang di telinga kami, dingin sapuannya menghantap pipi kami, dan
sensasi sulit berjalan serta mengayuh sepeda yang ditimbulkan saat
melawan tiupan angin menjadi kesenangan tersendiri bagi kami.
2. Hujan Hujan Es
Dahulu
kota Wamena sering diguyur oleh hujan es. Butiran-butiran es sebesar
kelereng ini biasanya turun dibulan Desember hingga Februari, saat suhu
udara menjapai titik puncak dingin. Saya ingat benar dulu bagaimana
suasana saat hujan es melanda, sangat gaduh dan memekakan telinga,
mengingat mayoritas rumah di kota Wamena peratap seng. Kalau sudah
begini, kami akan mengambil payung dan lari ke halaman untuk
mengumpulkan butiran-butiran es yang menutupi tanah.
3. Lapangan basket P&K
Ini
adalah lapangan basket paling terkenal dan terkemuka di kota Wamena,
terletak di halaman kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dulunya
lapangan ini adalah kolam ikan yang banyak ditinggali oleh ikan todi
dan keong emas. Saya masih ingat dengan jelas saat-saat saya menangkap
keong emas di kolam ini. Kalau tidak salah sekitar tahun 1995/1996,
kolam ini ditutup dan sebagai gantinya dibangun sebuah lapangan basket
yang terbuka untuk umum.
Lapangan
basket ini tidak hanya digunakan untuk sarana bermain basket, tapi juga
sebagai tempat pertemuan anak-anak muda untuk berkumpul dan bahkan
pacaran. Dulu kalau kita ingin mencari keberadaan orang yang kita taksir
disore hari, tinggal jalan saja melewati lapangan ini, biasanya mereka
sedang bermain di lapangan itu. Hehehe, gampang kan? Gak perlu kirim
bbm, gak perlu baca Facebook.
4. Ikan Todi dan Keong Emas
Ikan
yang paling populer dikalangan anak-anak adalah ikan todi dan keong
emas menyusul kepopuleran ikan todi. Ikan todi ini bentuknya seperti
ikan teri, dan banyak dijumpai ditempat manapun yang berair. Serius.
Jenis ikan ini mudah hidup dan beradaptasi. Jadi rasanya ikan ini bisa
berada dimana pun. Di kolam, di selokan, digenangan air, di tangki
penyimpanan air, disumber mata air, di mana-mana deh pokoknya.
Menangkap
ikan todi di selokan rasanya hampir menjadi kesenangan semua anak yang
tumbuh di kota Wamena (untungnya selokan-selokan di kota Wamena saat itu
jernih dan bersih). Entah kenapa kami begitu suka menangkap ikan ini.
Padahal ya sebenarnya nggak diapa-apain lho setelah kita tanggap. Paling
dimasukin dalam plastik dan dilihat-lihat doang, setelah bosan dibuang
kembali. Yang lebih radikal kadang kita tusuk pakai lidi, lalu main
bakar-bakaran ikan. Tapi ya tetap saja nggak dimakan karena bentuknya
terlalu kecil dan kelihatan tidak lezat.
Nah,
kalau keong emas ini, memang sengaja kita tanggap untuk
dikembangbiakan. Karena kalau dikelola dengan baik, keong emas rasanya
seenak kerang laut. Nama gaul keong emas ini adalah Geong. Nama ini
tercipta menyesuaikan dialek suku Dani (orang asli Wamena) yang masih
terpengaruh intonasi dan bahasa daerah.
5. Tuke, Tomi-tomi, Tebu, Giawas, Pinang,Hipere, Kasbi, Keladi, dan Bingga.
Yups,
itu adalah nama tumbuh-tumbuhan dan buah yang paling populer di Wamena
pada masa itu. Sementara jajanan lazim anak kota adalah MC D, ice cream
Magnum, Chiki Balls, Nyam-Nyam, dan makanan pabrikan lainnya, kami yang
hidup dalam keterpencilan memiliki jajanan sekolah khas yang dijual oleh
penduduk pribumi diluar pagar sekolah. Biasanya para penjual ini
menghamparkan selembar karung goni di tanah dan menjajakan makanan
jualannya diatas karung goni itu. Tidak higenis? Sangat!
· Tuke
adalah sejenis kelapa hutan. Bentuknya kecil memanjang dan bergumbul
dengan diameter tidak sampai 1cm dan panjang 3cm. Makannya juga butuh
perjuangan keras karena kulit tuke ini luar biasa keras. Kalo gak
digigit sampe gigi sakit ya dipukul-pukul pake batu. Rasanya hampir sama
seperti kelapa.
Tuke atau Kelapa Hutan
· Tomi-tomi
adalah buah berwarna kuning yang mirip seperti tomat chery.Bedanya
tidak seperti tomat yang tidak berbungkus, tomi-tomi dibungkus
oleh semacam daun yang menunjukan tingkat kematangan buah didalammnya.
Jadi kalau daun pembungkusnya masih hijau, berarti buah didalamnya masih
hijau. Dan semakin kuning daun pembungkusnya, semakin masak dan kuning
pula buah didalamnya. Rasa buah ini manis-manis asam dan bisa dibuat menjadi selai.
· Tebu?
Yup tebu. Di Wamena tebu merupakan jajanan favorite anak sekolahan.
Dijual dengan ruas sepanjang satu meter masih lengkap dengan kulitnya.
Jadi pembeli harus mengupas sendiri dengan giginya dan memotong-motong
pula dengan giginya. Keras? Pastinya. Tapi kami sudah terbiasa dengan
itu. Dan menyesap tebu di siang hari yang terik merupakan sebuah
kenikmatan tersendiri disamping susahnya mengupas dan menggigit tebu
itu.
· Giawas
mungkin kalian tidak tahu. Kalo jambu klutuk atau jambu biji? Pasti
tahu dong ya. Ini merupakan buah paling populer di kota Wamena. Mungkin
karena paling mudah tumbuh dan ditemukan. Biasanya kami makan buah ini
dengan sambal berupa garam dan cabe rawit yang di haluskan. Heeemmmm,
yummy banget!
· Pinang
dan sirih kalau di daerah pedalaman lainnya merupakan makanan
nenek-nenek lanjut usia untuk mempertahankan kekuatan gigi mereka. Di
Wamena, pinang, sirih dan juga kapur merupakan makanan lazim bagi semua
usia. Pertama kali mencoba makan pinang, kapur dan sirih, kita pasti
akan mengalami rasa terbakar dilidah dan juga sakit kepala. Tapi kalau
sudah terbiasa, rasanya lumayan asyik juga. Nggak heran kalau di tanah
Papua termasuk Wamena, pinang kapur dan sirih banyak dijual layaknya
rokok. Dan akibatnya, dimana-mana kita akan melihat bekas ludahan
berwarna merah. Euuuhhhh.
· Hipere
adalah ubi, kasbi adalah singkong, keladi adalah talas, dan bingga
adalah daun dari ubi. Keempat makanan ini adalah menu pokok penduduk
Wamena. Hipere, kasbi dan keladi goreng bahkan menjadi jajanan kesukaan
di sekolah-sekolah. Apalagi kalau makannya dengan sambal yang dibuat
dari cabe dan tomat. Yummmmmm, enak banget!
6. Story of Lapangan Pendidikan.
Salah
satu tempat favorite untuk bermain adalah sebuah lapangan umum bernama
lapangan Pendidikan. Lapangan ini biasanya dipakai untuk menggelar
upacara-upacara hari nasional seperti hari kemerdekaan, hari pendidikan
nasional, dan hari kebangkitan nasional dimana semua murid dari TK
hingga Perguruan Tinggi dikumpulkan untuk melakukan upacara bendera
bersama seluruh instansi pemerintahan dan aparat keamanan. Terkadang
lapangan ini dipakai untuk kegiatan-kegiatan masyarakat seperti
perlombaan sepak bola. Bahkan beberapa sekolah yang berlokasi di dekat
lapangan ini menggunakannya sebagai tempat mata pelajaran olah raga. Sayangnya
sekarang lapangan ini telah menjadi stadiun Lapangan Pendidikan yang
tertutup bagi umum dan digunakan oleh tim sepak bola PERSIWA.
7. Sumber Air Pikhe
Jangan
pernah mengharapkan air PDAM mengalir lancar di kota ini. Akibat
susahnya mencari air bersih selain sumur pompa, masyarakat harus
menampung air hujan atau mengambil air dari sumber mata air untuk
memperoleh air minum bersih. Dan salah satu sumber air yang paling
terkenal adalah Sumber Air Pikhe.
Jalan Menuju Sumber Air Pikhe
8. Balada Jembatan Gantung Kuning dan Tanah Longsor
Tempat
favorite keluarga dan anak muda berjalan-jalan adalah Jempatan Gantung
Kuning yang terletak di Megapura. Gak ada kelebihannya sama sekali sih
tempat ini. Hanya sebuah jembatan gantung berwarna kuning sepanjang seratus meter yang melintasi kali Baliem, terbuat dari perpaduan baja kayu dan hanya
bisa dilintasi oleh pejalan kaki. Hanya saja saking nggak adanya tempat
menarik pada jaman itu, jembatan ini dipakai oleh warga sebagai tempat
wisata. Hanya sekedar bersantai di kaki jempatan yang terhampar pasir
halus di pesisir kali Baliem, memakan bekal yang dibawa dan mengobrol.
Tanah Longsor
Nah, kalau tanah longsor itu adalah sebuat daerah sepanjang kurang lebih satu kilometer yang merupakan beekas
longsoran gunung akibat gempa yang terjadi pada sekitar tahun 80an.
Akibat gempa itu, gunung tersebut selalu longsor bila terkena guyuran
hujan deras dan longsoran tersebut akan menutupi jalan menuju Jembatan
Gantung Kuning. Alhasil, daerah tersebut terlihat seperti negeri gurun
pasir dan selalu menarik untuk dikunjungi.
9. Pasir Putih, oh Pasir Putih
Ada
sebuah tempat di Pikhe yang menjadi ciri khas kota Wamena. Tempat ini
berupa hamparan pasir seputih kapas yang memenuhi pegunungan batu dan
kaki gunung tersebut. Pasir ini begitu halus dan berkilau bila tertimpa
sinar matahari. Pasir putih tanpa pantai? Terasa aneh. Oleh karena itu
lahir berbagai spekulasi bahwa kota Wamena dulunya adalah lautan yang
mengering. Tempat ini merupakan objek wisata unggulan kota Wamena dan
merupakan tempat pacaran paling laris bagi anak muda.
Pasir Putih
10. Ekstrakulikuler paling keren: Drum Band
Tahun
90an merupakan tahun keemasan ekstrakulikuler Drum Band di kota Wamena.
Saat itu hanya SMP Negeri 2 Wamena dan SMU Negeri 1 Wamena yang
memiliki ekstrakulikuler ini. Alhasil, menjadi anggota Drum Band menjadi
rebutan semua orang. Apalagi karena Drum Band kedua sekolah itu selalu
dipakai oleh Pemerintah Daerah setempat dalam setiap acara kenegaraan
dan kegiatan Pemerintah, rasanya bisa menjadi anggota Drum Band
merupakan kebanggaan dan gengsi tersendiri.
Pada
tahun 1995, Drum Band dengan moto Hanne Pagoro Banen (benar gak ya
penulisannya?) ini bahkan diundang oleh wakil presiden Tri Sutrisno
untuk menjadi tamu kehormatan di festival Marching Band Indonesia yang
digelar di Taman Mini Indonesia Indah, karena beliau terpesona oleh
keindahan permainan Drum Band ini saat menjamu kedatangan beliau di
Wamena. Heemmm, sekarang sih yang saya dengar Drum Band ini sudah tidak
sebagus dulu lagi.
11. Pejabat paling terkenal di Kota: Budiman Kogoya
Pada
tahun 1994an, bapak Budiman Kogoya atau yang disingkat oleh kami dengan
sebutan BUKO menduduki jabatan Ketua DPR Kabupaten Jayawijaya. Entah
bagaimana awal mulanya beliau bisa menjadi pejabat paling terkenal
dikalangan anak-anak sekolahan, yang jelas pada masa itu sepertinya
tidak ada yang tidak kenal sosok BUKO. Semua anak rasanya mengetahui
nama BUKO dan beberapa cerita lucu seputar kepemimpinan beliau. Dia
menempati posisi dihati kami rupanya, terbukti hingga saat ini kami
masih saja mengingatnya.
12. Legenda Ambire, Tomareken, Yuli Gila.
Coba
tanyakan pada mereka yang tumbuh besar ditahun 90an, siapa itu Ambire,
Tomareken dan Yuli Gila. Mereka semua pasti mengenalnya, tiga orang gila
paling terkenal di Kota Wamena. Juga rumor-rumor bagaimana mereka bisa
kehilangan akal sekat. Pada masa itu, kami berusaha berspekulasi dan
menerka-nerka, apa sebenarnya yang menyebabkan ketiga orang gila paling
terkenal di Wamena ini menjadi gila. Bukan hanya itu, bila berjumpa
dengan salah satu orang dari mereka, keesokan harinya kami akan langsung
memamerkannya di sekolah, seolah-olah berjumpa mereka adalah suatu hal
yang sangat hebat seperti bertemu David Beckham.
13. Permen Guffi dan Cup a Cup
Was the famous candy dan gum ever! Coba saja tanya, siapa yang waktu kecilannya di Wamena gak suka makan permen ini.
14. Kali Wouma oh kali Wouma
Anak Kali Wouma
Kali
Wouma adalah salah satu kali paling terkenal di Wamena. Airnya yang
sedingin es dengan topografi bebatuan besar dan relatif dangkal
menjadikan kali ini tempat bermain favorite dibandingkan sungai Baliem
yang dalam dan terkenal memiliki arus deras berlumpur di dasarnya
sehingga banyak menelan korban jiwa.
Kali
ini juga merupakan tempat bagi penduduk kota Wamena menjalankan banyak
aktifitas, mulai dari mencuci mobil, mencuci baju, mandi, mencuci sayur,
memberi minum ternak babi, berenang hingga menambang pasir. Alhasil
kali ini tidak pernah sepi dan selalu ramai. Dulu jaman saya masih SD,
kami bahkan beramai-ramai mandi dikali ini saat acara perkemahan.
15. Suanggi dan Tete Momo
Adalah
hantu yang paling terkenal di Wamena. Suanggi adalah manusia
jadi-jadian yang dikenal keluar dimalam hari untuk memakan usus manusia
dan memiliki kemampuan terbang. Asal hantu ini sendiri katanya bukan
dari kota Wamena dan merupakan hantu yang katanya berasal dari Kabupaten Serui, Papua. Yang jelas legenda hantu ini cukup membuat anak muda takut
bepergian dimalam hari.
Sementara
tete momo merupakan sebutan bagi hantu di Wamena. Tidak ada yang tau
pasti bagaimana bentuk dan rupanya. Terlalu banyak cerita beredar
seputar hantu ini mengaburkan sosok dan legenda mengenai hantu ini.
Tetap saja. Kalau nama tete momo sudah disebut-sebut, kami akan
ketakutan walau bahkan tidak tahu bagaimana wujudnya yang sebenarnya.
16. Anak-Anak Cumo
Merupakan kepanjangan
dari Anak-anak Cuci Mobil. Mereka adalah anak-anak berusia 8 hingga 16
tahun yang biasanya nongkrong di kali Wouma sambil membawa ember dan
kain lap, menunggu orang yang datang untuk meminta jasa mereka mencuci
mobil. Entah bagaimana mulanya anak-anak ini menjadi begitu terkenal dan
dipakai oleh kami sebagai bahan ejekan untuk mengolok-olok teman, yang
jelas istilah anak-anak cumo begitu sering kami lontarkan dan sangat
populer.
17. Aibon, Air Nanas, Spidol dan Bunga Terompet
Tahun
90an adalah tahun dimana Aibon, Air Nanas, Spidol dan Bunga Terompet
merupakan benda-benda yang berada dalam pengawasan orang tua karena
sering digunakan para anakmuda untuk mabuk. Tau Aibon kan? Aica Aibon
lebih tepatnya. Sebenarnya dia lem biasa. Hanya saja baunya yang keras
sering digunakan anak-anak untuk mabuk dengan cara menghirupnya. Hal ini
juga berlaku bagi spidol papan tulis.
Bunga Terompet
Metode
lain yang lebih kreatif adalah dengan menggunakan bunga terompet. Bunga
terompet yang banyak tumbuh di kota ini disulingkan dan hirup asapnya
untuk membuat mabuk. Ini alasannya mengapa pada tahun 90an pohon-pohon
terompet banyak yang dimusnahkan.
Adalagi
metode lain dengan cara mencampurkan ctm (obat gatal) dengan coca-cola
atau membakar pita kaset dan menghirup baunya. Entahlah. Saya hanya
mendengar selentingan tentang itu dan belum pernah mencobanya. Tapi yang
paling terkenal dari semuanya adalah hasil fermentasi air nanas. Ini
yang paling berbahaya dan paling dilarang hingga dilakukan pemusnahan
masal terhadap produksinya. Bukan air nanas saja, masyarakat Wamena juga
pintar membuat minuman keras dari fermentasi air pisang. Kreatif.
18. Gank Broken Boy’s
Tahun
90an di Wamena sama saja dengan kota lainnya dimana anak-anaknya suka
nge-gank. Gank paling terkenal pada tahun 90an di kota Wamena adalah
mereka yang menyebut dirinya BBS atau Broken Boys. Gank ini
beranggotakan cukup banyak orang dan cukup terorganisir untuk ukuran
Gank anak-anak muda. Mereka punya markas utama, acara tetap setiap hari
yang kebanyakan berlatih kemampuan break dance juga organisasi
kepemimpinan yang jelas.
19. Acara Kirim salam di RRI dan MTV
Yeah,
tahun 90an adalah tahun dimana RRI (radio Republik Indonesia) masih
berjaya dan merupakan sarana bagi anak mudanya untuk berkirim-kirim
salam centil. Mereka biasanya menggunakan nama-nama samaran seperti
cewek scorpion, alcatraz, black item, atau nama-nama aneh yang kalau
kita pikirkan sekarang membuat kita geli dan merasa bodoh atas kelukuan
kita sendiri.
Selain
itu, Wamena merupakan kota kecil yang masih minim sarana komunikasi. Di
kota ini kita tidak dapat menerima siaran TV nasional dengan antena TV
biasa kecuali menggunakan antena parabola. Alhasil, bukannya siaran TV
nasional yang kami terima alih-alih TV luar negeri seperti MTV asia, V
Chanel, TV 5 (stasiun TV prancis yang banyak adegan mesumnya) dan
chanel-chanel luar negeri lainnya. Hal ini membuat MTV menjadi stasiun
TV paling favorite dan menjadi tontonan wajib bagi anak muda alih-alih
menonton stasiun TV nasional.
20. Sepatu Gunung Neckerman dan Doc Marten.
Nggak
diragukan lagi, sandal dan sepatu ini paling digemari pada tahun 90an.
Rasanya dulu semua anak muda merasa oke dan keren banget deh kalo sudah
pake sandal dan sepatu ini. Apalagi kalo sol sepatunya bisa nyala-nyala
warna merah waktu kita jalan. Serasa udah jadi satria baja hitam aja.
21. Bakar batu
Bakar
batu merupakan pesta tradisional masyarakat Suku Dani dimana mereka
memasak daging babi, ayam, ubi-ubian dan sayur-mayur dalam sebuah liang
di tanah yang telah diberi batu yang dipanaskan hingga membara. Bakar
batu biasanya dilakukan masyarakat saat upacara-upacara adat dan
perayaan hari-hari besar.
Rumah Adat Suku Dani
Dulu pemerintah
daerah biasanya mengadakan pesta bakar batu saat perayaan tahun baru
dan kemerdekaan Indonesia di Lapangan Pendidikan. Semua masyarakat boleh
datang. Ya, tapi kita harus rela makan makanan tidak higenis dalam
pesta ini. Karena selain proses masaknya tidak dapat membuat daging
terlalu matang, semua bahan makanan yang dimasukan dalam liang di tanah
juga tentu tidak bersih. Ada yang mau coba?
22. Petasan Karbit dan Busy
Ini
permainan berbahaya yang sangat digandrungi anak-anak Wamena tahun
90an. Petasan karbit adalah petasan yang terbuat dari bambu dan karbit,
dibunyikan dengan cara dibakar. Sedangkan petasan busy terbuat dari busy
mobil yang diisi dengan serpihan korek api dan bila dilemparkan ke
aspal akan menimbulkan bunyi ledakan. Saat ini permainan ini telah
dilarang karena banyak menimbulkan korban.
23. Madu dalam Belanga
Dahulu
kota Wamena terkenang sebagai penghasil madu berkualitas. Kita bisa
melihat banyak penduduk yang memelihara lebah di halaman rumahnya untuk
menghasilkan madu. Tak jarang penduduk asli pun banyak yang menjual madu
hasil kebunnya. Uniknya, madu ini dijual masih bersama sarangnya dan
ditempatkan dalam sebuah belanga (panci tanah liat untuk memasak nasi
atau air). Nah, nanti setelah kita beli, baru deh diolah sendiri dengan
cara ditiriskan. Pada tahun 90an, kalau melihat penduduk asli
berkeliaran dengan belanga di tangannya, kita langsung tahu kalau yang
dijualnya itu madu murni yang belum diolah.
24. Uang dalam Koteka, Babi dalam Gendongan.
Wamena
ditahun 90an masih dipenuhi oleh penduduk asli primitif yang masih
menggunakan koteka dan Sali sebagai pakaian adat. Jadi penduduk Wamena
sudah sangat terbiasa melihat pemandangan lelaki dan wanita setengah
bugil berkeliaran ke sana ke mari. Yang lebih unik, terkadang para
lelaki berkoteka ini menyimpan uang dalam koteka mereka. Kebayang gak
sih saat kita hendak membeli sesuatu dari mereka, lalu kemudian mereka
membuak koteka mereka untuk menyimpan uangnya? Hehehehehe, unik dan
menggelikan.
Dan
jangan heran saat melihat seorang perempuan menggendong dengan penuh
kasih sayang babi peliharaannya sementara anaknya sendiri yang telanjang
dan baru bisa berjalan dibiarkan bermain seorang diri. Dalam adat Suku
Dani, babi merupakan hewan yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Jadi
maklum saja kalau mereka sangat menyayangi hewan peliharaannya ini dan
malah terlihat mengabaikan anaknya sendiri.
25. Olah Raga Memanah
Kalau
kalian anak kota bermain baseball dan berenang dalam mata pelajaran
Olah Raga, maka kami anak-anak Wamena punya olah raga memanah dalam mata
pelajaran Muatan Lokal. Panah dan busur memang salah satu senjata adat
masyarakat Suku Dani. Dan pelajaran ini memang ditujukan untuk
melestarikan budaya Suku Dani.
Namun
jangan salah mengira, memanah ini bukan dengan menggunakan panah modern
yang digunakan peserta olimpiade ata SEA GAMES. Panah yang kami gunakan
benar-benar panah dan busur tradisional yang terbuat dari rotan, kayu,
dan lokop (tanaman sejenis rotan). Itu pun kami harus membuat sendiri
busur dan panah kami.
Terlalu banyak memori indah saya mengenai Wamena di tahun 90an. Namun untuk saat ini baru dua puluh lima hal diatas yang bisa saya tulis. Yang jelas, kesempatan untuk pernah tinggal, hidup dan tumbuh di Kota Wamena merupakan hal yang sangat berharga yang selalu saya syukuri.
Saya telah melangkahkan kaki ke begitu banyak kota dan negara, dengan berbagai pesona dan keindahan. Namun
hanya satu kota saja yang selalu saya rindukan, yang tidak pernah
terlupakan dan saya selalu ingin kembali kepadanya. Hanya satu kota saja
yang merasuk begitu dalam di jiwa dan sanubari saya. Hanya satu kota
saja yang mampu membius saya dengan berjuta kenangan dan keunikan.
Wamena. Wamena.
Safitri Shinta Pribadi
Ko-Sapa@2015
Safitri Shinta Pribadi
Ko-Sapa@2015
0 Komentar