Kami Yang Hidup Di Wamena Era 90an


Wamena adalah sebuah distrik di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Indonesia, sekaligus merupakan ibu kota kabupaten tersebut. Di Wamena terletak lapangan terbang yang menghubungkan wilayah Jayawijaya dengan Jayapura.

Wamena merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak dipedalaman tengah Papua. Konon menurut cerita Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata Wam dan Ena, yang berarti Babi Piara atau Jinak.

Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Papua, seperti Timika, Jayapura, Sorong, dan Merauke, Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum banyak tersentuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit pegunungan Jayawijaya diselatannya memiliki ketinggian sekitar 1600 meter diatas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Kota yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara ini sangatlah indah dan masih asri alamnya. Terutama pada musim penyelenggaraan pesta budaya Papua, yang diselenggarakan di distrik Kurulu, kota ini dibanjiri oleh para wisatawan baik lokal dan mancanegara.

Zzzzzzzzzzzz, itu kata si mas-mas dan mbak-mbak wikipedia. Boring, boring, boring. Jadi mari kita tinggalkan semua omongan formal di atas dan membicarakan sesuatu yang lebih riil tentang kehidupan di Wamena.

Semua orang yang tinggal di Wamena selalu mengatakan betapa mereka mencintai kota kecil itu. Betapa kota itu selalu teringat dalam kalbu saat mereka meninggalkannya. Betapa kota itu menciptakan berjuta kenangan indah yang tak akan terlupakan hingga akhir hayat. Betapa kota itu telah berakar, hidup dan tinggal selamanya di hati mereka. Betapa mereka akan selalu merindukan tiap jengkal tanahnya. Terlalu berlebihan? Rasanya tidak. Karena hal itu jugalah yang saya rasakan hingga saat ini.

Yes, Wamena memang sangat indah dan menawan. Dengan semua keprimitifan budaya dan alamnya yang mempesona, hidup di Wamena tidak pernah membosankan walaupun kami praktis ketinggalan dari segi sarana prasarana. Hujan es, kabut tebal dipagi hari, udara dingin membekukan, orang-orang berkoteka, budaya bakar batu, becak-becak memadati jalanan, kapur sirih dan pinang, angin kurima, semuanya begitu khas, begitu Wamena.

Dahulu kota Wamena sangat kecil dan akses keluar masuknya hanya melalui jalan udara, hal ini menyebabkan perkembangan kota sangat lambat dan harga barang di pasaran menjadi sangat tinggi. Entahlah apa yang terjadi pada kota Wamena di jaman modern seperti sekarang karena saya sudah lama meninggalkan kota itu. Yang tertinggal di benak adalah memori indah tahun 90an mengenai kota itu, dan inilah memori saya mengenai masa-masa indah 90an di kota Wamena. Bagi kalian yang pernah mengalami masa-masa indah tumbuh ditahun 90an di Kota Wamena, apakah hal-hal ini juga yang kalian alami?

1.   Me vs Angin Kurima
Bulan Juli menandakan datangnya musuh kami di sore hari yang biasa kami sebut Angin Kurima. Seperti namanya, angin kencang berhawa dingin ini bertiup dari sebuah kecamatan bernama Kurima. Angin dingin yang bertiup sangat kencang dan muncul di sore hingga malam hari ini tidak saja membekukan, tapi juga menerbangkan debu, rok dan jemuran, membengkokkan payung, mematahkan dahan dan ranting pohon, bahkan membuat kami susah berjalan dan mengayuh sepeda melawan terpaannya.

Menikmati dinginnya angin

Alhasil, di bulan Juli hingga Desember saat musim Angin Kurima datang, kami semakin mempertebal jacket-jacket pelindung kulit. Tak jarang serangan iritasi mati akibat debu yang terbawa Angin Kurima melanda kami, dan juga wabah bibir kering dan pecah-pecah tak ketinggalkan menghampiri kami. Walaupun angin ini cukup menyebalkan, herannya kami terkadang menunggu-nunggu saat musim Angin Kurima datang. Rasanya desingan angin kencang di telinga kami, dingin sapuannya menghantap pipi kami, dan sensasi sulit berjalan serta mengayuh sepeda yang ditimbulkan saat melawan tiupan angin menjadi kesenangan tersendiri bagi kami.

2.   Hujan Hujan Es
Dahulu kota Wamena sering diguyur oleh hujan es. Butiran-butiran es sebesar kelereng ini biasanya turun dibulan Desember hingga Februari, saat suhu udara menjapai titik puncak dingin. Saya ingat benar dulu bagaimana suasana saat hujan es melanda, sangat gaduh dan memekakan telinga, mengingat mayoritas rumah di kota Wamena peratap seng. Kalau sudah begini, kami akan mengambil payung dan lari ke halaman untuk mengumpulkan butiran-butiran es yang menutupi tanah.

3.   Lapangan basket P&K
Ini adalah lapangan basket paling terkenal dan terkemuka di kota Wamena, terletak di halaman kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  Dulunya lapangan ini adalah kolam ikan yang banyak ditinggali oleh ikan todi dan keong emas. Saya masih ingat dengan jelas saat-saat saya menangkap keong emas di kolam ini. Kalau tidak salah sekitar tahun 1995/1996, kolam ini ditutup dan sebagai gantinya dibangun sebuah lapangan basket yang terbuka untuk umum.

Lapangan basket ini tidak hanya digunakan untuk sarana bermain basket, tapi juga sebagai tempat pertemuan anak-anak muda untuk berkumpul dan bahkan pacaran. Dulu kalau kita ingin mencari keberadaan orang yang kita taksir disore hari, tinggal jalan saja melewati lapangan ini, biasanya mereka sedang bermain di lapangan itu. Hehehe, gampang kan? Gak perlu kirim bbm, gak perlu baca Facebook.

4.   Ikan Todi dan Keong Emas
Ikan yang paling populer dikalangan anak-anak adalah ikan todi dan keong emas menyusul kepopuleran ikan todi. Ikan todi ini bentuknya seperti ikan teri, dan banyak dijumpai ditempat manapun yang berair. Serius. Jenis ikan ini mudah hidup dan beradaptasi. Jadi rasanya ikan ini bisa berada dimana pun. Di kolam, di selokan, digenangan air, di tangki penyimpanan air, disumber mata air, di mana-mana deh pokoknya.

Menangkap ikan todi di selokan rasanya hampir menjadi kesenangan semua anak yang tumbuh di kota Wamena (untungnya selokan-selokan di kota Wamena saat itu jernih dan bersih). Entah kenapa kami begitu suka menangkap ikan ini. Padahal ya sebenarnya nggak diapa-apain lho setelah kita tanggap. Paling dimasukin dalam plastik dan dilihat-lihat doang, setelah bosan dibuang kembali. Yang lebih radikal kadang kita tusuk pakai lidi, lalu main bakar-bakaran ikan. Tapi ya tetap saja nggak dimakan karena bentuknya terlalu kecil dan kelihatan tidak lezat.

Nah, kalau keong emas ini, memang sengaja kita tanggap untuk dikembangbiakan. Karena kalau dikelola dengan baik, keong emas rasanya seenak kerang laut. Nama gaul keong emas ini adalah Geong. Nama ini tercipta menyesuaikan dialek suku Dani (orang asli Wamena) yang masih terpengaruh intonasi dan bahasa daerah.

5.   Tuke, Tomi-tomi, Tebu, Giawas, Pinang,Hipere, Kasbi, Keladi, dan Bingga.
Yups, itu adalah nama tumbuh-tumbuhan dan buah yang paling populer di Wamena pada masa itu. Sementara jajanan lazim anak kota adalah MC D, ice cream Magnum, Chiki Balls, Nyam-Nyam, dan makanan pabrikan lainnya, kami yang hidup dalam keterpencilan memiliki jajanan sekolah khas yang dijual oleh penduduk pribumi diluar pagar sekolah. Biasanya para penjual ini menghamparkan selembar karung goni di tanah dan menjajakan makanan jualannya diatas karung goni itu. Tidak higenis? Sangat!

·    Tuke adalah sejenis kelapa hutan. Bentuknya kecil memanjang dan bergumbul dengan diameter tidak sampai 1cm dan panjang 3cm. Makannya juga butuh perjuangan keras karena kulit tuke ini luar biasa keras. Kalo gak digigit sampe gigi sakit ya dipukul-pukul pake batu. Rasanya hampir sama seperti kelapa.

Tuke atau Kelapa Hutan

·    Tomi-tomi adalah buah berwarna kuning yang mirip seperti tomat chery.Bedanya tidak seperti tomat yang tidak berbungkus, tomi-tomi  dibungkus oleh semacam daun yang menunjukan tingkat kematangan buah didalammnya. Jadi kalau daun pembungkusnya masih hijau, berarti buah didalamnya masih hijau. Dan semakin kuning daun pembungkusnya, semakin masak dan kuning pula buah didalamnya.  Rasa buah ini manis-manis asam dan bisa dibuat menjadi selai.

·    Tebu? Yup tebu. Di Wamena tebu merupakan jajanan favorite anak sekolahan. Dijual dengan ruas sepanjang satu meter masih lengkap dengan kulitnya. Jadi pembeli harus mengupas sendiri dengan giginya dan memotong-motong pula dengan giginya. Keras? Pastinya. Tapi kami sudah terbiasa dengan itu. Dan menyesap tebu di siang hari yang terik merupakan sebuah kenikmatan tersendiri disamping susahnya mengupas dan menggigit tebu itu.

·    Giawas mungkin kalian tidak tahu. Kalo jambu klutuk atau jambu biji? Pasti tahu dong ya. Ini merupakan buah paling populer di kota Wamena. Mungkin karena paling mudah tumbuh dan ditemukan. Biasanya kami makan buah ini dengan sambal berupa garam dan cabe rawit yang di haluskan. Heeemmmm, yummy banget!

·   Pinang dan sirih kalau di daerah pedalaman lainnya merupakan makanan nenek-nenek lanjut usia untuk mempertahankan kekuatan gigi mereka. Di Wamena, pinang, sirih dan juga kapur merupakan makanan lazim bagi semua usia. Pertama kali mencoba makan pinang, kapur dan sirih, kita pasti akan mengalami rasa terbakar dilidah dan juga sakit kepala. Tapi kalau sudah terbiasa, rasanya lumayan asyik juga. Nggak heran kalau di tanah Papua termasuk Wamena, pinang kapur dan sirih banyak dijual layaknya rokok. Dan akibatnya, dimana-mana kita akan melihat bekas ludahan berwarna merah. Euuuhhhh.

·    Hipere adalah ubi, kasbi adalah singkong, keladi adalah talas, dan bingga adalah daun dari ubi. Keempat makanan ini adalah menu pokok penduduk Wamena. Hipere, kasbi dan keladi goreng bahkan menjadi jajanan kesukaan di sekolah-sekolah. Apalagi kalau makannya dengan sambal yang dibuat dari cabe dan tomat. Yummmmmm, enak banget!

6.   Story of Lapangan Pendidikan.
Salah satu tempat favorite untuk bermain adalah sebuah lapangan umum bernama lapangan Pendidikan. Lapangan ini biasanya dipakai untuk menggelar upacara-upacara hari nasional seperti hari kemerdekaan, hari pendidikan nasional, dan hari kebangkitan nasional dimana semua murid dari TK hingga Perguruan Tinggi dikumpulkan untuk melakukan upacara bendera bersama seluruh instansi pemerintahan dan aparat keamanan. Terkadang lapangan ini dipakai untuk kegiatan-kegiatan masyarakat seperti perlombaan sepak bola. Bahkan beberapa sekolah yang berlokasi di dekat lapangan ini menggunakannya sebagai tempat mata pelajaran olah raga.  Sayangnya sekarang lapangan ini telah menjadi stadiun Lapangan Pendidikan yang tertutup bagi umum dan digunakan oleh tim sepak bola PERSIWA.

7.   Sumber Air Pikhe
Jangan pernah mengharapkan air PDAM mengalir lancar di kota ini. Akibat susahnya mencari air bersih selain sumur pompa, masyarakat harus menampung air hujan atau mengambil air dari sumber mata air untuk memperoleh air minum bersih. Dan salah satu sumber air yang paling terkenal adalah Sumber Air Pikhe.

Jalan Menuju Sumber Air Pikhe
8.   Balada Jembatan Gantung Kuning dan Tanah Longsor
Tempat favorite keluarga dan anak muda berjalan-jalan adalah Jempatan Gantung Kuning yang terletak di Megapura. Gak ada kelebihannya sama sekali sih tempat ini. Hanya sebuah jembatan gantung berwarna kuning sepanjang  seratus meter yang melintasi kali Baliem, terbuat dari perpaduan baja kayu dan  hanya bisa dilintasi oleh pejalan kaki. Hanya saja saking nggak adanya tempat menarik pada jaman itu, jembatan ini dipakai oleh warga sebagai tempat wisata. Hanya sekedar bersantai di kaki jempatan yang terhampar pasir halus di pesisir kali Baliem, memakan bekal yang dibawa dan mengobrol.

Tanah Longsor

Nah, kalau tanah longsor itu adalah sebuat daerah sepanjang kurang lebih satu kilometer yang merupakan  beekas longsoran gunung akibat gempa yang terjadi pada sekitar tahun 80an. Akibat gempa itu, gunung tersebut selalu longsor bila terkena guyuran hujan deras dan longsoran tersebut akan menutupi jalan menuju Jembatan Gantung Kuning. Alhasil, daerah tersebut terlihat seperti negeri gurun pasir dan selalu menarik untuk dikunjungi.

9.   Pasir Putih, oh Pasir Putih
Ada sebuah tempat di Pikhe yang menjadi ciri khas kota Wamena. Tempat ini berupa hamparan pasir seputih kapas yang memenuhi pegunungan batu dan kaki gunung tersebut. Pasir ini begitu halus dan berkilau bila tertimpa sinar matahari. Pasir putih tanpa pantai? Terasa aneh. Oleh karena itu lahir berbagai spekulasi bahwa kota Wamena dulunya adalah lautan yang mengering. Tempat ini merupakan objek wisata unggulan kota Wamena dan merupakan tempat pacaran paling laris bagi anak muda.

Pasir Putih

Jalanan Kota yang Sepi 
10.  Ekstrakulikuler paling keren: Drum Band
Tahun 90an merupakan tahun keemasan ekstrakulikuler Drum Band di kota Wamena. Saat itu hanya SMP Negeri 2 Wamena dan SMU Negeri 1 Wamena yang memiliki ekstrakulikuler ini. Alhasil, menjadi anggota Drum Band menjadi rebutan semua orang. Apalagi karena Drum Band kedua sekolah itu selalu dipakai oleh Pemerintah Daerah setempat dalam setiap acara kenegaraan dan kegiatan Pemerintah, rasanya bisa menjadi anggota Drum Band merupakan kebanggaan dan gengsi tersendiri.

Pada tahun 1995, Drum Band dengan moto Hanne Pagoro Banen (benar gak ya penulisannya?) ini bahkan diundang oleh wakil presiden Tri Sutrisno untuk menjadi tamu kehormatan di festival Marching Band Indonesia yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah, karena beliau terpesona oleh keindahan permainan Drum Band ini saat menjamu kedatangan beliau di Wamena. Heemmm, sekarang sih yang saya dengar Drum Band ini sudah tidak sebagus dulu lagi.
 
11.  Pejabat paling terkenal di Kota: Budiman Kogoya
Pada tahun 1994an, bapak Budiman Kogoya atau yang disingkat oleh kami dengan sebutan BUKO menduduki jabatan Ketua DPR Kabupaten Jayawijaya. Entah bagaimana awal mulanya beliau bisa menjadi pejabat paling terkenal dikalangan anak-anak sekolahan, yang jelas pada masa itu sepertinya tidak ada yang tidak kenal sosok BUKO. Semua anak rasanya mengetahui nama BUKO dan beberapa cerita lucu seputar kepemimpinan beliau. Dia menempati posisi dihati kami rupanya, terbukti hingga saat ini kami masih saja mengingatnya.

12.  Legenda Ambire, Tomareken, Yuli Gila.
Coba tanyakan pada mereka yang tumbuh besar ditahun 90an, siapa itu Ambire, Tomareken dan Yuli Gila. Mereka semua pasti mengenalnya, tiga orang gila paling terkenal di Kota Wamena. Juga rumor-rumor bagaimana mereka bisa kehilangan akal sekat. Pada masa itu, kami berusaha berspekulasi dan menerka-nerka, apa sebenarnya yang menyebabkan ketiga orang gila paling terkenal di Wamena ini menjadi gila. Bukan hanya itu, bila berjumpa dengan salah satu orang dari mereka, keesokan harinya kami akan langsung memamerkannya di sekolah, seolah-olah berjumpa mereka adalah suatu hal yang sangat hebat seperti bertemu David Beckham.

13.  Permen Guffi dan Cup a Cup
Was the famous candy dan gum ever! Coba saja tanya, siapa yang waktu kecilannya di Wamena gak suka makan permen ini.

14.  Kali Wouma oh kali Wouma

Anak Kali Wouma

Kali Wouma adalah salah satu kali paling terkenal di Wamena. Airnya yang sedingin es dengan topografi bebatuan besar dan relatif dangkal menjadikan kali ini tempat bermain favorite dibandingkan sungai Baliem yang dalam dan terkenal memiliki arus deras berlumpur di dasarnya sehingga banyak menelan korban jiwa.

Kali ini juga merupakan tempat bagi penduduk kota Wamena menjalankan banyak aktifitas, mulai dari mencuci mobil, mencuci baju, mandi, mencuci sayur, memberi minum ternak babi, berenang hingga menambang pasir. Alhasil kali ini tidak pernah sepi dan selalu ramai. Dulu jaman saya masih SD, kami bahkan beramai-ramai mandi dikali ini saat acara perkemahan.

15.  Suanggi dan Tete Momo
Adalah hantu yang paling terkenal di Wamena. Suanggi adalah manusia jadi-jadian yang dikenal keluar dimalam hari untuk memakan usus manusia dan memiliki kemampuan terbang. Asal hantu ini sendiri katanya bukan dari kota Wamena dan merupakan hantu yang katanya berasal dari Kabupaten Serui, Papua. Yang jelas legenda hantu ini cukup membuat anak muda takut bepergian dimalam hari.

Sementara tete momo merupakan sebutan bagi hantu di Wamena. Tidak ada yang tau pasti bagaimana bentuk dan rupanya. Terlalu banyak cerita beredar seputar hantu ini mengaburkan sosok dan legenda mengenai hantu ini. Tetap saja. Kalau nama tete momo sudah disebut-sebut, kami akan ketakutan walau bahkan tidak tahu bagaimana wujudnya yang sebenarnya.

16.  Anak-Anak Cumo
Merupakan  kepanjangan dari Anak-anak Cuci Mobil. Mereka adalah anak-anak berusia 8 hingga 16 tahun yang biasanya nongkrong di kali Wouma sambil membawa ember dan kain lap, menunggu orang yang datang untuk meminta jasa mereka mencuci mobil. Entah bagaimana mulanya anak-anak ini menjadi begitu terkenal dan dipakai oleh kami sebagai bahan ejekan untuk mengolok-olok teman, yang jelas istilah anak-anak cumo begitu sering kami lontarkan dan sangat populer.

17.  Aibon, Air Nanas, Spidol dan Bunga Terompet
Tahun 90an adalah tahun dimana Aibon, Air Nanas, Spidol dan Bunga Terompet merupakan benda-benda yang berada dalam pengawasan orang tua karena sering digunakan para anakmuda untuk mabuk. Tau Aibon kan? Aica Aibon lebih tepatnya. Sebenarnya dia lem biasa. Hanya saja baunya yang keras sering digunakan anak-anak untuk mabuk dengan cara menghirupnya. Hal ini juga berlaku bagi spidol papan tulis.

Bunga Terompet

Metode lain yang lebih kreatif adalah dengan menggunakan bunga terompet. Bunga terompet yang banyak tumbuh di kota ini disulingkan dan hirup asapnya untuk membuat mabuk. Ini alasannya mengapa pada tahun 90an pohon-pohon terompet banyak yang dimusnahkan.

Adalagi metode lain dengan cara mencampurkan ctm (obat gatal) dengan coca-cola atau membakar pita kaset dan menghirup baunya. Entahlah. Saya hanya mendengar selentingan tentang itu dan belum pernah mencobanya. Tapi yang paling terkenal dari semuanya adalah hasil fermentasi air nanas. Ini yang paling berbahaya dan paling dilarang hingga dilakukan pemusnahan masal terhadap produksinya. Bukan air nanas saja, masyarakat Wamena juga pintar membuat minuman keras dari fermentasi air pisang. Kreatif.

18.  Gank Broken Boy’s
Tahun 90an di Wamena sama saja dengan kota lainnya dimana anak-anaknya suka nge-gank. Gank paling terkenal pada tahun 90an di kota Wamena adalah mereka yang menyebut dirinya BBS atau Broken Boys. Gank ini beranggotakan cukup banyak orang dan cukup terorganisir untuk ukuran Gank anak-anak muda. Mereka punya markas utama, acara tetap setiap hari yang kebanyakan berlatih kemampuan break dance juga organisasi kepemimpinan yang jelas.

19.  Acara Kirim salam di RRI dan MTV
Yeah, tahun 90an adalah tahun dimana RRI (radio Republik Indonesia) masih berjaya dan merupakan sarana bagi anak mudanya untuk berkirim-kirim salam centil. Mereka biasanya menggunakan nama-nama samaran seperti cewek scorpion, alcatraz, black item, atau nama-nama aneh yang kalau kita pikirkan sekarang membuat kita geli dan merasa bodoh atas kelukuan kita sendiri.

Selain itu, Wamena merupakan kota kecil yang masih minim sarana komunikasi. Di kota ini kita tidak dapat menerima siaran TV nasional dengan antena TV biasa kecuali menggunakan antena parabola. Alhasil, bukannya siaran TV nasional yang kami terima alih-alih TV luar negeri seperti MTV asia, V Chanel, TV 5 (stasiun TV prancis yang banyak adegan mesumnya) dan chanel-chanel luar negeri lainnya. Hal ini membuat MTV menjadi stasiun TV paling favorite dan menjadi tontonan wajib bagi anak muda alih-alih menonton stasiun TV nasional.

20.  Sepatu Gunung Neckerman dan Doc Marten.
Nggak diragukan lagi, sandal dan sepatu ini paling digemari pada tahun 90an. Rasanya dulu semua anak muda merasa oke dan keren banget deh kalo sudah pake sandal dan sepatu ini. Apalagi kalo sol sepatunya bisa nyala-nyala warna merah waktu kita jalan. Serasa udah jadi satria baja hitam aja.

21.  Bakar batu
Bakar batu merupakan pesta tradisional masyarakat Suku Dani dimana mereka memasak daging babi, ayam, ubi-ubian dan sayur-mayur dalam sebuah liang di tanah yang telah diberi batu yang dipanaskan hingga membara. Bakar batu biasanya dilakukan masyarakat saat upacara-upacara adat dan perayaan hari-hari besar.

Rumah Adat Suku Dani

Dulu  pemerintah daerah biasanya mengadakan pesta bakar batu saat perayaan tahun baru dan kemerdekaan Indonesia di Lapangan Pendidikan. Semua masyarakat boleh datang. Ya, tapi kita harus rela makan makanan tidak higenis dalam pesta ini. Karena selain proses masaknya tidak dapat membuat daging terlalu matang, semua bahan makanan yang dimasukan dalam liang di tanah juga tentu tidak bersih. Ada yang mau coba?

22.  Petasan Karbit dan Busy
Ini permainan berbahaya yang sangat digandrungi anak-anak Wamena tahun 90an. Petasan karbit adalah petasan yang terbuat dari bambu dan karbit, dibunyikan dengan cara dibakar. Sedangkan petasan busy terbuat dari busy mobil yang diisi dengan serpihan korek api dan bila dilemparkan ke aspal akan menimbulkan bunyi ledakan. Saat ini permainan ini telah dilarang karena banyak menimbulkan korban.

23.  Madu dalam Belanga
Dahulu kota Wamena terkenang sebagai penghasil madu berkualitas. Kita bisa melihat banyak penduduk yang memelihara lebah di halaman rumahnya untuk menghasilkan madu. Tak jarang penduduk asli pun banyak yang menjual madu hasil kebunnya. Uniknya, madu ini dijual masih bersama sarangnya dan ditempatkan dalam sebuah belanga (panci tanah liat untuk memasak nasi atau air). Nah, nanti setelah kita beli, baru deh diolah sendiri dengan cara ditiriskan. Pada tahun 90an, kalau melihat penduduk asli berkeliaran dengan belanga di tangannya, kita langsung tahu kalau yang dijualnya itu madu murni yang belum diolah.

24.  Uang dalam Koteka, Babi dalam Gendongan.
Wamena ditahun 90an masih dipenuhi oleh penduduk asli primitif yang masih menggunakan koteka dan Sali sebagai pakaian adat. Jadi penduduk Wamena sudah sangat terbiasa melihat pemandangan lelaki dan wanita setengah bugil berkeliaran ke sana ke mari. Yang lebih unik, terkadang para lelaki berkoteka ini menyimpan uang dalam koteka mereka. Kebayang gak sih saat kita hendak membeli sesuatu dari mereka, lalu kemudian mereka membuak koteka mereka untuk menyimpan uangnya? Hehehehehe, unik dan menggelikan.

Dan jangan heran saat melihat seorang perempuan menggendong dengan penuh kasih sayang babi peliharaannya sementara anaknya sendiri yang telanjang dan baru bisa berjalan dibiarkan bermain seorang diri. Dalam adat Suku Dani, babi merupakan hewan yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Jadi maklum saja kalau mereka sangat menyayangi hewan peliharaannya ini dan malah terlihat mengabaikan anaknya sendiri.

25.  Olah Raga Memanah
Kalau kalian anak kota bermain baseball dan berenang dalam mata pelajaran Olah Raga, maka kami anak-anak Wamena punya olah raga memanah dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Panah dan busur memang salah satu senjata adat masyarakat Suku Dani. Dan pelajaran ini memang ditujukan untuk melestarikan budaya Suku Dani.

Namun jangan salah mengira, memanah ini bukan dengan menggunakan panah modern yang digunakan peserta olimpiade ata SEA GAMES. Panah yang kami gunakan benar-benar panah dan busur tradisional yang terbuat dari rotan, kayu, dan lokop (tanaman sejenis rotan). Itu pun kami harus membuat sendiri busur dan panah kami.

Terlalu banyak memori indah saya mengenai Wamena di tahun 90an. Namun untuk saat ini baru dua puluh lima hal diatas yang bisa saya tulis. Yang jelas, kesempatan untuk pernah tinggal, hidup dan tumbuh di Kota Wamena merupakan hal yang sangat berharga yang selalu saya syukuri.

Saya telah melangkahkan kaki ke begitu banyak kota dan negara, dengan berbagai pesona dan keindahan.  Namun hanya satu kota saja yang selalu saya rindukan, yang tidak pernah terlupakan dan saya selalu ingin kembali kepadanya. Hanya satu kota saja yang merasuk begitu dalam di jiwa dan sanubari saya. Hanya satu kota saja yang mampu membius saya dengan berjuta kenangan dan keunikan. Wamena. Wamena. 

Safitri Shinta Pribadi

Ko-Sapa@2015

Posting Komentar

0 Komentar