Secangkir Kopi Dirampas

Ilustrasi Secangkir Kopi
Karya: Aleks Gobay

Tiap malam aku selalu ditemani dengan secangkir kopi panas
Dia temanku, tapi bukan hidupku
Dia pasanganku, tapi bukan pacarku
Dia adalah saya, tapi bukan hidup selamanya.
Ada waktu untuk berhenti dan ada waktu memulai.

Hidup manusia selalu berputar mengikuti ketukan jarum jam
Ada waktu suka ada waktu duka
Ada waktu manis,ada waktu pahit
Ada waktu menagis ada waktu tertawa
Ada waktu panas ada waktu dingin
Itulah misteri hidup yang ada di bumi.

Aku selalu melamun tiap malam di saat angin malam tiba
Terpukul seribu bahasa, entah apa!
Tangisan anak negerti dimana-mana
Kelaparan melanda, tangisan kematian, ada pembunuhan
Seakan tanah yang dikasih sang Khalik berdarah merah
Itulah Negeriku

Kemana dan dimana saja aku pergi dan berteduh
Aku disiksa, aku diteror, aku ditahan, aku dipenjarahkan, aku dibunuh
Suara kebenaran disalahkan, suara Tuhan diintimidasi.
Lalu, percaya siapa, dimanakah Tuhanmu, Allahmu?

Aku tak butuh dikasihani, dikagumi diberikan sejutah harapan
Aku hanya butuh dihargai
Aku berdiri di negeriku, tanahku, darahku, pangkuanku
Karena aku ada, kau datang. Kalau aku tak ada kau tak  akan datang.

Sepertinya, kau sudah tahu, tak mungkin kau tipu!
Aku berdiri seolah-olah, seperti kopi yang selalu dinikmati minumnya.
Aku manis, aku enak, aku disenangi
Itulah aku, itulah negeriku itulah tanahku.
Tak mungkin didapatkan di alam baka.

Begitu banyak secangkir kopi yang kau kuras
Kau ambil, kau sembunyikan, kau pemboros, kau penipu
Negeriku banyak kekayaan, penuh dengan susu dan madu
Aku selalu tidur diatas kekayaanku, alamku dan tanahku
Itulah negeriku!

Begitu banyak kekayaanku, tinggal kau beri kenangan
Anak cucuku tak akan merasakan kedamaiaan, kebahagian, kepuasaan
Kau memang perampas, kau kapitalis yang merah.
Tapi, ingat, sang khalik sedang melihatmu, menilaimu
Suatu saat dia mengambil nyamu.

kau harus siap bertanggugjawab atas tindakanmu
karena Allahku akan tanyakan hidupmu selama di bumi
jangan katakan yah Allahku, tolong ampunilahku
Sebab, waktumu sudah terlambat,
selamat jalan di alam neraka.

Selasa, (10/05/16),
Bukit 88.


Posting Komentar

0 Komentar