Balada Mega Kelabu

Kemarin aku masih terpaku menatap mega
mega menerawang kelabu di ujung senja
kedukaan mendalam terpampang menusuk di wajahya
ia hanya diam menunduk berderai air mata

Guruh-gemuruh suara silih datang berganti
lidahnya saling bersahutan meraja bumi
menunjukkan kemarahan yang tak kan pernah berhenti
namun aku belum menyadari diri
Mega kini semakin hitam kelam
suaranya menggelegar seraya menggeram
sementara mulutku kaku membungkam
dosa ku tak kunjung padam
Terus-menerus mega masih kelabu
menangisi diri ku sedih pilu
terngiang dalam memori
apakah ini suatu pertanda bagi ku
apakah smua ini karena kenistaan dosa yang selalu menghantui diri ku

Aku terombang-ambing oleh pertanyaan tak menentu
jiwa ku bergejolak melampaui batas waktu
aku masih melakoni hidup seperti biasa seakan tak tahu
ternyata ada segelintir duri berlumuran dosa dalam hidup ku
Ketika tragedi naas menindih
aku insaf sudah
segala nista dosa pencipta diri resah
aku padukan dalam niat dan ku buang jauh
Hidup baru menyongsong dalam genggaman tangan ku
tanpa menoleh ke belakang, ku terus melangkah maju
ku tak ingin lagi membuka lembaran kisah lalu
ya, yang telah berlalu biarlah berlalu
Angin timur berhembus membawa secercah harapan
terbukalah tirai penutup gelapnya kehidupan
tabir noda pada masa yang silam dimusnahkan
aku ingin meminta pertobatan
Hari ini mega tersenyum cerah
menyambut diri ku beralih ke medan perubahan sudah
selaksa bahagia sedang ku toreh
menuju masa depan dalam cahaya tercurah
Untuk memiliki sebuah hati yang damai
aku mendekatkan diri kepada Ilahi
Ia yang mempunyai kesalehan abadi
mengampuni segala celah, menjernihkan nurani