"Senyum-senyum , Freeport dan Kapitalisme"

Oleh: Zuzan. K. Griapon


Foto: Ist
04 04 17 


Salah seorang pemudi bernama Cinta, berasal dari sebuah kampung di kabupaten Jayapura. Cinta dalah pemudi yang berusia sekitar 20 tahun . 20 tahun lamanya dihabiskan membantu bapa dan mama di kampungnya. Keluarga cinta hidup sederhana , namun kepala distrik Nimboran mengkategorikan keluarganya miskin.
miskin karena pekerjaan utama mereka adalah berkebun, lalu rumah mereka terbuat dari papan yang besarnya tidak lebih dari 120 meter persegi.
.
Mereka juga tidak memiliki TV, kipas angin , sofa atau apapun yang dijadikan kebutuhan primer hari ini.walaupun dalam kategori miskin, orang tua cinta sanggup membiayainya hingga bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
.
Setelah lulus SMA , Orang tua sepakat untuk cinta melanjutkan Pendidikannya di Kota Jayapura.
.
Orang tua cinta mengimpikan cinta menjadi seorang guru, agar nantinya bisa membimbing anak-anak di kampung tersebut.
.
Dengan keterbatasan dana, Bapanya pergi ke kota dengan menumpang pick up yang biasa di gunakan untuk mengangkut makanan babi menuju pusat kota.
Sesampai di Jl. sosial padang bulan, bapanya meminta berhenti. Bapanya masih ingat bahwa ada sodaranya yang tinggal di daerah tersebut.
sesampainya di rumah sodaranya, ia pun menceritakan maksd dan tujuannya untuk mecari informasi terkait kuliah.
.
setelah perbincangan berakhir , bapanya kembali dan membawa kabar gembira bahwa cinta bisa tinggal bersama keluarga bapanya di padang bulan , sehingga cinta dapat melanjutkan kuliahnya.
.
Cinta terus menantikan hari dimana, ia bisa melihat kota jayapura.
.
Padahal jarak dari kampungnya ke kota dapat ditempuh selama 2-3 jam.
tapi keterbatasannya (ekonomi dan budaya) , membuatnya tidak berani bermimpi keluar dari lingkungan kampungnya.
.
Harinya pun tiba,cinta bisa pergi ke kota.
Dengan cara dulu bapanya menuju ke kota, begitupun ia bersama bapanya menumpang pick up.
.
sesampai seputaran waena, kendaraan mereka terhambat karena ada sebuah aksi masa, Demostrasi oleh mahasiswa. Di lembaran kertas dan atau kain yang di angkat tinggi bertuliskan 
Lawan KOLONIALISME !
LAWAN KAPITALISME!
LAWAN IMPEARLISME !
TUTUP FREEPORT!
BERIKAN HAK PENENTUAN NASIB SENDIRI !
.
Cinta bingung , dan bertanya apakah pekerjaan orang-orang di kota seperti ini?
Kenapa tidak ke kebun?
namun, ia masih saja terus tersenyum karena saat itu adalah perjalanan pertamanya menuju kota , Port Numbay.ia menganggap bahwa kalau itulah pekerjaan orang kota, mungkin di kampung berkebun, di kota seperti ini.
.
senyumannya pun diberikan kepada semua orang yang melihatnya atau justru memalingkan muka ketika melihatnya.
.
hingga tiba di rumah keluarganya di padang bulan.
.
Keesokan harinya bapanya pulang ke kampung.
Cinta pun tinggal bersama keluarganya di padang bulan.
.
Di kampungnya, cinta diajarkan untuk selalu tersenyum kepada siapapun dan itulah yang terus di praktekkannya hingga hari-harinya di kota.
.
Hari pertamanya kuliah pun , Ia selalu tersenyum sama semua orang. Tapi senyuman itu membuat seorang mahasiswa lain terpanah.
Terpanah karena gugup diberikan senyuman itu. Mahasiswa itu bernama mikarl.
mikarl menganggap senyuman itu sebagai senyuman karena ketertarikan cinta kepadanya.
.
Mikarl pun setiap melihat cinta , pasti berdebar-debar dan gementar. Sampai suatu ketika mikarl menceritakan hal tersebut kepada teman-temannya bahwa cinta selama ini mengakagumi mikarl secara diam dan sepertinya cinta ingin hidup bersamanya.
.
Cerita itupun tersebar di kampusnya dan menjadi buah bibir di kalangan teman-teman cinta hingga ke telinganya.
Cinta dengan polosnya bingung dengan pernyataan banyak orang terhadapnya, bahkan ia tidak mengenal mikarl secara dekat.
.
Akhirnya karena keresahan hati cinta, maka cinta pun melaporkan hal ini kepada dosen pembimbing akademik, untuk bertanya kepada mikarl kenapa hal ini bisa terjadi.
.
Keesokan harinya , mikarl dan cinta di pertemukan di ruang kelas bersama dosen pembimbing akademik untuk dimintai jawaban terkait isu yang berkembang.
Mikarl pun cerita bahwa , selama ini cinta selalu tersenyum padanya sehingga menurutnya itu bukti rasa kagum cinta kepadanya.
sedangkan cinta menjelaskan bahwa di kampungnya hal pertama yang harus mereka lakukan sebelum berkata-kata dengan orang lain adalah tersenyum kepada siapa saja. meskipun itu bukan orang yang berasal dari kampunnya.
.
Pak dosen pun bertanya , mengapa mikarl bisa mengambil kesimpulan demikian ?
Mikarl menjelaskan Di Film-film atau dan sinetron di Televisi menceritakan jika ada lawan jenis yang senyum-senyum kepada yang lainnya, itu menandakan bahwa ada perasaan lebih kepada orang tersebut.
.
.
Nah ceritanya Cinta menjadi pengantar bahwa hari ini, kebaikan atau kepolosannya justru dimaknai salah oleh mikarl.
mikarl adalah salah satu manusia yang telah lama hidup di kota, dan dengan banyaknya kepentingan pemodal(Kapitalis) mampu membuat mikarl memiliki cara berpikir yang baru.
.
kita lihat , cinta hidup 20 tahun tanpa menonton TV sehingga kehidupannya hanya membayangkan aktivitas di kampungya , Sedangkan mikarl terlarut dalam kepentingan pemodal (Kaptalisme) yang di bayangkan dan dilakukan sesuai kepentingannya (konstruksi ) pemodal
.
jelas Hari ini, tanpa kita sadari, hampir semua masyarakat di dunia menjadi sasaran empuknya kapitalis, begitupun papua.
Kapitalisme dengan kepentingan politik -ekonominya mau memberikan informasi kepada setiap orang bahwa kehidupan yang ideal adalah seperti ini dan itu. sehingga orang lebih fokus pada Hal itu tanpa fokus pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya, minyingkirkan budaya bahkan mengkonstruksi budaya baru yang merengut kebebasan berpikir dari manusia itu sendiri.
.
menanamkan budaya baru dilakukan kapitalis melalui , media : stasiun TV, iklan -iklan bahkan di sekolah.
Hal ini untuk apa ?
Untuk kepentingan orang-orang tertentu.
contoh kita lihat : 
Mikarl sering menonton Film-film dan sinetron yang di dalamnya mempermaikan perasaan manusia itu sendiri lalu , perlahan diberikan pemahaman baru bahwa manusia hari ini (kekinikinian) harus berperilaku seperti ini, ketika ada yang tersenyum kepadamu ,lawan jenis maka dia menyukaimu.
bahkan ditawarkan banyak sekali senyuman yang dikontruksi oleh kapitalisme.
.
Penyatuan pemikiran inilah yang membuat banyak sekali masyarakt terjebak dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Padahal Sinetron atau film adalah cerita yang dikarang untuk kepentingan , penonton terus menyaksikan . Padahal karangan itu berisikan hal yang tidak produktif untuk keberlangsungan hidup yang baik, namun justru kebanyakan menyebarkan kesesatan dalam berpikir logis.
.
.
Begtu lah peran media dalam mengkonstruksi setiap manusia hari ini. Jika Kita lihat di Indonesia pada saat Rezim soeharto memerangi PKI (Partai Komunis Indonesia) , pemerintah mewajibkan setiap warga negara untuk menyaksikan Film di bioskop tentang kebiadaban PKI disana diceritakan bahwa anggota PKI harus dihabiskan karena melakukan tindakan pembunuhan, kriminal , pemerkosaan dsb. Di Film tersebut menyebarkan kebencian terhadap kelompok tersebut. [sumber , dokumenter Senyap]
.
Bahkan Gerwani (sayap perempuan PKI) di permalukan lewat pemberitaan di Radio. Bahkan beberapa media cetak digunakan sebagai alat rezim tersebut dalam mengkonstruksi pemikiran masyarakat, sehingga nyatanya sampai hari ini, kebenaran peristiwa tahun 1965 tidak semua orang tau kebenarannya. Bahkan yang tertulis di matapelajaran sejarah ? Menyebarkan kebencian.
Itulah peran media, ketika di kendalikan kapitalis.
.
Begitupun keadaan masyarakat papua Hari ini, Media mengkontruksi setiap orang untuk berpikir positif untuk berpikir bahwa dengan adanya pembangunan dapat menolong kehidupan masyarakat papua.
.
tapi kehidupan seperti apa yang lebih baik ?
ya, seperti yang dikonstruksikan lewat film-film atau media lainnya.
Seperti di rumah harus memiliki sofa, kipas angin, rumah bersemen supaya tidak di katakan miskin dsb. [realitasnya keluarga Cinta]
.
Itulah kegagalan dalam memahami kehidupn seperti yang harus diperjuangankan hari ini, kehidupan yang telah dikotori oleh kaum kapitalis dengan 1001 kepentingan dan 10000000001 metodenya.
.
Kasus freeport sampai hari ini, belum banyak orang yang tau tentang keadaan sosial -masyarakat keseluruhan semenjak berdirinya freepot di papua. [kontrak karya 7 april Tahun 1967-kini]
.
Tidak banyak yang tau tentang keadaan lingkungannya, tidak ada yang tau bahwa banyak kematian HAk Asasi Manusia akibat kepentingan kapitalis di sana.
Masih sedikit yang peduli, Kenapa ?
Karena media menceritakan kebaikannya , Freeport. Bahkan Negara yang menjadi pintu masuknya kapitalis pun tidak ada yang menentang dan mencaci maki negara.
Kenapa ?
karena di media mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) HArga Mati !!!!
.
Karena sudah terkontruksi bahwa orang papua akan pintar(melalui pendidikan) jika Freeport terus beroperasi dan memberikan 1 % atau CSR kepada masyarakat papua. lalu , Indonesia mendapatkan pajak, lalu dengan bangganya bisa berkata bahwa Indonesia bisa sejahtera. Sejahtera?
Sejahtera di atas penderitaan rakyatnya, lalu mengenyangkan perut-perut kapitalis lokal dan kapitalis lainnya.
Sejahtera di bawah debu dan air hujan yang membasahi karena sudah tidak memiliki tanah untuk tinggal dan berkerja.
.
Bahkan itu dikontruksi melalui media sebesar stasiun TV yang selalu memberikan informasi aktual dan terpercaya masyarakat Indonesia , yang ada burung garuda/rajawali, beberapa bulan yang lalu bahwa Freeport adalah salah satu jawaban dari keterpurukan masyarakat papua hari ini.
ada juga yang menggunakan seniman-seniman luar biasa di Indonesia untuk terus mengkonstruksi bahwa Freeport adalah penyelamat bangsa papua dari maslah ekonomi , budaya, pendidikan dsb.
.
Ada juga media -media nasional tidak memberitakan kebiadapan freeport namun justru diam dan memberitakan hak-hak yang tidak mendidik dan mengajak masyarakat untuk tidak berpikir kritis.
Untuk itu, Freeport terus beroperasi bahkan kabarnya negara ini memperpanjang waktu kesepakan untuk mengloby kontrak karyanya.
.
itulah luar biasanya Kapitalisme membuat semua orang memiliki satu pandangan /pemahaman agar dapat digerakan dengan mudah oleh pemilik modal.
.
Seperti Ceritanya cinta dengan polosnya hanya menyebarkan senyuman karena itulah kebiasaan sosial yang membentuk kepribadiannya, namun mikarl telah dibentuk kepribadiannya dari sitem kapitalisme melalui media masa.
 
.
Penulis adalah salah satu mahasiswi Papua pada kampus UGM di Yogyakarta
 

Posting Komentar

0 Komentar