U N G G U N



betapa cepat kobaran api perlahan padam lalu tiba tiba mati, cuma hitam arang tanpa bentuk, leleran abu, dan asap yang menggeliat bagai seekor ular sekarat menjemput kematian, tak perlu lagi tersulut unggun selanjutnya, pun ketika dingin kekal menyergap udara dan menggelincirkan penantian pada nestapa, ucapkan "tidak!" maka tunai sudah kekalahan, wajah lawan tak akan sama manis lagi dengan teman --bukankah batas antara harap dan kesakitan hanya ketidaktercapaian? adakah yang masih dapat diminta kecuali sehelai tissue bagi derai air mata? dalam kelam aku dan kamu telah gagal dan tak pernah akan menjadi kita, unggun benar hanya tersisa ingatan, tapi kunang kunang masih ikhlas beterbangan merelakan kerdip sinar menyudahi malam penghabisan ....




Agats - Asmat, 29 Agustus 2012

Posting Komentar

0 Komentar