Kalau so
baca harus mengamalkan. Kalau kaka pu teman bilang “jangan cuma lempar
teori sambunyi praktek”
[ Che Gove ]
Demi syurga
di bumi, dalam usia ini, masa darah muda cepat mangalir dalam diri, kitorang
yang tumbuh muda saat ini harus berbanding lurus dengan semangat juang untuk pembebasan
umat manusia. Demi masa, bukan tugas kitorang kaum muda menunggu rahmat dan
menghitung hari menanti bintang kejora jatuh, bukan menambah jumlah hari-hari
penderitaan kitorang. Lebih mulia pusara kitorang digali oleh tangan mama deng
bapak atau sodara daripada berkhianat bangun singgasana keluarga di atas
tumpukan kilauan emas. Tak sudi, berenang di atas lautan uang yang berkilauan
emas Freeport, menari dalam gemulai tembang British Petrolium, sedangkan rakyat
bangsa Papua sendiri dibiarkan kolonial mandi hujan dalam genangan arak
memabukkan. Kitorang tak sudi, karena bukan tugas kitorang. So, selesaaaaii,
bisik Dalton ke catatannya. Dalton barus saja membuat pesan di catatan bintang
kejoranya.
Pagi-pagi
sekali Dalton so buka pintu dapur. Dia mau kase bersih daging kus-kus dari
hasil buruan tadi malam. Eh, ternyata hari ini tanggal 31 eee Dalton
baru ingat kalau hari ini hari ke 365 di tahun 2015, hari terahir menjelang
tahun baru. Biasanya Dalton deng tamang-tamang punya rencana untuk
merayakan tutup tahun.
Dalton,
Dalton!! Suara yang
datang dari jauh.
Ada apa? Sahut Denis.
Sabantar so
tutup tahun kitorang mau bikin apa kah?
Sabantar
kitorang makan daging sambil nonton kaka Meri pung filem saja, jawab Dalton.
Kalau bagitu
sabantar saya pangge tamang-tamang yang lain boleh to?
Mmmmm, jawab Dalton sambil mengangkat kedua
alisnya yang tebal. Eh, jam 8 malam so bakumpul di saya pung rumah eee Denis,
teriak Dalton.
Oke, Jawab Denis
Dalton
memang anak yang paling rajin bantu dia pung mama di dapur. Untuk hari ini
Dalton so punya rencana terselubung untuk bikin kejutan di rumah for mama deng
bapak. Tapi Dalton masih belum dapat ide mo bikin sesuatu supaya bisa jadi
kejutan. Dalton mulai bafikir dari jam 7 sampe 10 pagi untuk cari jenis-jenis
kejutan pa mama deng bapak.
Oh iyo,
Dalton so dapa ide, tapi ini masih rahasia. Pokoknya jangan sampai orang
rumah tahu, bisik Dalton ka dia pung bayangan. Dalton mulai menulis
kebutuhan kejutan mulai dari yang gampang didapat sampe yang harus dibeli di
pasar. Ini pasti dong papa deng mama senang, pasti dong bahagia.
Hahahha, Dalton tertawa sendiri.
“Dalton, ko
kaya orang gila saja, burung Maleo saja tidak suka basuara kaya ko”, suara mama dari kamar.
Santai saja
mama, Dalton lagi latihan jadi pemain filem, siapa tahu bisa jadi bintang filem
toh. Mama Dalton mau ka pasar dulu eee.
Mama: Jam
berapa pulang?
“Jam 3 sore
Dalton so pulang”, Dalton
menjawab sambil lalu.
Mama: Hati-hati
di jalan, jangan sampe pulang malam e…
Karena jarak
rumah deng pasar dekat hanya 7 kilo, jadi, Dalton bajalang kaki. Di jalan
Dalton lihat banyak orang-orang pada rame di lapangan. Semakin dekat ke lokasi
lapangan semakin jelas Dalton lihat orang-orang di sana. Eh, ternyata yang
bakumpul di sana adalah tentara-tenatara.
Dalton: Om
di sana itu tentara-tentara mo biking apa?
Dorang mo
bajaga di lapangan deng pasar nanti malam karena sabantar ada acara rame tutup
tahun toh.
Dalton:
Kenapa harus tentara bagitu banyak bajaga om?
Supaya aman
dan terkendali, toh. Ko ini banyak batanya saja, ko mau kemana ade?
Saya mo ka
pasar om, barang o mini tentara juga ka?
Tentara: Iya,
saya juga tentara.
Dalton: Om
tentara saya boleh batanya lagi?
Tentara: Mau
tanya apa?
Dalton
tampak gugup, tapi semakin penasaran ingin dapat jawaban versi tentara.
Suaranya pelan-pelan mengantarkan pertanyaan: Kenapa tentara dong baku
tembak deng kitorang orang Papua?
Oh, itu
karena dorang melawan negara, dorang mau lepas diri dari NKRI. Kalau ade kaya
dorang maka siap-siap dapa tembak pake senjata ini, jawab tentara.
Oh, ternyata
benar yang dibilang sama saya pung kaka Alex kalau kitorang itu berbeda bukan
dari kitorang pung iman tetapi dari siapa yang menindas siapa. Sekarang saya so
dengar langsung dari om jadi saya so semakin percaya kalau tentara adalah musuh
rakyat Papua, jawab
Dalton.
Om tentara: ko
capat pigi jauh-jauh sudah, cepat sebelum om tampeleng ko pung muka.
Dalton pun
cepat-cepat bergeser dari tempat tersebut dan dia sekarang sudah sampe di
pasar.
Heee, Samuel
kamu masih punya barang ka tidak?
Samuel: oh
masih, mau bikin berapa?
Dalton: dua
saja nanti sabantar jam tiga bisa sa ambel ka tidak?
Samuel:
Oh tidak bisa kalau dua buah, karena akan butuh waktu lama. Kalau jam 6
bagaimana?
Oke sudah
kalau begitu, jawab
Dalton.
Dalton
menunggu barang pesanannya sampe matahari tutup mata (sore). Jam so pukul 6,
wah sekarang so jam 6. Dalton pergi ke tempat Samuel.
Samuel,
barang so jadi ka belum?
Samuel: Sudah,
nih baru selesai 5 menit lalu.
Dalton: berapa
ini kah?
Spesial
tutup tahun jadi gratis for Dalton saja, jawaban Samuel disambut girang Dalton.
Dalton:
Oke, terimakasih e Samuel.
Dalton
kemudian cepat-cepat pulang meninggalkan pasar yang so mulai rame deng
orang-orang.
Jam so pukul
8, Dalton pun belum sampe rumah, kaka Alex, kaka Mery deng Alex pung
tamang-tamang so mulai bakumpul di Dalton pung rumah. Namun Mama deng Dalton
pung bapak, dorang sangat kuatir deng Dalton yang belum datang.
Kenapa
Dalton jam begini belum pulang? tanya mama ke bapak.
Jangan-jangan, khawatir mama.
Bapak: Ahh,
ko jangan dulu ba pikir yang bukan-bukan
Selamat
malam semua, salam
Dalton.
Dalton ko
tidak tahu lihat jam kah, tadi mama suru pulang jam 3 toh, kenapa ko pulang jam
begini? Sambut Mama
dengan pertanyaan.
Santai mama
tadi Dalton baku bantu bibi Am kase turun barang-barang jualan dari motor, jadi
lama, dia pung barang-barang banyak sekali, Mama, jawab Dalton berbohong.
Oh iyo sudah
kalau bagitu, ganti baju capat. Tamang-tamang, dong kaka Alex deng Mery so
tunggu Dalton dari tadi tu, sahut Mama.
Oke mama, jawab Dalton sambil sedikit
menghela nafas lega.
Dalton
bersama teman-temannya, deng kaka Alex dan Mery, dorang so mulai nonton filem
Senyap. Waktu berjalan terus, sambil makan daging, dorang menunggu pukul 00:00
WIT.
Wah, jarum
jam malam ini paling lambat bajalang, mungkin dia lagi malas, ya? tanya Dalton.
Semua orang
pun rame-rame tertawa dengar pertanyaan itu. Malam ini memang paling seru, jam
so pukul 11 malam. Filem baru saja selesai.
Nah, sambil
kitorang tunggu waktu tutup tahun sekarang kaka Mery mau menjelaskan apa itu
filem senyap. Sekitar 45 menit meri dan kaka Alex mencoba untuk memberikan
pemahaman kepada teman-teman Dalton. Taak lama kemudian terdengar suara bunyi
jam dinding.
Ting..ting..ting.
Nah, dengar
semua ya, kaka Mery mau bilang sesuatu.
Apa itu
kaka? tanya
Danies.
Kaka Mery:
nanti kalau ade-ade so kuliah deng so dapat kamar kost, jangan lupa, harus
lebih banyak beli buku daripada celana deng baju e, jangan sampe baju lebih
banyak di lemari daripada buku. Kalau mau pintar kaya kaka Alex toh.
Oke, kaka
Mery, jawab
tamang-tamang Alex.
Kaka Alex: Tapi
tidak cukup dengan membaca saja. Kalau so baca harus mengamalkan, jadi tidak
hanya bicara saja. Kalau kaka pung tamang bilang “jangan cuma lempar teori
sembunyi praktek”
Hahaha, semua orang di ruang tamu tertawa
dan bahagia.
Selamat
ulang tahun semua, ucap
Dalton.
Dalton
kemudian memanggil mama deng dia pung bapak.
Mama deng
bapak, selamat tahun baru. Mama deng bapak kaluar dulu dari kamar, Dalton mau bilang sesuatu, teriak
Dalton.
Sepertinya
mama deng bapak lagi merayakan ulang tahun pernikahan dorang di dalam kamar? tanya Dalton dalam hati.
Mama dan
bapak keluar dari dalam kamar, Dalton pun segera memeluk mereka, sambil
menangis Dalton mengucapkan selamat merayakan hari ulang tahun pernikahan Mama
deng papa.
Dalton pun membuka hadiah spesial. Ternyata isinya adalah sepasang
cincin yang terbuat dari cangkang kura-kura. Momentum tersebut membuat mereka
sangat bahagia bercampur sedih merindukan kaka Dalton yang mati tertembak pada malam
akhir tahun beberapa tahun yang lalu.
Semua orang
yang ada di dalam rumah merayakan kebahagian akhir tahun sampai pagi datang
menyapa. Dalton akhirnya menutup perjumpaan mereka pagi itu dengan sebuah
pantun: Burung Cendrawasih menenteng senapan, terimakasih sambung lagi minggu
depan.
…Bersambung
0 Komentar