Hak Untuk Merdeka: Cerita Untuk Papua (Bagian 3)




Kalau so baca harus mengamalkan. Kalau kaka pu teman bilang “jangan cuma lempar teori sambunyi praktek” 

[ Che Gove ]

Demi syurga di bumi, dalam usia ini, masa darah muda cepat mangalir dalam diri, kitorang yang tumbuh muda saat ini harus berbanding lurus dengan semangat juang untuk pembebasan umat manusia. Demi masa, bukan tugas kitorang kaum muda menunggu rahmat dan menghitung hari menanti bintang kejora jatuh, bukan menambah jumlah hari-hari penderitaan kitorang. Lebih mulia pusara kitorang digali oleh tangan mama deng bapak atau sodara daripada berkhianat bangun singgasana keluarga di atas tumpukan kilauan emas. Tak sudi, berenang di atas lautan uang yang berkilauan emas Freeport, menari dalam gemulai tembang British Petrolium, sedangkan rakyat bangsa Papua sendiri dibiarkan kolonial mandi hujan dalam genangan arak memabukkan. Kitorang tak sudi, karena bukan tugas kitorang. So, selesaaaaii, bisik Dalton ke catatannya. Dalton barus saja membuat pesan di catatan bintang kejoranya.

Pagi-pagi sekali Dalton so buka pintu dapur. Dia mau kase bersih daging kus-kus dari hasil buruan tadi malam. Eh, ternyata hari ini tanggal 31 eee Dalton baru ingat kalau hari ini hari ke 365 di tahun 2015, hari terahir menjelang tahun baru. Biasanya Dalton deng tamang-tamang  punya rencana untuk merayakan tutup tahun.

Dalton, Dalton!! Suara yang datang dari jauh.

Ada apa? Sahut Denis.

Sabantar so tutup tahun kitorang mau bikin apa kah?

Sabantar kitorang makan daging sambil nonton kaka Meri pung filem saja, jawab Dalton.
Kalau bagitu sabantar saya pangge tamang-tamang yang lain boleh to?

Mmmmm, jawab Dalton sambil mengangkat kedua alisnya yang tebal. Eh, jam 8 malam so bakumpul di saya pung rumah eee Denis, teriak Dalton.

Oke, Jawab Denis

Dalton memang anak yang paling rajin bantu dia pung mama di dapur. Untuk hari ini Dalton so punya rencana terselubung untuk bikin kejutan di rumah for mama deng bapak. Tapi Dalton masih belum dapat ide mo bikin sesuatu supaya bisa jadi kejutan. Dalton mulai bafikir dari jam 7 sampe 10 pagi untuk cari jenis-jenis kejutan pa mama deng bapak.

Oh iyo, Dalton so dapa ide, tapi ini masih rahasia. Pokoknya jangan sampai orang rumah tahu, bisik Dalton ka dia pung bayangan. Dalton mulai menulis kebutuhan kejutan mulai dari yang gampang didapat sampe yang harus dibeli di pasar. Ini pasti dong papa deng mama senang, pasti dong bahagia.
Hahahha, Dalton tertawa sendiri.

“Dalton, ko kaya orang gila saja, burung Maleo saja tidak suka basuara kaya ko”, suara mama dari kamar.

Santai saja mama, Dalton lagi latihan jadi pemain filem, siapa tahu bisa jadi bintang filem toh. Mama Dalton mau ka pasar dulu eee.

Mama: Jam berapa pulang?

“Jam 3 sore Dalton so pulang”, Dalton menjawab sambil lalu.

Mama: Hati-hati di jalan, jangan sampe pulang malam e…

Karena jarak rumah deng pasar dekat hanya 7 kilo, jadi, Dalton bajalang kaki. Di jalan Dalton lihat banyak orang-orang pada rame di lapangan. Semakin dekat ke lokasi lapangan semakin jelas Dalton lihat orang-orang di sana. Eh, ternyata yang bakumpul di sana adalah tentara-tenatara.

Dalton: Om di sana itu tentara-tentara mo biking apa?

Dorang mo bajaga di lapangan deng pasar nanti malam karena sabantar ada acara rame tutup tahun toh.

Dalton: Kenapa harus tentara bagitu banyak bajaga om?
Supaya aman dan terkendali, toh. Ko ini banyak batanya saja, ko mau kemana ade?
Saya mo ka pasar om, barang o mini tentara juga ka?

Tentara: Iya, saya juga tentara.

Dalton: Om tentara saya boleh batanya lagi?

Tentara: Mau tanya apa?

Dalton tampak gugup, tapi semakin penasaran ingin dapat jawaban versi tentara. Suaranya pelan-pelan mengantarkan pertanyaan: Kenapa tentara dong baku tembak deng kitorang orang Papua?

Oh, itu karena dorang melawan negara, dorang mau lepas diri dari NKRI. Kalau ade kaya dorang maka siap-siap dapa tembak pake senjata ini, jawab tentara.

Oh, ternyata benar yang dibilang sama saya pung kaka Alex kalau kitorang itu berbeda bukan dari kitorang pung iman tetapi dari siapa yang menindas siapa. Sekarang saya so dengar langsung dari om jadi saya so semakin percaya kalau tentara adalah musuh rakyat Papua, jawab Dalton.

Om tentara: ko capat pigi jauh-jauh sudah, cepat sebelum om tampeleng ko pung muka.
Dalton pun cepat-cepat bergeser dari tempat tersebut dan dia sekarang sudah sampe di pasar.
Heee, Samuel kamu masih punya barang ka tidak? 

Samuel: oh masih, mau bikin berapa?

Dalton: dua saja nanti sabantar jam tiga bisa sa ambel ka tidak?

Samuel: Oh tidak bisa kalau dua buah, karena akan butuh waktu lama. Kalau jam 6 bagaimana?
Oke sudah kalau begitu, jawab Dalton.

Dalton menunggu barang pesanannya sampe matahari tutup mata (sore). Jam so pukul 6, wah sekarang so jam 6. Dalton pergi ke tempat Samuel.

Samuel, barang so jadi ka belum?

Samuel: Sudah, nih baru selesai 5 menit lalu.

Dalton: berapa ini kah?

Spesial tutup tahun jadi gratis for Dalton saja, jawaban Samuel disambut girang Dalton.
Dalton: Oke, terimakasih e Samuel.

Dalton kemudian cepat-cepat pulang meninggalkan pasar yang so mulai rame deng orang-orang.

Jam so pukul 8, Dalton pun belum sampe rumah, kaka Alex, kaka Mery deng Alex pung tamang-tamang so mulai bakumpul di Dalton pung rumah. Namun Mama deng Dalton pung bapak, dorang sangat kuatir deng Dalton yang belum datang.

Kenapa Dalton jam begini belum pulang? tanya mama ke bapak.

Jangan-jangan, khawatir mama.

Bapak: Ahh, ko jangan dulu ba pikir yang bukan-bukan
Selamat malam semua, salam Dalton.

Dalton ko tidak tahu lihat jam kah, tadi mama suru pulang jam 3 toh, kenapa ko pulang jam begini? Sambut Mama dengan pertanyaan.

Santai mama tadi Dalton baku bantu bibi Am kase turun barang-barang jualan dari motor, jadi lama, dia pung barang-barang banyak sekali, Mama, jawab Dalton berbohong.

Oh iyo sudah kalau bagitu, ganti baju capat. Tamang-tamang, dong kaka Alex deng Mery so tunggu Dalton dari tadi tu, sahut Mama.

Oke mama, jawab Dalton sambil sedikit menghela nafas lega.

Dalton bersama teman-temannya, deng kaka Alex dan Mery, dorang so mulai nonton filem Senyap. Waktu berjalan terus, sambil makan daging, dorang menunggu pukul 00:00 WIT.

Wah, jarum jam malam ini paling lambat bajalang, mungkin dia lagi malas, ya? tanya Dalton.
Semua orang pun rame-rame tertawa dengar pertanyaan itu. Malam ini memang paling seru, jam so pukul 11 malam. Filem baru saja selesai.

Nah, sambil kitorang tunggu waktu tutup tahun sekarang kaka Mery mau menjelaskan apa itu filem senyap. Sekitar 45 menit meri dan kaka Alex mencoba untuk memberikan pemahaman kepada teman-teman Dalton. Taak lama kemudian terdengar suara bunyi jam dinding.

Ting..ting..ting.

Nah, dengar semua ya, kaka Mery mau bilang sesuatu.

Apa itu kaka? tanya Danies.

Kaka Mery: nanti kalau ade-ade so kuliah deng so dapat kamar kost, jangan lupa, harus lebih banyak beli buku daripada celana deng baju e, jangan sampe baju lebih banyak di lemari daripada buku. Kalau mau pintar kaya kaka Alex toh.

Oke, kaka Mery, jawab tamang-tamang Alex.

Kaka Alex: Tapi tidak cukup dengan membaca saja. Kalau so baca harus mengamalkan, jadi tidak hanya bicara saja. Kalau kaka pung tamang bilang “jangan cuma lempar teori sembunyi praktek”
Hahaha, semua orang di ruang tamu tertawa dan bahagia.

Selamat ulang tahun semua, ucap Dalton.

Dalton kemudian memanggil mama deng dia pung bapak.

Mama deng bapak, selamat tahun baru. Mama deng bapak kaluar dulu dari kamar, Dalton mau bilang sesuatu, teriak Dalton.

Sepertinya mama deng bapak lagi merayakan ulang tahun pernikahan dorang di dalam kamar? tanya Dalton dalam hati.

Mama dan bapak keluar dari dalam kamar, Dalton pun segera memeluk mereka, sambil menangis Dalton mengucapkan selamat merayakan hari ulang tahun pernikahan Mama deng papa. 

Dalton pun membuka hadiah spesial. Ternyata isinya adalah sepasang cincin yang terbuat dari cangkang kura-kura. Momentum tersebut membuat mereka sangat bahagia bercampur sedih merindukan kaka Dalton yang mati tertembak pada malam akhir tahun beberapa tahun yang lalu.

Semua orang yang ada di dalam rumah merayakan kebahagian akhir tahun sampai pagi datang menyapa. Dalton akhirnya menutup perjumpaan mereka pagi itu dengan sebuah pantun: Burung Cendrawasih menenteng senapan, terimakasih sambung lagi minggu depan.

…Bersambung


Posting Komentar

0 Komentar