Dok. Melky Pekey |
Oleh; Agus Dogomo
Di tepi Danau Tigi terdapat sebuah Pulau Duwaamo di pulau ini hidup satu keluarga yang terdiri dari seorang bapak dan mama serta tujuh anaknya.
Keluarga ini memelihara satu ekor anjing dan babi, dua binatang itu selalu menemani setiap aktifitas mereka.
Di tepi Danau Tigi terdapat sebuah Pulau Duwaamo di pulau ini hidup satu keluarga yang terdiri dari seorang bapak dan mama serta tujuh anaknya.
Keluarga ini memelihara satu ekor anjing dan babi, dua binatang itu selalu menemani setiap aktifitas mereka.
Pagi itu mereka merencanakan, untuk keesokan harinya mencari undang dari arah Duwaamo ke
Bomou dan sebaliknya.
Maka mereka mulai mempersiapkan bekal. Keesokan harinya pagi-pagi buta mereka (mama dan ketujuh anaknya serta babi dan anjing) menggunakan perahu kecil (Koma) ke arah Bomou.
Maka mereka mulai mempersiapkan bekal. Keesokan harinya pagi-pagi buta mereka (mama dan ketujuh anaknya serta babi dan anjing) menggunakan perahu kecil (Koma) ke arah Bomou.
Mereka berjalan ke arah
Bomou, sementara bapak mereka tetap tinggal di Duwaamo untuk menjaga rumah. Mama menggunakan dayung kopa (dayung yang terbuat dari kayu buah) sambil pegang rumput. Mereka tidak menggunakan tidak menggunakan gita (alat Dayung; Mee).
Setelah tiba di
Bomou (Tigi Selatan) mereka mulai mencari udang ke arah pulau
Duwaamo. Selama dua hari, dua malam mama mencari undang, mereka mulai terasa lapar dan cape. Mereka berhenti lalu duduk untuk beritirahat. Mama mau makan dan membuka noken untuk melihat ubi, bekal yang dibawa dari Bomau. Tetapi sayang, makanannya telah di habiskan oleh ketujuh anaknya.
Dalam keadaan
lapar mama dari ketujuh anak-anak ini memaksakan untuk tetap mendayung hingga
tiba di dekat pulau Duwaamo. Bapak sudah menunggu di tepian danau Tigi.
Setelah tiba di dekat pulau Duwaamo, mama dari ketujuh anak ini memendam amarah akibat bekal mereka di habiskan, maka membalikan perahu yang mereka tumpangi tersebut.
Setelah tiba di dekat pulau Duwaamo, mama dari ketujuh anak ini memendam amarah akibat bekal mereka di habiskan, maka membalikan perahu yang mereka tumpangi tersebut.
Tiba-tiba ketujuh anaknya jatuh dan menjadi batu dan tersusun rapih paling bawa perahu yang mereka tumpagi,
diatas mama dan diatasnya semua tersusun anak-anaknya dari pertama hingga anak
terakhir. Sedangkan babi dan ajing kesayangan dari kelurga itu, berenang hingga meyebarang ke darat pas di pulau Duwaamo dan
menjadi batu.
Sekarang,
masyarakat penghuni sekitar Danau Tigi
biasa menyebut tempat tersebut Meuguoo Okogo (pulau lingkarang keluarga).
Bahasa Mee;
Bahasa Mee;
Meeugowo= Keluarga, Okogoo= Lingkarang, Gita= Alat Dayung, Koma=Perahu.
0 Komentar