Air Mata Api


 Oleh : Zelly Areane 

Butir-butir air pernah singgah di mata-mata
Mengelupas tiap ari kesadaran lama
Tertunduk oleh tanggung jawab bukan beban
Korbankan atau menangkan masa depan?
adalah pilihan hidup mati?
sekarang atau tidak sama sekali?
Beranikah kami?
Ada yang berani, sendiri
Oleh tegak batang leher kehidupan dipupuk api
Ada yang berani, bersama
Oleh saling bantu-memaju, dipelihara kasih sayang kemanusiaan
Kenapa tidak kami berani?
Hadir di sini sudah melawan kutukan kodrati
Satu langkah berarti
tak bisa mundur lagi
Pembebasan; merdeka menentukan hidup-kemanusiaan, bukan main-main revolusi
|
Mereka bilang kami hijau
Tidak, tuan,
pohon kehidupan memerahkan semua manusia
yang belajar,
yang jujur,
yang berontak,
yang berjuang,
bila mau,
sadar,
dan sanggup.
Maka,
Air mata tak kan lagi disimpan
dalam kamar
di lembar diari
dalam benam bantal
di dapur-dapur ‘suci’
di kotak-kotak dan sujud pengakuan dosa
dalam senyuman
di samping kepalsuan
lewat gerutuan
di kaki-kaki dan ketiak ‘suami’
dalam pelukan anak-anak kami
Tidak, tidak lagi.
Air mata harus jadi api
dalam organisasi
dalam pikiran-jiwa kami
dalam tindakan tanggung jawab kami
dalam revolusi
Kami bukan yang pertama
melawan kodrati
dan ketika kami berani,
maka kami bukan yang terakhir,
pasti.
|
Demikianlah
Butir-butir itu kami usap
langkah kaki berderap
bola mata kami mengkilap
siap

Keberanian, langkah awal kami
Kemanusiaan, dasar jiwa kami
Kasih sayang, kegemaran kami
Keyakinan, membesarkan kami
Ketajaman, hasil belajar kami
Kemenangan, harapan kerja kami
Agar semua manusia dapat mengerti dan merasakan cinta,
dengan setara.

Bukankah itu mulia?
Ketika sampai pada titik ini,
perjuangan akan terasa nikmat digeluti
Hingga, setiap kejahatan hidup duniawi
adalah matahari yang mematangkan nurani kami
Agh,

Butir-butir air kini menjadi derai api,
perempuan-perempuan Revolusi.
***

31/07/2010

Posting Komentar

0 Komentar