Foto : Cover
Buku Kearifan Lokal Papua Karya Yulius Kebadabi Pekei
|
Judul : Kearifan Lokal Papua; Ajarilah Aku Melalui
Cerita Rakyat
Penulis : Yulius K. Pekei
Penerbit :
Bajawa Press
TahunTerbit :
2011
Tebal : 97 halaman
ISBN : 9786021942338
SETIAP
suku bangsa memunyai bahasanya tersendiri. Begitupun cerita rakyat yang
diwariskan turun temurun. Seperti di Tanah Papua, terdapat 250 suku,
masing-masing memunyai bahasa dan cerita rakyat. Bila itu semuanya dituliskan
dalam bentuk buku, maka sudah pasti akan menjadi satu kekayaan kearifan lokal
yang tak terbilang nilainya. Setiap cerita rakyat mengandung maknanya, yang
bermuara mencerdaskan anak-anak Papua yang mendengar (lisan) maupun membaca
(tulisan).
Dalam
cerita rakyat mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai cerita rakyat harus
ditanamkan kepada anak-anak Papua sebagai generasi berikut, agar ceritanya
tidak punah bersama budaya Papua yang sedang berada diambang kepunahan.
Karya
Yulius Kebadabi Pekei, mahasiswa Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta,
ini setidaknya satu upaya menggali dan melestarikan cerita rakyat.
Buku
ini terdiri lima bagian. Bagian pertama, penulis mencoba menjelaskan sebagai
ringkasan untuk pengantar kepada pembaca buku sebelum masuk ke bagian-bagian
berikutnya.
Bagian
kedua, membahas bagaimana memberikan inspirasi kepada anak dengan cerita
rakyat. Dengan memberikan inspirasi agar dapat mencerdaskan anak melalui cerita
rakyat harus dilaksanakan, karena dalam cerita rakyat mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai atau norma-norma secara turun temurun.
Karena,
cerita rakyat adalah cerita yang diwariskan secara turun temurun di setiap
generasi suatu suku atau bangsa. Melalui cerita rakyat tercipta kesadaraan
intelektual, kecerdasan, emosional dan spiritual. Cerita rakyat menentukan
kecedasan. Kecerdasan bisa diperoleh atau ditingkatkan melalu cerita rakyat
(hlm. 9).
Selain
mencerdaskan anak melalui cerita rakyat, cerita rakyat juga memberikan
inspirasi kepada anak sejak kecil. Mereka ini harus dibimbing untuk menanamkan
nilai-nilai luhur. Agar mereka memeroleh nilai-nilai luhur yang religius,
sosial dan nilai moral yang berkaitan langsung dengan lingkungan hidup mereka
sehari-hari.
Di
bagian ketiga, Yulius Kebadabi Pekei menjelaskan juga bahwa tanggungjawab orang
harus menceritakan, cerita rakyat kepada anak agar dia bisa menceritakan cerita
tersebut kepada teman lain atau anak-anaknya di kemudian hari. Dia juga bisa
mewariskan cerita rakyat itu kepada anaknya, agar anaknya menjadi orang yang
bisa berbicara masalah kebenaran. Sekaligus orang tuanya menanamkan nilai luhur
yang sudah ada sejak turun-temurun. Intinya, menanamkan nilai-nilai cerita demi
mencerdaskan anaknya.
Setelah
mengenal nilai cerita, maka dalam bagian keempat, penulis juga mencoba
menjelaskan cara/ teknik bagaimana mencerdaskan anak melalui cerita rakyat.
Terutama pada orang tua harus menyadari akan mencerdaskan anak di usia dini
karena melalui cerita rakyat hanyalah salah satu cara melesatkan kecerdasan
anak. Oleh sebab itu, orang tua harus menceritakan cerita rakyat agar kearifan
lokalnya diangkat ke permukaan Tanah Papua.
Penulis
juga menjelaskan dalam buku ini bagaimana cara melatih bahasa melalui cerita
rakyat untuk mencerdaskan. Karena di Indonesia, terdiri dari beragam pulau dan
beragam bahasa bisa menuliskan hal itu. Karena kita biasa jumpai dalam
buku-buku pelajaran atau buku cerita yaitu menggunakan bahasa daerah tertentu
saja, tidak semua bahasa. Padahal Indonesia memiliki 400 jenis bahasa daerah.
Karena itu, kita juga bisa menuliskan cerita-cerita rakyat dalam bahasa-bahasa
yang ada di berbagai daerah dan khususnya Papua.
Setelah
menulis melatih bagaimana menyampaikan cerita rakyat untuk mencerdaskan anak
secara intelektual, emosional, dan spiritual. Bagian kelima, dijelaskan
pentingnya menganalisis cerita rakyat. Sebab, setiap cerita rakyat dituliskan
memiliki makna tersembunyi.
Karena lazimnya para penulis cerita rakyat
mengangkat cerita yang pernah terjadi sejak dahulu kala. Dan dalam buku ini,
penulis juga memasukan beberapa cerita rakyat yang terjadi di Papua, khususnya
di Kabupaten Deiyai. Agar cerita rakyat ini menjadi bahan renungan sekaligus
menginspirasi untuk menulis cerita rakyat yang selama ini terpendam dalam 250
suku yang berada di Tanah Papua.
Tampaknya,
buku ini layak dibaca oleh seluruh tingkatan baik anak-anak, remaja dan dewasa,
tak terkeculi guru dan anak muda. (*)
Diresensi
Oleh Markus You, beliau adalah mantan wartawan tabloidjubi.com dan Papua Pos Nabire. Kini Markus menjabat sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Paniai.
0 Komentar